Sabtu, 25 Februari 2023

Menuju Bangsal Pavilum Eskekutif Kamar 2.B

 

pixabay.com


Pelukis dan Parfum  Episode : 49

Agus Yuwantoro

 

      Akhirnya sampai juga aku di bangsal pavilium eksekutif tata cahaya lampu bercahaya terang. Tempatnya super bersih baunya harum seperti bunga melati. Samping depan pintu kamar ada pot bunga anggrek sedang berbunga menempel setiap dinding. Persis hotel berbintang. Bukan rumah sakit. Aku mencari kamar 2.B tempat istirahat bapak Suherman juga perempuan berambut panjang wajahnya mirip perempuan Jepang.

     Aku sudah melewati kamar 1.A berjalan kedepan lagi menuju kamar 2.A. Angin malam berhembus semakin dingin menembus lobang pori-poriku. Malam semakin dingin. Sepi. Hanya suara derap langkah telapak sepatu fantovel berbunyi dilantai keramik. Beberapa petugas perawat berjalan keluar masuk kamar. Memeriksa. Mengganti tabung oksigen dan impus. Suara jangkrik saling bersautan ditaman bunga. Dua ekor cecak saling berkejaran di bawah cahaya lampu. Berebutan mengejar nyamuk yang hinggap didinding kamar. Lidahnya memanjang dengan cepat bergerak melahap nyamuk.

     Jalan menuju kamar 2.B. Sepi. Tepat Jam satu malam angin malam semakin berhembus dingin. Rasa penasaranku semakin meledak ambyar pecah ketika masuk jalan kamar 2.B. Setelah sampai depan pintu kamar 2.B. Aku duduk dulu dikursi. Melihat kanan kiri. Sunyi. Sepi. Dingin. Kedua telingaku aku tempelken pada daun pintu masuk kamar. Nyaris tidak terdengan sengguran bapak Suherman. Perasaanku bergejolak hebat antara masuk atau tidak. Akhirnya aku memberanikan diri masuk kamar 2.B.

      Dengan langkah pelan-pelan aku buka pintu kamar 2. B. Setelah masuk kamar. Ternyata kosong. Sunyi sepi. Tidak ada bapak Suherman juga perempuan berambut panjang. Aku menyalakan lampu kamar. Kosong. Aku balik berjalan cepat menuju papan daftar nama-nama pasen. Memastikan daftar urutan nama pasen. Nomer lima tertulis bapak Suherman tinggal di kamar 2.B. Jelas bapak Suherman tinggal dikamar 2. B.

       Aku kembali lagi ke kamar 2.B. Menyalakan lagi lampu besar kamar. Kosong. Sepi. Hanya letak selimut bantal guling tidak beraturan. Aku buka kamar mandi. Ruang tunggu kamar. Kesamping kebelakang kosong.Tidak ada. Sepi.

       “Jangan-jangan bapak Suherman kembali kemar Melati nomer 233 ya?” batinku.

       Aku melihat jam dinding kamar sudah jam dua malam. Rasa capek. Ngantuk. Lapar. Mulai terasa. Aku duduk slonjor di sofa kemudian tiduran tidak lama kemudian aku tertidur dikamar.

       Aku terbangun dari tidurku ketika suara gema adzan subuh dari corong toa berwarna biru telur bebek. Diatas menara masjid sebelah Rumah  Sakit  Jantung Jakarta. Sebelum ke masjid aku beres-beres kamar dulu dari membetulkan letak bantal guling, selimut, sofa serapi mungkin. Setelah itu aku melangkah keluar menuju masjid sholat subuh berjamaah.

       Biung sering berpesan ketika adzan subuh bergema.

“ Cepet bangun Mas ?, cuci muka berwudhu sholat subuh berjamaah. Ada keutamannya mengerjakan sholat subuh berjamaah. Akan selalu dimudahkan semua urusannya. Doa-doanya terijabahi. Selalu diberikan kesehatan. Jauh dari penyakit. Dilipatgandakan pahalanya oleh Alloh SWT”. 

     Cahaya matahari menguning di tengah langit jingga. Aku berjalan menuju masjid dengan niat lilahitangala hanya beribadah karna kecintaan juga kepasrahan hidup ini. Hanya pada Alloh SWT semua aku serahkan kepada kekuasaan Sang Pecipta segala alam isinya. Agar hidup tenang berkah barokah. Dijauhkan dari segala kutukan iblis dan setan terkutuk. Kepasrahan hidup pada Alloh SWT merupakan kunci dasar utama dalam mengarungi kehidupan ini.

     Cahaya lampu dibibir jalan menuju masjid. Kalah dengan cahaya bintang gumintang ditengah langit jingga. Seakan selalu berdzikir pada Alloh SWT. Setia patuh perintah Nya. Bukan saja cahaya bintang gumintang. Akan tetapi cahaya rembulan matahari patuh setia perintah Nya. Bahkan planet bumi berputar seirama dengan cahaya matahari. Nyaris tidak pernah iri dengki marah bahkan orasi demo ngamuk. Semua patuh dengan perintah Nya.

     Hanya manusia planet bumi masih saja mengutamakan ego. Emosional. Anarkis. Ngamuk sana ngamuk sini. Bakar sana bakar sini. Bahkan semua isi perut bumi dirampok habis atas nama restorasi : perubahan zaman membawa peradaban global meruntuhkan nilai kasih sayang. Saling berebutan menguras semua isi perut bumi. Pohon-pohon dijarah massal nyaris gundul. Pembakaran lahan menjadi ladang pertanian pribadi.

     Kepentingan sesaat demi perut kenyang. Semua di libas habis total. Semua alam ini diciptakan Tuhan untuk kemakmuran hidup manusia dengan lingkungan sekitarnya. Justru yang merusak manusia itu sendiri. Sangat bodoh. Goblok. Serakah bin gragas mangas. Ketika bencana alam datang bertubi-tubi. Bukannya sadar atas perilakunya merusak alam sekitarnya. Justru jadi ajang diskusi hebat di tingkat atas atas nama aspirasi rakyat.

Seandainya mahklul planet bumi namanya manusia sadar kepentingan hidup bersama alam sekitarnya. Alam akan memberikan kemanfatan kebaikan pada semua manusia bumi. Hanya orang-orang yang punya akal sehat cerdas. Setiap hari selalu mensyukuri nikmat Nya. Tanpa harus merusak alam sekitarnya.

Adzan subuh seolah membawaku terbang dalam sajadah panjang. Terasa kecil sekali ketika bersujud di tanah Mu. Tidak ada sekat dari klas ekonomi, jabatan, titel akademik, pangkat, kaya miskin. Paling mulia dan super mulia adalah manusia selalu taat patuh pada Alloh SWT. Seperti cahaya rembulan, matahari, bintang gumintang dan planet bumi patuh taat pada perintah Nya. Bahkan semua binatang siang malam sibuk berdzikir pada pencipta Nya. Tidak ingkar. Apa lagi menyekutukan Alloh SWT. Memburu jabatan, pangkat, kekuasaan sesaat. Musrik menyekutukan Tuhan dosa besar. Tempatnya jelas neraka jahanan. Neraka bahan bakarnya manusia dan batu akan kekal didalamnya.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar