Pelukis dan Parfum Episode : 49
Agus Yuwantoro
Akhirnya sampai juga aku di bangsal
pavilium eksekutif tata cahaya lampu bercahaya terang. Tempatnya super bersih
baunya harum seperti bunga melati. Samping depan pintu kamar ada pot bunga
anggrek sedang berbunga menempel setiap dinding. Persis hotel berbintang. Bukan
rumah sakit. Aku mencari kamar 2.B tempat istirahat bapak Suherman juga
perempuan berambut panjang wajahnya mirip perempuan Jepang.
Aku sudah melewati kamar 1.A berjalan
kedepan lagi menuju kamar 2.A. Angin malam berhembus semakin dingin menembus
lobang pori-poriku. Malam semakin dingin. Sepi. Hanya suara derap langkah
telapak sepatu fantovel berbunyi dilantai keramik. Beberapa petugas perawat
berjalan keluar masuk kamar. Memeriksa. Mengganti tabung oksigen dan impus.
Suara jangkrik saling bersautan ditaman bunga. Dua ekor cecak saling berkejaran
di bawah cahaya lampu. Berebutan mengejar nyamuk yang hinggap didinding kamar.
Lidahnya memanjang dengan cepat bergerak melahap nyamuk.
Jalan menuju kamar 2.B. Sepi. Tepat Jam
satu malam angin malam semakin berhembus dingin. Rasa penasaranku semakin
meledak ambyar pecah ketika masuk jalan kamar 2.B. Setelah sampai depan pintu
kamar 2.B. Aku duduk dulu dikursi. Melihat kanan kiri. Sunyi. Sepi. Dingin.
Kedua telingaku aku tempelken pada daun pintu masuk kamar. Nyaris tidak
terdengan sengguran bapak Suherman. Perasaanku bergejolak hebat antara masuk
atau tidak. Akhirnya aku memberanikan diri masuk kamar 2.B.
Dengan langkah pelan-pelan aku buka pintu
kamar 2. B. Setelah masuk kamar. Ternyata kosong. Sunyi sepi. Tidak ada bapak
Suherman juga perempuan berambut panjang. Aku menyalakan lampu kamar. Kosong.
Aku balik berjalan cepat menuju papan daftar nama-nama pasen. Memastikan daftar
urutan nama pasen. Nomer lima tertulis bapak Suherman tinggal di kamar 2.B.
Jelas bapak Suherman tinggal dikamar 2. B.
Aku kembali lagi ke kamar 2.B.
Menyalakan lagi lampu besar kamar. Kosong. Sepi. Hanya letak selimut bantal
guling tidak beraturan. Aku buka kamar mandi. Ruang tunggu kamar. Kesamping
kebelakang kosong.Tidak ada. Sepi.
“Jangan-jangan bapak Suherman kembali
kemar Melati nomer 233 ya?” batinku.
Aku melihat jam dinding kamar sudah jam
dua malam. Rasa capek. Ngantuk. Lapar. Mulai terasa. Aku duduk slonjor di sofa
kemudian tiduran tidak lama kemudian aku tertidur dikamar.
Aku terbangun dari tidurku ketika suara
gema adzan subuh dari corong toa berwarna biru telur bebek. Diatas menara
masjid sebelah Rumah Sakit Jantung Jakarta. Sebelum ke masjid aku
beres-beres kamar dulu dari membetulkan letak bantal guling, selimut, sofa
serapi mungkin. Setelah itu aku melangkah keluar menuju masjid sholat subuh
berjamaah.
Biung sering berpesan ketika adzan subuh
bergema.
“ Cepet bangun Mas ?, cuci
muka berwudhu sholat subuh berjamaah. Ada keutamannya mengerjakan sholat subuh
berjamaah. Akan selalu dimudahkan semua urusannya. Doa-doanya terijabahi.
Selalu diberikan kesehatan. Jauh dari penyakit. Dilipatgandakan pahalanya oleh
Alloh SWT”.
Cahaya matahari menguning di tengah langit
jingga. Aku berjalan menuju masjid dengan niat lilahitangala hanya beribadah
karna kecintaan juga kepasrahan hidup ini. Hanya pada Alloh SWT semua aku
serahkan kepada kekuasaan Sang Pecipta segala alam isinya. Agar hidup tenang
berkah barokah. Dijauhkan dari segala kutukan iblis dan setan terkutuk.
Kepasrahan hidup pada Alloh SWT merupakan kunci dasar utama dalam mengarungi
kehidupan ini.
Cahaya lampu dibibir jalan menuju masjid.
Kalah dengan cahaya bintang gumintang ditengah langit jingga. Seakan selalu
berdzikir pada Alloh SWT. Setia patuh perintah Nya. Bukan saja cahaya bintang
gumintang. Akan tetapi cahaya rembulan matahari patuh setia perintah Nya.
Bahkan planet bumi berputar seirama dengan cahaya matahari. Nyaris tidak pernah
iri dengki marah bahkan orasi demo ngamuk. Semua patuh dengan perintah Nya.
Hanya manusia planet bumi masih saja
mengutamakan ego. Emosional. Anarkis. Ngamuk sana ngamuk sini. Bakar sana bakar
sini. Bahkan semua isi perut bumi dirampok habis atas nama restorasi : perubahan
zaman membawa peradaban global meruntuhkan nilai kasih sayang. Saling berebutan
menguras semua isi perut bumi. Pohon-pohon dijarah massal nyaris gundul.
Pembakaran lahan menjadi ladang pertanian pribadi.
Kepentingan sesaat demi perut kenyang. Semua
di libas habis total. Semua alam ini diciptakan Tuhan untuk kemakmuran hidup
manusia dengan lingkungan sekitarnya. Justru yang merusak manusia itu sendiri.
Sangat bodoh. Goblok. Serakah bin gragas mangas. Ketika bencana alam datang
bertubi-tubi. Bukannya sadar atas perilakunya merusak alam sekitarnya. Justru
jadi ajang diskusi hebat di tingkat atas atas nama aspirasi rakyat.
Seandainya mahklul planet bumi namanya manusia sadar
kepentingan hidup bersama alam sekitarnya. Alam akan memberikan kemanfatan kebaikan
pada semua manusia bumi. Hanya orang-orang yang punya akal sehat cerdas. Setiap
hari selalu mensyukuri nikmat Nya. Tanpa harus merusak alam sekitarnya.
Adzan subuh seolah membawaku terbang dalam sajadah panjang.
Terasa kecil sekali ketika bersujud di tanah Mu. Tidak ada sekat dari klas
ekonomi, jabatan, titel akademik, pangkat, kaya miskin. Paling mulia dan super
mulia adalah manusia selalu taat patuh pada Alloh SWT. Seperti cahaya rembulan,
matahari, bintang gumintang dan planet bumi patuh taat pada perintah Nya.
Bahkan semua binatang siang malam sibuk berdzikir pada pencipta Nya. Tidak
ingkar. Apa lagi menyekutukan Alloh SWT. Memburu jabatan, pangkat, kekuasaan
sesaat. Musrik menyekutukan Tuhan dosa besar. Tempatnya jelas neraka jahanan.
Neraka bahan bakarnya manusia dan batu akan kekal didalamnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar