Rabu, 08 Februari 2023

Dokter Jiman Tidak Datang

 

pixabay.com

Pelukis dan Parfum  Episode : 47

Oleh.  Agus Yuwantoro

 

      Ternyata Dokter Jiman tidak bisa datang di Rumah Sakit Jantung Jakarta. Menurut bagian informasi ia harus terbang ke Singapura. Ada undangan resmi memberikan kuliah terbuka di Universitas Kedokteran Singapura selama dua hari. Aku mulai bingung gelisah memikirkan kesehatan bapak Suherman. Di saat hati mulai bingung gelisah limbung seorang perawat UGD mendekatiku kemudian duduk disebelahku. Sambil berucap.

      “Tenang saja Mas kondisi bapak Suherman stabil.“

     “Terima kasih.“

     “Beliau memang butuh istirahat sebentar.“

     “Iya ya.“

     “Setelah kami cek ulang semua keadaannya normal.“

     “Terima kasih.“

     “Insya allah beliau cepat sadar.“

     “Iya ya.“

     “Baiknya mas istirahat dulu.“

     “Ya?” jawabku singkat.

      Setelah itu aku melangkah keluar meninggalkan UGD. Sebetulnya hati ini tidak tega meninggalkan bapak Suherman sendiri di UGD. Tapi menurut hasil pemeriksaan Dokter Sutejo juga perawat keadaannya stabil. Aku berjalan menuju Masjid At Taqwa samping Rumah Sakit Jantung Jakarta. Melaksanakan sholat sunnah hajat juga berdoa terbaik buat Biung tercinta dan bapak Suherman.

     Setelah sampai di masjid aku berwudhu melaksanakan sholat sunnah hajat dua rakaat. Membaca tasbih. Asmaul husna. Sholawat Nabi Muhammad SAW. Terakhir berdoa terbaik untuk kesehatan kesembuhan Biung juga bapak Suherman. Setelah itu aku duduk di serambi masjid. Duduk selonjor kepala aku sandarkan pada tembok serambi masjid. Semilir angin sangat sejuk membelai lembut rambut wajah dan kedua bola mataku. Tidak terasa aku tertidur di serambi masjid.

     Aku bangun dari tidurku ketika mendengar gema suara adzan maghrib. Aku berdiri berjalan menuju tempat berwudhu. Duduk diatas sajadah masjid bergambar ka'bah berwarna hijau lumut menunggu sholat berjamaah. Sebentar kemudian muadzin iqomah bertanda sholat dimulai. Aku sholat berjamaah di sebelah shofku masih kosong. Ketika imam sholat takbir pertama datang jamaah dengan seragam serba putih. Setelah selesai mengerjakan sholat berjamaah. Sebelahku perawat rumah sakit yang tadi menyuruhku istirahat. Wajahnya penuh aura ceria. Tersenyum penuh persahabatan. Kemudian berjabat tangan denganku. Sambil berucap pelan-pelan sebelah kanan telingaku.

       “Bapak Suherman sudah sadar.“

       “Alhamdulillah alhamdulillah terima kasih ya Tuhan, aamiin.“

       “Bapak Suherman sadar sebab kehadiran seorang perempuan berambut panjang di UGD mas.“

       “Terima kasih terima kasih,“ jawabku singkat.

        Perawat dengan seragam serba putih masih duduk di sebelahku. Diam. Kepalanya menunduk. Bibirnya komat-kamit. Memanjatkan doa pada Tuhan Sang Pencipta semesta alam. Tempat memohon meminta dari segala permintaan hambanya yang selalu setia taat berbakti tawakal kepada Nya.  Aku membaca tasbih. Istighfar lalu berdoa. Sesudah itu perawat mengajakku duduk di taman masjid.

       “Betul sudah sadar bapak Suherman,“ sapaku.

       “Betul.“

       “Sejak kapan?”

       “Di saat mas meninggalkan UGD.“

       “Berarti sudah tiga jam ya.“

       “Betul Mas setelah mas meninggalkan UGD ada seorang perempuan berambut panjang izin masuk menemani bapak Suherman. Entah kekuatan apa tiba-tiba bapak Suherman sadar ketika tangan sebelah kanan dipegang oleh perempuan itu.“

       “Nama perempuan itu siapa?”

       “Tidak tau mas. Kelihatannya mesra sekali.“

       “Perempuan itu pakai kebaya gak.“

      “Tidak. Kelihatannya seperti turunan Jepang sebab kedua bola matanya sipit dan wajahnya mirip orang Jepang.“

      “Jadi perempuan itu tidak pakai kebaya.“

      “Tidak, dandanan persis orang Jepang.“

      “Boleh aku nusul ke UGD.“

      “Tidak boleh mas.“

      “Kenapa?”

      “Menurut beberapa Dokter bapak Suherman butuh istirahat dulu.“

      “Tapi kan sudah sadar.“

      “Betul mas.“

      “Kenapa tidak boleh nengok.“

      “Baiknya biar istirahat dulu.“

      “Ya ya terima kasih informasinya.“

      “Sama sama Mas.“

      “Tetep tidak boleh nengok di UGD.“

      “Di saat ini belum boleh mas.“

      “Ya ya terima kasih.“

      “Sama sama Mas,“ jawab perawat kemudian berdiri pamit berjalan meninggalkan aku di taman masjid melaksanakan tugasnya. Aku merasa bombong bungah beger mendengar bapak Suherman sudah sadar. Sebab kehadiran seorang perempuan berambut panjang. Kata perawat UGD perempuan berambut panjang itu mirip orang Jepang.

     Sehabis sholat berjamaah isya aku langsung menuju kamar Biyungku. Hampir tiga jam lebih aku meninggalkan sendiri dikamar. Setelah sampai di kamar aku mengintip lewat kaca nako. Biung masih tertidur nyenyak seluruh badannya ditutupi selimut. Aku tidak berani membangunkan dari tidurnya. Biung butuh istirahat cukup untuk memulihkan kesehatannya.

Pikiranku melayang-layang di UGD. Aku beranikan diri lagi melangkah pergi ke UGD. Sebelum pergi meninggalkan Biung. Aku pastikan lagi posisi Biung di kamar. Aku buka gorden pelan-pelan. Biung masih dalam posisi tidur nyenyak seluruh badannya ditutupi selimut. Mungkin faktor ac kamar cukup dingin makanya tidur dengan selimut. Hampir seluruh tubuhnya ditutupi selimut. Aku pergi meninggalkan Biung menuju UGD. Memastikan apakah bapak Suherman betul-betul sudah sadar. Juga siapa perempuan berambut panjang itu ?. Membuat bapak Suherman sadar dari pingsannya.

Aku berjalan cepat menuju UGD sudah paham jalur paling cepat dan tepat sampai UGD. Setelah sampai di UGD aku mencari-cari bapak Suherman. Ternyata tidak ada. Sudah diganti dengan pasien baru. Rasa penasaranku memuncak setiap kamar UGD aku lihat. Tetep tidak ada. Apa lagi perempuan berambut panjang wajahnya mirip orang Jepang. Tidak ada. Aku menghubungi bagian informasi rumah sakit.

“Bu maaf mengganggu sebentar, mau tanya.“

“O gak apa-apa bisa dibantu.“

“Bapak Suherman yang di UGD kemana ya Bu?”

“Oo baru saja pindah di ruang paviliun kelas eksekutif.“

“Sebelah mana ya Bu?“

“Lantai satu.“

“Lantai satu.“

“Sejak kapan Bu.“

“Dua jam yang lalu.“

“Dengan perempuan berambut panjang itu ya Bu?”

“Betul betul, perempuan itu persis orang Jepang.“

“Boleh menengok kesana?”

“Mohon maaf sementara tidak boleh.“

“Kenapa?”

“Itu pesan dari ketua bangsal paviliun.“

“Lalu…“

“Harus minta izin dulu pada ketua bangsal dulu.“

“Dimana?”

“Sebentar aku telpon kan dulu ketua bangsal paviliun.“

“Terima kasih ya Bu.“       

           Setelah petugas bagian informasi telepon ketua bangsal paviliun. Kemudian mendekatiku sambil berucap.

        “Mohon maaf untuk hari ini tidak boleh di besuk.“

        “Kenapa?”

        “Itu pesan dari ketua bangsal.“

        “Jadi kapan bisa besuk Bu?”

        “Mungkin besok pagi.“

        “Ya ya terima kasih,“ jawabku sambil meninggalkan bagian informasi. Aku langsung berjalan menunduk menuju ruang kamar Biyungku kembali. Menemani menjaga Biung biar cepat sehat kembali.  

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar