Sabtu, 25 Februari 2023

Cahaya Matahari Pagi Yang Cerah

 



Oleh. Agus Yuwantoro

Pelukis dan Parfum Episode : 50

 

     Sesudah salat Subuh berjamaah, aku duduk tawakur di atas sajadah. Berzikir pada Tuhan. Agar semua urusan hidup dunia ini selalu dimudahkan. Berzikir pada Tuhan bentuk kecintaan sangat tulus ikhlas pada Sang Pencipta. Sambil menunggu lahirnya cahaya matahari pagi di atas langit jingga. Biasanya cahaya matari terbit disaat langit berwarna menguning emas bersama semburat cahaya matahari pagi. Sehingga mampu menyinari semua isi bumi. Ini salah satu tanda kebesaran Tuhan.

      Ketika aku sedang asyik berdzikir. Ada aroma khas seperti bau parfumnya bapak Suherman. Terbang melayang-layang di ruangan masjid. Aku menoleh kekanan kiri. Tidak ada bapak Suherman. Ketika aku mencoba menoleh kebelakang ternyata bapak Suherman sedang duduk slonjor dipojok dinding masjid. Sambil membersihkan rambutnya yang basah dengan handuk kecil berwarna biru muda.

      Aku raba-raba kedua bola mataku. Aku ucek-ucek dengan kedua tanganku. Biar bisa melihat jelas apakah itu bapak Suherman atau bukan. Ternyata betul bapak Suherman. Sebelum aku berdiri bapak Suherman mengejarku memeluk rapat sekali dan berucap.

       “Mas, Mas bapak sudah menemukan istri tercinta.“

       “Kapan pak?”

       “Kemarin.“

       “Dimana?”

       “Di UGD Mas.“

       “UGD Pak?”

       “Ya iya di UGD ia membuat bapak sadar Mas.“

       “Syukur- syukur alhamdulillah.“

       “Iya ya Mas.“

       “Sekarang dimana?“

       “Sedang membeli nasi bungkus untuk kita semua Mas?”

       “Dimana belinya?”

       “Samping jalan rumah sakit Mas.“

        “Kan lebih dekat beli di kantin too Pak.“

        “Tidak Mas. Disana ada nasi pecel juga sayur semur jengkol.“

        “Ooo gitu ya Pak.“

        “Iya Mas.“

        “Siapa nama istri tercinta Bapak?“

        “Wagiyem.“

        “Wagiyem ya Pak.“

       “Iya ya.“

       “Bukan Sakura.“

       “Bukan!”

       “Pakai baju apa ya Pak?“

       “Longdres dengan motif pantai di Bali warna putih biru.“

       “Yang bener aja Pak?“

       “Betul Mas pakai baju longdres.“

       “Longdres.“

      “Iya baju longdres menambah cantik sekali istri Bapak Mas.“

     “Bener Pak.“

     “Bener. Bapak ta nusul kesana ya Mas.“

     “Iya ya Pak.“

     “Bapak titip tas ini ya Mas. Sebentar lagi bapak kesini dengan istri tercinta.“

     “Iya ya Pak.“

     “Tas ini isinya aset kekayaan bapak. Ada Atm Bapak juga Atm istri bapak tercinta. Istriku paham betul nomer pinnya Mas.“

     “Baiknya dibawa saja Pak.“

     “Tidak usah bapak lebih percaya dengan Mas.“

“Bener nih.“

“Iya ya Mas.“

“Hati hati ya Pak.“

 “Iya ya Mas.“

    Cahaya matahari mulai memerah didinding langit luas. Cahaya matahari sangat cerah sehingga nampak bayangan tubuh bapak Suherman. Meninggalkan aku menyusul istri tercinta sedang membeli nasi bungkus. Aku pegang erat-erat tas kulit warna coklat miliknya bapak Suherman. Ketika aku mau berdiri Hpku berdering nyaring. Bertanda ada telpon masuk. Aku melihat tanda panggilan masuk ternyata dari Supratiwi.

“Haloo halooo, Mas, Mas?“

“Ya halo halooo, Dik?“

“Met pagi Mas.“

“Pagi, sehat aja shi Dik.“

“Sehat Mas.“

“Alhamdulillah ikut seneng.“

“Mas, ni mau persiapan terbang pulang.“

“Kapan ya Dik?”

“Sekarang.“

“Jam berapa Dik?”

“Pesawat jam pertama Mas.“

“Sliwedari air ya Dik.“

“Iya ya betul ni malah dengan Polisi Singapura juga Biungnya.“

“Lim Shi Pret ya Dik.“

“Katanya asli dari kampung nama aslinya Kampret ja Mas.”

“Oo gitu ja Dik.“

“Juga bersama temen TKW Mas, ada Om Jebeng katanya habis menang judi rolet di Kota Singapura. Aku malah udah dibelikan tiketnya ja Mas.“

“Iya ya.“

“Pulang langsung nikah resmi ya Mas.“

“Iya ya Dik.“

“Jangan hanya iya ya tok. Janji loo Mas.“

“Iya ya.“

“Bener nih gak nyesel punya istri aku.“

“Gak lah.“

“Gak nyesel mantan babu loo Mas?”

“Gak lah, kan pahlawan dewisa Negara ko Dik.“

“Walahh gombal.“

“Bener ko Dik.”

“Yang penting aku pulang langsung nikah resmi ya Mas.“

“Ya ya.“

“Tidak usah resepsi ya Mas.“

“Iya Dik.“

“Bener ni serius nih Mas.“

“Iya ya.“

“Eee masih ada satu permintaanku.“

“Apa ya Dik?”

“Aku punya sesuatu Mas.“

“Apa tuu?”

“Tapi mau menerima si Mas.“

“Mau mau, ayo katakan saja Dik.”

“Bener nih mau menerima titipanku.“

“Bener lah Dik.“

“Aku titipkan budeku yang tinggal di Desa Mlahar.“

“Desa Mlahar ya Dik.“

“Iya ya betul betul Mas.“

“Siapp dengan senang hati.“

“Makasih ya Mas. I love you.“

“Oke I Mis You.“

“Dah ya Mas ni mau masuk pintu bandara antri ja Mas.“

“Iya ya ditunggu aja.“

“Mohon doanya ya Mas. Pesawat aman selamat sampai tujuannya.“

“Iya Mas doaken, pesawat selamat aman utuh sampai tujuannya.“

“Makasih ya Mas.“

“Masama Dik.”

“Makasih ya Mas.“

“Oke.“

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar