Oleh.
Agus Yuwantoro
Pelukis
dan Parfum Episode ke-64
Ternyata diluar dugaan setelah semua warga tahu aku sudah membayar lunas
tanah pekarangan milik bapak Darno mantan Kadus. Rencanaku untuk membangun
Masjid dan sekolah taman kanak kanak. Semua tokoh masyarakat, agama, kesepuhan
mendukungku. Bahkan sanggup membantu dengan tenaganya selama membangun Masjid
dan TK. Secara gotong royong. Bukan hanya tenaganya akan tetapi dengan senang
hati. Bersedia menyediakan minum teh, kopi panas, pacitan: snack, juga
makan siang secara bergiliran dari warga.
Dari beberapa tokoh agama non Islam dan pengikutnya. Ramai-ramai
mendaftar diri menjadi tenaga sukarelawan ikut membantu proses pembangunan
Masjid dan TK. Intinya. Semua warna non
muslim siap membantu secara gotong royong. Dahulu waktu mendirikan tempat ibadahnya
banyak warga muslim ikut membantu sampai jadi.
Kampung Karangbawang mayoritas beragama Kristen Protestan. Sipete
seratus persen beragama Katolik. Lesmana beragama Kristen Jawa tujuh puluh
persen Islamnya tiga puluh persen. Warga kampungku Kusuma Baru semua pendatang
dari desa Wadas. Tidak mendapatkan ganti rugi tanahnya. Dari pembangunan proyek
bendungan raksaksa. Sebab tidak punya bukti kuat pemilikan tanah secara sah.
Mayoritas beragama Islam.
Hidup berdampingan rukun. Adem ayem. Saling
menghargai satu dan lainnya. Tidak pernah menganggu apa lagi anarkis. Anti
Muslim. Anti non Muslim. Menimbulkan konflik sara : suku adat ras agama.
Berakibat rusaknya peradaban manusia. Saling menyalahkan. Memojokkan. Merasa
paling benar. Bahkan berkelahi massal sampai adu parang dan tewas. Merusak
tempat ibadah sampai tega meledakkan tempat ibadah. Merusak tatanan nilai para
leluhur bangsa pencetus lahirnya Pancasila dan Bhinika Tunggal Ika.
Begitu rukun hidup berdampingan antara muslim dan non muslim. Nyaris
tidak ada konflik baik internal : kedalam maupun ekternal : keluar. Semua tokoh
Agama mampu menciptakan hidup aman tentram damai adem ayem. Walaupun beda agama
dan keyakinan. Hidup berdampingan beda agama tidak menjadi permasalah. Justru
menjadi kekuatan dasar hidup rukun berdampingan.
Mampu
menciptakan budaya hidup rukun perdampingan secara harmonis. Mengedepankan
nilai gotong royong. Akhirnya kampungku menjadi percontohan Moderasi Beragama.
Bahkan banyak Mahasiswa Mahasiswi membuat skripsi, tesis sampai desertasi
meneliti di kampungku. Proses pembangunan awal pondasi dasar bangunan masjid
berjalan lancar. Warga kampung Karangbawang mengirim beberpa truk berisi batu
dan pasir. Sebab batu dan pasir sangat mudah sekali didapatkan di pinggiran
bibir sungai Kaliumbul. Warga kampung Karangbawang tinggal dipinggiran sungai
Kaliumbul. Matrial bangunan berupa batu dan pasir sangat melimpah. Mudah
didapatkan. Dua minggu kemudian pondasi dasar bangunan Masjid dan sekolah taman
kanak kanak selesai dengan sempurna.
Sambil
menunggu kiriman besi dan semen dari toko bangunan. Semua warga kampungku
setiap minggu sekali gotong royong meratakan posisi tanah pekarang. Mencabut
rumput. Menebang rumpun pohon bambu juga pohon lainnya agar posisi tanah rata
datar tertapa rapi indah dan asri.
Satu
minggu kemudian kiriman dari toko bangunan datang. Mengirim dua truk berisi
besi dan tiga truk berisi semen tiga roda. Kontruksi bangunan mulai di rancang
dari membuat cakar ayam, saka, dan lainnya. Setelah rangkain kontruksi besi jadi
membangunan langsung mulai dari masang batu bata. Pengecoran saka, cakar ayam
secara gotong royong.
Dua
bulan kemudian bertepatan bulan Mei bangunan Masjid dan sekolah taman kanak
kanak selesai. Sangat sempurna. Masjid ukuran panjang tiga belas lebar delapan
meter menjadi kebanggaan warga kampungku. Lengkap dengan ruang MCK. Wudhu.
Parkir. Gudang. Rumah muadzin. Bahkan warna non Muslim ikut bahagia bangga
berdirinya Masjid dikampungku. Walupun berdampingan dengan tempat ibadahnya non
muslim. Tidak menjadi kendala dalam melaksanakan ritual keagamaan.
Warga
kampungku dari dahulu sudah tertanam jiwanya. Lakum dinukum waliyadin : untukmu
agamu dan untukku agamaku. Dari dasar keyakinan itu. Maka dari masa kecilku
sampai sekarang tidak pernah cek cok, beradu argumentasi bahkan saling membenci
sebab berlainan agama. Tetep hidup rukun berdampingan adem ayem tentrem saling
membantu satu dan lainnya. Damai sentosa. Kecuali hal sangat penting adalah
tata cara beribadah. Tetap saling menghargai bahkan saling menjaga ketika ada
ritual ibadah sedang berjalan. Sebuah harmoni dalam kehidupan beragama dan
bernegara. Tetap menjaga nilai-nilai kerukunan antar beragama.
Sekolah
taman kanak kanak sudah jadi. Sangat sempurna. Tembok sekolahan aku cat dengan
warna ping. Setiap dinding sekolahan taman kanak kanak aku lukis animasi
dongeng anak anak. Berbagai macam nama binatang. Memberikan edukasi dini :
pendidikan dini pada anak anak. Bangunan TK dengan ukuran panjang delapan lebar
lima meter. Beserta ruang guru. Mulai tahun ajaran baru membuka pendafataran
siswa baru secara gratis. Bahkan mendapatkan bantuan Ibu Guru Tk dari daerah
lain.
Lengkap
sudah amanat dan cita-citanya almarhum ayahku dan Supraptiwi. Berdiri masjid
dan sekolah taman kanak kanak bertujuan mencerdaskan anak anak bangsa. Agar
kedepan cerdas pandai berbudi bekerti luhur. Berakhlak mulia mampu menghargai
pemeluk agama lain. Sebagai pondasi dasar membangunan peradaban manusia
berkemajuan dalam kerukunan beragama. Negara berdasarkan Pancasila. Didalam
Undang Undang Dasar 1945 Pasal 29 ayat (1) Negara berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa. Ayat (2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan beribadat menurut agamanya dan kepercayannya itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar