Oleh. Agus Yuwantoro
Pelukis dan Parfum Episode ke-68
Bersama lahirnya cahaya matahari pagi
begitu cerah menyinari halaman rumahku. Sehingga tampak jelas bayangan tubuhku
di bawah cahaya matahari pagi. Aku sudah siapkan bekal untuk mbah Darmo Rejo.
Imbuh habis mandi pagi. Langsung masuk kamar memakai baju seragam sekolah.
Keluar dari kamar langsung berlari kecil mendekati simbahnya sambil berucap.
“Mbah, mau kemana si?”
“Pulang kampung Duk.“
“Ikut Mbah.“
“Kan mau sekolah si Duk.“
“Mbah pulang cuma sebentar nanti kesini lagi
ko Duk.“
“Bener ya Mbah.“
“Iya ya Duk, Duk.“ Jawab mbah Darmo Rejo
sambil memeluk rapat tubuh Imbuh. Dibelai lembut rambutnya. Kemudian bibirnya
komat-kamit membaca doa. Sesudah itu tepat ditengah umbun-umbunnya Imbuh ia
meludah dua kali. Setelah itu diusap-usap rambutnya kembali.
“Jangan rewel. Nakal ya Duk.“
“Iya ya Mbah.“
“Mbah pamit pulang kampung ya Duk.“
“Iya Mbah. Imbuh antar sampai prapatan ya.“
“Kan mau sekolah Duk.“
“Iya, tapi nanti Mbah. Boleh ngantar si?“
“Boleh boleh.“
Imbuh langsung jingkrak-jingkrak.
Wajahnya semringgah. Beger. Bombong. Bungah banget. Imbuh langsung ngandeng
tangan kananku mengantar mbah Darmo Rejo sampai prapatan jalan kampungku.
“ Ayoo Yah, ngantar simbah.“
“ Ayoo.“ Jawabku
Aku dan mbah Darmo Rejo juga Imbuh
berjalan lewat gang jalan kampungku mengantar sampai prapatan. Di persimpangan
prapatan jalan aspal sudah nongkrong angutan desa berwarna kuning mengantar ke
terminal kota mbah Darmo Rejo menuju kampung halamannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar