Rabu, 10 Mei 2023

Gotong Royong

 

pixabay.com


Oleh. Agus Yuwantoro

Pelukis dan Parfum  Episode ke-64

 

      Ternyata diluar dugaan setelah semua warga tahu aku sudah membayar lunas tanah pekarangan milik bapak Darno mantan Kadus. Rencanaku untuk membangun Masjid dan sekolah taman kanak kanak. Semua tokoh masyarakat, agama, kesepuhan mendukungku. Bahkan sanggup membantu dengan tenaganya selama membangun Masjid dan TK. Secara gotong royong. Bukan hanya tenaganya akan tetapi dengan senang hati. Bersedia menyediakan minum teh, kopi panas, pacitan: snack, juga makan siang secara bergiliran dari warga.

       Dari beberapa tokoh agama non Islam dan pengikutnya. Ramai-ramai mendaftar diri menjadi tenaga sukarelawan ikut membantu proses pembangunan Masjid dan TK. Intinya.  Semua warna non muslim siap membantu secara gotong royong. Dahulu waktu mendirikan tempat ibadahnya banyak warga muslim ikut membantu sampai jadi.

       Kampung Karangbawang mayoritas beragama Kristen Protestan. Sipete seratus persen beragama Katolik. Lesmana beragama Kristen Jawa tujuh puluh persen Islamnya tiga puluh persen. Warga kampungku Kusuma Baru semua pendatang dari desa Wadas. Tidak mendapatkan ganti rugi tanahnya. Dari pembangunan proyek bendungan raksaksa. Sebab tidak punya bukti kuat pemilikan tanah secara sah. Mayoritas beragama Islam.

 Hidup berdampingan rukun. Adem ayem. Saling menghargai satu dan lainnya. Tidak pernah menganggu apa lagi anarkis. Anti Muslim. Anti non Muslim. Menimbulkan konflik sara : suku adat ras agama. Berakibat rusaknya peradaban manusia. Saling menyalahkan. Memojokkan. Merasa paling benar. Bahkan berkelahi massal sampai adu parang dan tewas. Merusak tempat ibadah sampai tega meledakkan tempat ibadah. Merusak tatanan nilai para leluhur bangsa pencetus lahirnya Pancasila dan Bhinika Tunggal Ika.

       Begitu rukun hidup berdampingan antara muslim dan non muslim. Nyaris tidak ada konflik baik internal : kedalam maupun ekternal : keluar. Semua tokoh Agama mampu menciptakan hidup aman tentram damai adem ayem. Walaupun beda agama dan keyakinan. Hidup berdampingan beda agama tidak menjadi permasalah. Justru menjadi kekuatan dasar hidup rukun berdampingan.

Mampu menciptakan budaya hidup rukun perdampingan secara harmonis. Mengedepankan nilai gotong royong. Akhirnya kampungku menjadi percontohan Moderasi Beragama. Bahkan banyak Mahasiswa Mahasiswi membuat skripsi, tesis sampai desertasi meneliti di kampungku. Proses pembangunan awal pondasi dasar bangunan masjid berjalan lancar. Warga kampung Karangbawang mengirim beberpa truk berisi batu dan pasir. Sebab batu dan pasir sangat mudah sekali didapatkan di pinggiran bibir sungai Kaliumbul. Warga kampung Karangbawang tinggal dipinggiran sungai Kaliumbul. Matrial bangunan berupa batu dan pasir sangat melimpah. Mudah didapatkan. Dua minggu kemudian pondasi dasar bangunan Masjid dan sekolah taman kanak kanak selesai dengan sempurna.

Sambil menunggu kiriman besi dan semen dari toko bangunan. Semua warga kampungku setiap minggu sekali gotong royong meratakan posisi tanah pekarang. Mencabut rumput. Menebang rumpun pohon bambu juga pohon lainnya agar posisi tanah rata datar tertapa rapi indah dan asri.

Satu minggu kemudian kiriman dari toko bangunan datang. Mengirim dua truk berisi besi dan tiga truk berisi semen tiga roda. Kontruksi bangunan mulai di rancang dari membuat cakar ayam, saka, dan lainnya. Setelah rangkain kontruksi besi jadi membangunan langsung mulai dari masang batu bata. Pengecoran saka, cakar ayam secara gotong royong.

Dua bulan kemudian bertepatan bulan Mei bangunan Masjid dan sekolah taman kanak kanak selesai. Sangat sempurna. Masjid ukuran panjang tiga belas lebar delapan meter menjadi kebanggaan warga kampungku. Lengkap dengan ruang MCK. Wudhu. Parkir. Gudang. Rumah muadzin. Bahkan warna non Muslim ikut bahagia bangga berdirinya Masjid dikampungku. Walupun berdampingan dengan tempat ibadahnya non muslim. Tidak menjadi kendala dalam melaksanakan ritual keagamaan.

Warga kampungku dari dahulu sudah tertanam jiwanya. Lakum dinukum waliyadin : untukmu agamu dan untukku agamaku. Dari dasar keyakinan itu. Maka dari masa kecilku sampai sekarang tidak pernah cek cok, beradu argumentasi bahkan saling membenci sebab berlainan agama. Tetep hidup rukun berdampingan adem ayem tentrem saling membantu satu dan lainnya. Damai sentosa. Kecuali hal sangat penting adalah tata cara beribadah. Tetap saling menghargai bahkan saling menjaga ketika ada ritual ibadah sedang berjalan. Sebuah harmoni dalam kehidupan beragama dan bernegara. Tetap menjaga nilai-nilai kerukunan antar beragama.

Sekolah taman kanak kanak sudah jadi. Sangat sempurna. Tembok sekolahan aku cat dengan warna ping. Setiap dinding sekolahan taman kanak kanak aku lukis animasi dongeng anak anak. Berbagai macam nama binatang. Memberikan edukasi dini : pendidikan dini pada anak anak. Bangunan TK dengan ukuran panjang delapan lebar lima meter. Beserta ruang guru. Mulai tahun ajaran baru membuka pendafataran siswa baru secara gratis. Bahkan mendapatkan bantuan Ibu Guru Tk dari daerah lain.

Lengkap sudah amanat dan cita-citanya almarhum ayahku dan Supraptiwi. Berdiri masjid dan sekolah taman kanak kanak bertujuan mencerdaskan anak anak bangsa. Agar kedepan cerdas pandai berbudi bekerti luhur. Berakhlak mulia mampu menghargai pemeluk agama lain. Sebagai pondasi dasar membangunan peradaban manusia berkemajuan dalam kerukunan beragama. Negara berdasarkan Pancasila. Didalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 29 ayat (1) Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Ayat (2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agamanya dan kepercayannya itu.

 

 

 

  

        

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar