Pelukis dan Parfum Episode
: 46
Oleh. Agus Yuwantoro
Tepat jam tiga sore bapak Suherman masuk
Unit Gawat Darurat di Rumah Sakit jantung Jakarta. Aku menunggu di ruang tunggu
UGD. Seluruh badanku terasa lemas. Duduk di kursi tunggu kepalaku aku sandarkan
pada tembok. Hanya doa-doa terbaik lahir dalam batinku paling dalam. Semoga
bapak Suherman cepat sadar. Sehat kembali. Aku melihat beberapa dokter keluar
masuk ruangan UGD. Memberikan pelayanan terbaik pada bapak Suherman.
Hampir dua jam bapak Suherman masih di UGD
belum ada informasi tentang keadaannya. Baik dari perawat juga Dokter jaga dari
UGD. Di ruang tunggu UGD seperti ruangan penantian antara kehidupan dan
kematian setiap manusia yang masuk. Aku tetap masih setia menunggu di ruang
tunggu UGD. Hanya aku satu-satunya teman akrabnya bapak Suherman. Bahkan sudah
seperti saudaraku sendiri. Juga pelanggan setiaku mau membeli dan pesan
berbagai macam bentuk dengan tema apapun. Aku siap melukis susuwai dengan
pesanannya.
Aku jadi teringat waktu di Bali sebelum
muncul wabah covid 19 yang meluluh lantakan semua sendi perekonomian Indonesia.
Bahkan wabah ini mampu mengoncang perekonomian dunia Internasioanl. Sebelum
lahir wabah covid 19. Bapak Suherman menyuruh melukis foto istri tercinta
menurut kabar tewas tenggelam bersama jebolnya bendungan yang ia bangun ketika
ke Jakarta untuk meandatangani kontrak terbarunya. Foto ukuran dua kali tiga
hitam putih selalu disimpan dalam dompet kulit berwarna hitam. Ingatanku masih
terasa hangat dalam otakku. Waktu itu sengaja berkunjung kerumah kontrakanku
bapak Suherman mendekatiku
“Mas tolong dilukis istri tercinta bapak
Ya?”
“Ya ya…“
“Ini fotonya.“
“Ya bapak yang agak besar ada gak?”
“Tidak ada cuma tinggal ini Mas.“
“Iya ya…“
“Tolong dilukis dengan perasaan ya Mas.“
“Iya ya bapak. Kok persis wanita Mandarin Jepang ya bapak?“
“Betul rambon: Perkawinan campuran mantan Tentara Jepang
dengan gadis Pribumi.“
“Ko bisa ya?“
“Iya dulu ada salah satu Tentara Jepang membelot bantu para
pejuang Indonesia. Bahkan melatih bela diri, memainkan senjata api.“
“Termasuk pelatih Peta ya bapak.“
“Iya ya Mas.“
“Laa bapak kenalnya dimana?”
“Panjang ceritanya Mas.“
“Oo gitu too?”
“Intinya sewaktu bapak menjadi salah satu pimpinan proyek
bendungan di Desa Wadas bapak kenal dia namanya Wagiyem bakul nasi pecel.“
“Cantik ya bapak.“
“Super cantik Mas.“
“Lalu?“
“Akhirnya bapak betul-betul jatuh cinta.“
“Lalu?”
“Bapak nikah resmi satu tahun kemudian punya anak laki-laki.
Sayang bapak belum sempat memberi nama.“
“Kenapa?”
“Pada malam acara ritual potong rambut. Bapak harus ke
Jakarta di telpon pimpinan pusat untuk presentasi dan tanda tangan kontrak
selanjutnya. Bapak tidak sempat menyaksikan potong rambut dan pemberian nama
anak tercinta.“
“Demi tugas ya bapak.“
“Iya Mas. Tapi sayang Mas?”
“Kenapa?”
“Sewaktu bapak mau pesen tiket pulang kampung ke desa Wadas.
Bapak di telpon para mandor bangunan proyek bendungan. Bahwa bendungan yang
mengarah kampung istri anak dan tetanggnya bapak tenggelam tewas bersama
jebolnya bendungan itu Mas.“
“Sesudah itu.“
“Bapak terus mencari dan mencari sampai sekarang ini. Makanya
bapak pesen dilukis istri bapak ini yang terbagus terbaik tercantik ya Mas
dengan perasaan penuh kasih sayang ya Mas.“
“Siapp.“
“Berapun ongkos melukis bapak sudah siapkan Mas.“
“Itu masalam gampang Bapak.“
“Oke terima kasih ya Mas. Tapi bapak minta.“
“Apa bapak.“
“Dari awal melukis bapak harus mendampingi sampai lukisan
istri bapak selesai ya Mas.“
“Oke oke Bapak.“
Satu minggu kemudian
lukisan istri tercinta bapak Suherman jadi. Aku lukis dengan cat berwarna
susuwai dengan pesanannya. Begitu jadi lukisan itu bapak Suherman berjam jam
menikmati lukisan istrinya. Bahkan ketika mau tidur dibawa ke kamar tidur.
Dipeluk. Dicium. Diraba raba kedua pipinya dan bibirnya memerah basah.
Ketika bangun pagi bapak Suherman mendekatiku berbisi pelan
pelan.
“Mas mas tadi malam bapak mimpi bercinta dengan istri bapak.“
“Waouu ko bisa.“
“Bapak sangat mencintainya Mas.“
“Hebat luar biasa.“
“Dekat sini Mas jangan bilang siapa siapa ya?“
“Ada apa?”
“Bapak sembuh dari peluh: Impotensi bapak bisa ireksi kembali
Mas.“
“Alhamdulillah alhamdulillah.“
“Iya ya Mas bisa ireksi lagi Mas,” jawab bapak Suherman
seperti anak kecil jingkrak-jingkrak semringgah bombong bungah. Kemudian
memeluk aku rapat sekali.
Akupun tersenyum ternyata lukisanku bisa
mengobati penyakit peluh: Impotensi bapak Suherman. Menurut pengakuannya sudah
puluhan dokter kelamin terbaik di Ibu Kota Jakarta diperiksa tetep gagal tidak
sembuh. Tetep peluh: Impotensi semenjak istri anak tercinta dinyatakan tewas
tenggelam bersama jebolnya bendungan yang ia bangun.
Bahkan pernah berobak ke
Singapura, Cina sampai Belanda tetep peluh tidak bisa ireksi alat kelaminnya.
Tapi entah kenapa dengan hasil lukisanku sangat sederhana mampu mengobati
penyakit peluh: impotensinya. Gara-gara melihat. Menimati. Lukisan istrinya
bapak Suherman sembuh total dari penyakit peluh : impotensi. Mungkin rasa cinta
super tulus ihklas dalam lubuk hati paling dalam. Cinta mampu menyembuhkan
segala rasa juga perasaannya.
Aku kaget dari lamunanku
ketika pundakku di pegang oleh Dokter spesial jantung teman akrabnya bapak
Suherman. Juga menolong Biung masang ring tiga dari serangan penyakit jantung.
“Loo ko malah ngalamun ya
Mas.“
“Enggak Dok.“
“Laa itu masih bengong.“
“Enggak kok Dok. Gimana
keadaannya bapak Suherman.“
“Semua baik, dari detak
jatung, tensi, gula darah dan lainnya.“
“Syukurlah.“
“Cuma butuh waktu untuk
istirahat.“
“Iya ya sudah tiga hari
tiga malam tidak istirahat.“
“Iya nanti nunggu
kedatangan Dokter spesial terapi kepala dan otak Dokter Jiman alumni falkutas
terapis dari Negri Matahari Jepang. Asli orang Wangon malah orang desa dari
Gunung Putri Cingkang.”
“Kapan datangnya Dok.“
“Sebentar lagi Mas.“
“Terima kasih Ia juga
seorang Dokter juga kolektor lukisan ko Mas.“
“Iya too Dok “
“Iya bahkan pernah diberi
lukisan gerobak sapi sedang memuat padi berjalan dipinggiran bibir jalan
persawahan dari bapak Suherman. Malah gratis ko Mas.“
“Ituu kan lukisanku dengan
tema Gerobak Sapi Memuat padi di jalan pancasan.“ Bisikku sambil tersenyum
sendiri.
“Laa ko malah diam ya Mas.“
“Gak lah Dok. Jadi nunggu
Dokter Jiman ya Dok.“
“Betul betul ia ahli
terapi jaringan otak dan kepala.“
“Hebat ya Dok.“
“Makanya sebelum kami skem
daerah kepala bapak Suherman atas rekomendasi beberapa Dokter. Memanggil Dokter
Jiman spesialis dokter bagian kepala juga ahli totok tusuk jarum, Mas.“
“Terima kasih Dok.“
“Laa kondisi Biung gimana?”
“Semakin sehat Dok.“
“Syukurlah.“
“Terima kasih ya Dok.“
“Itu sudah kewajiban
Dokter ko Mas.“
Tidak ada komentar:
Posting Komentar