pixabay.com
Pelukis dan
Parfum Episode : 47
Oleh.
Agus Yuwantoro
Ternyata
Dokter Jiman tidak bisa datang di Rumah Sakit Jantung Jakarta. Menurut bagian
informasi ia harus terbang ke Singapura. Ada undangan resmi memberikan kuliah
terbuka di Universitas Kedokteran Singapura selama dua hari. Aku mulai bingung
gelisah memikirkan kesehatan bapak Suherman. Di saat hati mulai bingung gelisah
limbung seorang perawat UGD mendekatiku kemudian duduk disebelahku. Sambil berucap.
“Tenang
saja Mas kondisi bapak Suherman stabil.“
“Terima
kasih.“
“Beliau
memang butuh istirahat sebentar.“
“Iya
ya.“
“Setelah
kami cek ulang semua keadaannya normal.“
“Terima
kasih.“
“Insya
allah beliau cepat sadar.“
“Iya
ya.“
“Baiknya
mas istirahat dulu.“
“Ya?”
jawabku singkat.
Setelah
itu aku melangkah keluar meninggalkan UGD. Sebetulnya hati ini tidak tega
meninggalkan bapak Suherman sendiri di UGD. Tapi menurut hasil pemeriksaan Dokter
Sutejo juga perawat keadaannya stabil. Aku berjalan menuju Masjid At Taqwa
samping Rumah Sakit Jantung Jakarta. Melaksanakan sholat sunnah hajat juga
berdoa terbaik buat Biung tercinta dan bapak Suherman.
Setelah
sampai di masjid aku berwudhu melaksanakan sholat sunnah hajat dua rakaat.
Membaca tasbih. Asmaul husna. Sholawat Nabi Muhammad SAW. Terakhir berdoa
terbaik untuk kesehatan kesembuhan Biung juga bapak Suherman. Setelah itu aku
duduk di serambi masjid. Duduk selonjor kepala aku sandarkan pada tembok
serambi masjid. Semilir angin sangat sejuk membelai lembut rambut wajah dan
kedua bola mataku. Tidak terasa aku tertidur di serambi masjid.
Aku
bangun dari tidurku ketika mendengar gema suara adzan maghrib. Aku berdiri
berjalan menuju tempat berwudhu. Duduk diatas sajadah masjid bergambar ka'bah
berwarna hijau lumut menunggu sholat berjamaah. Sebentar kemudian muadzin
iqomah bertanda sholat dimulai. Aku sholat berjamaah di sebelah shofku masih
kosong. Ketika imam sholat takbir pertama datang jamaah dengan seragam serba
putih. Setelah selesai mengerjakan sholat berjamaah. Sebelahku perawat rumah
sakit yang tadi menyuruhku istirahat. Wajahnya penuh aura ceria. Tersenyum
penuh persahabatan. Kemudian berjabat tangan denganku. Sambil berucap pelan-pelan
sebelah kanan telingaku.
“Bapak
Suherman sudah sadar.“
“Alhamdulillah
alhamdulillah terima kasih ya Tuhan, aamiin.“
“Bapak
Suherman sadar sebab kehadiran seorang perempuan berambut panjang di UGD mas.“
“Terima
kasih terima kasih,“ jawabku singkat.
Perawat
dengan seragam serba putih masih duduk di sebelahku. Diam. Kepalanya menunduk.
Bibirnya komat-kamit. Memanjatkan doa pada Tuhan Sang Pencipta semesta alam.
Tempat memohon meminta dari segala permintaan hambanya yang selalu setia taat
berbakti tawakal kepada Nya. Aku membaca tasbih. Istighfar lalu berdoa.
Sesudah itu perawat mengajakku duduk di taman masjid.
“Betul
sudah sadar bapak Suherman,“ sapaku.
“Betul.“
“Sejak
kapan?”
“Di
saat mas meninggalkan UGD.“
“Berarti
sudah tiga jam ya.“
“Betul
Mas setelah mas meninggalkan UGD ada seorang perempuan berambut panjang izin
masuk menemani bapak Suherman. Entah kekuatan apa tiba-tiba bapak Suherman
sadar ketika tangan sebelah kanan dipegang oleh perempuan itu.“
“Nama
perempuan itu siapa?”
“Tidak
tau mas. Kelihatannya mesra sekali.“
“Perempuan
itu pakai kebaya gak.“
“Tidak.
Kelihatannya seperti turunan Jepang sebab kedua bola matanya sipit dan wajahnya
mirip orang Jepang.“
“Jadi
perempuan itu tidak pakai kebaya.“
“Tidak,
dandanan persis orang Jepang.“
“Boleh
aku nusul ke UGD.“
“Tidak
boleh mas.“
“Kenapa?”
“Menurut
beberapa Dokter bapak Suherman butuh istirahat dulu.“
“Tapi
kan sudah sadar.“
“Betul
mas.“
“Kenapa
tidak boleh nengok.“
“Baiknya
biar istirahat dulu.“
“Ya
ya terima kasih informasinya.“
“Sama
sama Mas.“
“Tetep
tidak boleh nengok di UGD.“
“Di
saat ini belum boleh mas.“
“Ya
ya terima kasih.“
“Sama
sama Mas,“ jawab perawat kemudian berdiri pamit berjalan meninggalkan aku di
taman masjid melaksanakan tugasnya. Aku merasa bombong bungah beger mendengar
bapak Suherman sudah sadar. Sebab kehadiran seorang perempuan berambut panjang.
Kata perawat UGD perempuan berambut panjang itu mirip orang Jepang.
Sehabis
sholat berjamaah isya aku langsung menuju kamar Biyungku. Hampir tiga jam lebih
aku meninggalkan sendiri dikamar. Setelah sampai di kamar aku mengintip lewat
kaca nako. Biung masih tertidur nyenyak seluruh badannya ditutupi selimut. Aku
tidak berani membangunkan dari tidurnya. Biung butuh istirahat cukup untuk
memulihkan kesehatannya.
Pikiranku
melayang-layang di UGD. Aku beranikan diri lagi melangkah pergi ke UGD. Sebelum
pergi meninggalkan Biung. Aku pastikan lagi posisi Biung di kamar. Aku buka
gorden pelan-pelan. Biung masih dalam posisi tidur nyenyak seluruh badannya
ditutupi selimut. Mungkin faktor ac kamar cukup dingin makanya tidur dengan
selimut. Hampir seluruh tubuhnya ditutupi selimut. Aku pergi meninggalkan Biung
menuju UGD. Memastikan apakah bapak Suherman betul-betul sudah sadar. Juga
siapa perempuan berambut panjang itu ?. Membuat bapak Suherman sadar dari
pingsannya.
Aku
berjalan cepat menuju UGD sudah paham jalur paling cepat dan tepat sampai UGD.
Setelah sampai di UGD aku mencari-cari bapak Suherman. Ternyata tidak ada.
Sudah diganti dengan pasien baru. Rasa penasaranku memuncak setiap kamar UGD
aku lihat. Tetep tidak ada. Apa lagi perempuan berambut panjang wajahnya mirip
orang Jepang. Tidak ada. Aku menghubungi bagian informasi rumah sakit.
“Bu
maaf mengganggu sebentar, mau tanya.“
“O
gak apa-apa bisa dibantu.“
“Bapak
Suherman yang di UGD kemana ya Bu?”
“Oo
baru saja pindah di ruang paviliun kelas eksekutif.“
“Sebelah
mana ya Bu?“
“Lantai
satu.“
“Lantai
satu.“
“Sejak
kapan Bu.“
“Dua
jam yang lalu.“
“Dengan
perempuan berambut panjang itu ya Bu?”
“Betul
betul, perempuan itu persis orang Jepang.“
“Boleh
menengok kesana?”
“Mohon
maaf sementara tidak boleh.“
“Kenapa?”
“Itu
pesan dari ketua bangsal paviliun.“
“Lalu…“
“Harus
minta izin dulu pada ketua bangsal dulu.“
“Dimana?”
“Sebentar
aku telpon kan dulu ketua bangsal paviliun.“
“Terima
kasih ya Bu.“
Setelah
petugas bagian informasi telepon ketua bangsal paviliun. Kemudian mendekatiku
sambil berucap.
“Mohon
maaf untuk hari ini tidak boleh di besuk.“
“Kenapa?”
“Itu
pesan dari ketua bangsal.“
“Jadi
kapan bisa besuk Bu?”
“Mungkin
besok pagi.“
“Ya
ya terima kasih,“ jawabku sambil meninggalkan bagian informasi. Aku langsung
berjalan menunduk menuju ruang kamar Biyungku kembali. Menemani menjaga Biung
biar cepat sehat kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar