Sabtu, 03 Juni 2023

Pagi Hari

 

pixabay.com


Oleh. Agus Yuwantoro

Pelukis dan Parfum  Episode ke-68

 

       Bersama lahirnya cahaya matahari pagi begitu cerah menyinari halaman rumahku. Sehingga tampak jelas bayangan tubuhku di bawah cahaya matahari pagi. Aku sudah siapkan bekal untuk mbah Darmo Rejo. Imbuh habis mandi pagi. Langsung masuk kamar memakai baju seragam sekolah. Keluar dari kamar langsung berlari kecil mendekati simbahnya sambil berucap.

      “Mbah, mau kemana si?”

     “Pulang kampung Duk.“

     “Ikut Mbah.“

     “Kan mau sekolah si Duk.“

     “Mbah pulang cuma sebentar nanti kesini lagi ko Duk.“

     “Bener ya Mbah.“

     “Iya ya Duk, Duk.“ Jawab mbah Darmo Rejo sambil memeluk rapat tubuh Imbuh. Dibelai lembut rambutnya. Kemudian bibirnya komat-kamit membaca doa. Sesudah itu tepat ditengah umbun-umbunnya Imbuh ia meludah dua kali. Setelah itu diusap-usap rambutnya kembali.

      “Jangan rewel. Nakal ya Duk.“

      “Iya ya Mbah.“

      “Mbah pamit pulang kampung ya Duk.“

     “Iya Mbah. Imbuh antar sampai prapatan ya.“

     “Kan mau sekolah Duk.“

     “Iya, tapi nanti Mbah. Boleh ngantar si?“

     “Boleh boleh.“

      Imbuh langsung jingkrak-jingkrak. Wajahnya semringgah. Beger. Bombong. Bungah banget. Imbuh langsung ngandeng tangan kananku mengantar mbah Darmo Rejo sampai prapatan jalan kampungku.

     “ Ayoo Yah, ngantar simbah.“

     “ Ayoo.“ Jawabku

     Aku dan mbah Darmo Rejo juga Imbuh berjalan lewat gang jalan kampungku mengantar sampai prapatan. Di persimpangan prapatan jalan aspal sudah nongkrong angutan desa berwarna kuning mengantar ke terminal kota mbah Darmo Rejo menuju kampung halamannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar