Sabtu, 21 Januari 2023

Juara Favorit Lomba Cerpen KMAP 2022

 

pixabay.com

Cintanya Sarmadi

Oleh.  Agus Yuwantoro

 

     Hari ini Sarmadi senyum ceria pulang dari nguli membuat  bata merah miliknya juragan Parlan. Setiap sabtu sore bayaran. Upah kerja kuli bata merah. Setelah bayaran mampir warung yu Ginah. Janda muda cantik mulus kulitnya, anak putrinya juragannya. Nyaur utang. Rokok, kopi, teh manis juga nasi bungkus. Yu Ginah sudah resmi cerai. Suaminya selingkuh dengan anak putri dukun bayi Mbok Sumi. Sampai hamil tiga bulan. Yu Ginah menggugat cerai Heru suaminya anak tunggal kepala desa.

     Sarmadi berjalan menuju warung yu Ginah sambil menghitung uang upah mencetak bata. Pakai topi caping celana hitam komprang telanjang dada. Mendekati warungnya yu Ginah.

“Yu berapa jumlah bonnya ya?”

“Cuma sedikit kok Kang.“

“La berapa?”

“Dua puluh lima ribu Kang.“

“Oo ini Yu.“

“Habis bayaran ya Kang.“

“Iya Yu.“

“Minum kopi dulu ya, gratis Kang.“

“Terima kasih.“

“Laa mau kemana si Kang.“

“Nempur beras, beli mie, ikan asin,  gula dan teh untuk simbok.“

“Oo hebat- hebat Kang“

“Ya sekedar meringankan Simbok yu, Yu?“

“Bener nih gak ngopi dulu gratis kok kang ayoo masuk sini.“

“Terima kasih lah yu.“

“Bener ngak ngopi.“

“Suwun lah Yu.“

      Sarmadi berjalan menuju selepan mesin penggiling padi miliknya Sarwan. Nempur beras. Sampai dirumah memberikan beras, ikan asin, teh dan gula pada simboknya. Langsung mandi. Hari ini wajahnya ceria sehabis isha mau temuan dengan gadis. Kenalan lewat hp jadulnya.

     Sehabis mandi Sarmadi rias depan cermin kamarnya. Rambutnya dikasih minyak rambut cap orang aring. Badannya dioles parfum. Pakai kaos lengan panjang berwarna biru. Stelan jelana jins. Pakai sandal mely warna kuning. Mesam-mesem depan cermin. Bergaya kesamping kanan belakang depan.

    Ketika Sarmadi memasukkan kaos dalam jelana jinsnya Hp nya berbunyi.

    “Ting tingg tinggg…“ Bunyi Hpnya Sarmadi

    Sarmadi asyik menyisir rambutnya ke arah belakang. Biar rajin klimis hitam mengkilat. Hpnya berbunyi lagi.

   “Ting tingg tinggg…“ Bunyi Hpnya Sarmadi lagi.

    Sarmadi mengambil hpnya berwarna biru buka sms dari gadis pujaannya.

    “Sedang apaan ya Mas?”

   “Rias depan cermin Dik.“

   “Mau kondangan po?”

   “Nggak?”

   “Laa acara apaan ya?“

   “Malam mingguan lah Dik. Dik?”

   “O iya ya lupa ini malam minggu too?”

   “Ya iyalah kan udah janjian mau ketemuan si?“

   “Oo iya ya hampir lupa.”

   “Jam berapa nanti ketemuannya ya Dik.“

   “Jam sembilan ya Mas.“

    “Oke, siap Dik.“

    “Nati aku sms lagi ya Mas.“

    “Oke Dik. Datang loo.“

    “Iya ya Mas.“

       Sarmadi tersenyum depan cermin. Dilihatnya jam dinding batu bergambar tokoh kartun Sincan. Hadiah lomba jalan sehat dalam rangka perayaan Agustusan di kampungnya. Jam setengah enam. Kurang satu jam setengah lagi ketemuan gadis pujaannya. Walaupun sebetulnya belum pernah ketemu. Tapi cinta Sarmadi merekah mengembang membara panas dalam dadanya. Setiap satu jam sekali pasti mendapatkan sms. Tanya ini itu. Sarmadi luluh hatinya setiap membaca sms.

     Sarmadi yakin gadis ini baik-baik. Smsnya sopan. Sejuk. Adem. Ayem. Hampir dua tahun hatinya membeku. Gara-gara cinta sebelah dengan anak putri pak Kadus. Yatimah anak putri satu-satunya pak Kadus. Pada awalnya Sarmadi setiap hari selalu ketemu. Akhirnya suka. Apapun permintaannya dituruti. Tidak pernah menolak. Dari cuci sepeda ontelnya. Nambal ban ketika bocor. Nuntun sepedanya dimasukkan kerumah. Bahkan saking setianya pas hujan gerimis harus naik pohon kelapa memetik deghan : Kelapa muda atas permintannya. Apapun perintahnya Sarmadi siap. Tidak pernah menolak.

    Gara-gara ada KKN di kampung. Yatimah kasmaran dengan salah satu mahasiswa.  Yatimah gadis lugu. Tamatan SD. Belum tahu arti cinta dan mencintai. Hatinya luluh bujuk raju salah satu mahasiswa yang KKN. Fredy mahasiswa dari Ajibarang Kulon berhasil meluluh lantakan hatinya Yatimah. Kemanapun pergi selalu boncengan honda bebek Supra X Tahun 2015 berwarna merah. Ketika malam perpisahan KKN akan dimulai. Yatimah pingsan di ruang tamu. Setelah siuman diperiksa bidan desa positif hamil tiga bulan lebih dua minggu. Ferdy tidak mengakui apa lagi tanggung jawab. Yatimah tidak hanya hubungan badan dengan Fredy saja. Tapi ada beberapa temen mahasiswa ikut ramai-ramai mensetubuinya.

      Kadus ayahnya Yatimah bingung. Pusing kepala. Untuk menutup aib anak putrinya. Dititipkan saudaranya yang tinggal desa sebelah. Bahkan dinikahkan resmi salah satu keluarga Kadus. Malang nasib Yati. Tewas. Ketika mau melahirkan anaknya. Usia masih tergolong mudia belia. Baru usia enam belas tahun rahimnya belum kuat untuk proses melahirkan bayinya. Tewas bersama bayinya.

     Setelah kejadian itu pak Kadus menutup semua pintu rumah kalau ada KKN. Bahkan melarang keluarga besarnya tidak usah macak Mahasiswa. Ketika ada perayaan karnafalan Agustusan. Sarmadi sebetulnya sangat sayang Yatimah. Tapi kenyataanya. Cinta bertepuk sebelah tangan. Semenjak Yatimah tewas hati Sarmadi membeku tidak punya rasa kasmaran apa lagi jatuh cinta.

      Tapi sekarang Sarmadi luluh lantak hatinya. Mencair pecah ambyar merekah berkembang kasmarannya. Pada awalnya ada sms nyasar masuk dihpnya. Kemudian dari hari ke hari lanjut sms. Saling balas membalas. Membangkitkan gelora kasmaran. Sarmadi bujang setengah tua hampir tiga puluh tahun belum berani nikah. Sekarang jatuh cinta berat dengan gadis sering sms. Tidak peduli kuli pembuat bata. Jatuh cinta: hak setiap manusia. Tidak peduli priyayi. Abangan. Gelandangan. Kaum pinggiran. Pejabat. Anggota dawan. Bupati. Camat. Sama-sama mempunyai hak jatuh cinta.

    Sarmadi melilirik Jam dinding  setengah delapan malam. Kaosnya dimasukkan jelana. Pakai sabuk. Kalungan sarung cap Atlas leres bergaris kemerahan. Keluar rumah sambil senyum-senyum sendiri.

    “Ting tingg tinggg…“ Suara hpnya Sarmadi

     Sarmadi membetulkan sarungnya. Dililitkan keleher dua kali. Biar hangat bisa menutupi kedua telinganya.

    “Ting tingg tinggg…“ Suara hpnya Sarmadi kedua kalinya

     Sarmaji mengambil hpnya dalam saku. Dibuka smsnya.

    “Mayooo ketemuan Mas?”

   “Oke oke Dik “

   “Di mana Mas?”

   “Belakang SD Impres aja ya Dik.“

    “Gelap Mas. Takut.“

    “Di samping pos ronda aja ya Dik.“

    “Gak mau banyak orang Mas.“

    “Di pasar malam aja ya Dik.“

   “Waduh banyak orang Mas.“

   “Sekalin jalan-jalan ya Dik?“

   “Ya ya Mas?“

   “Mas memakai kaos lengan panjang berwarna biru dengan jelan jins gubetan sarung ya Dik.“

   “Ya ya Mas.“

   “Adik pakai baju apaan ya?”

  “Baju motif kembang mawar merah berwarna ungu jelana panjang hitam kulot pakai pita rambut berwarna jingga ya Mas.“

   “Oke. I Love yau ya Dik.“

   “Iya ya pada-pada lah Mas.“

     Sarmadi berjalan lurus menuju pasar malam berhias cahaya lampu berwarna-warni. Setiap bibir jalan dipenuhi penjual jajanan dari pisang goreng, tempe, tahu susur, bakwan. Bakso sapi. Soto sapi. Soto ayam. Sarmadi berjalan diselah-selah penjual mainan anak-anak.  Disamping hiburan tong setan menoleh kakan kiri. Belum muncul gadis berbaju ungu motif kembang mawar merah. Sarmadi terus berjalan melewati hiburan tong setan. Ombak banyu. Pesawat keliling. Sampai mengawasi penumpang sepur-sepuran berjalan mengelilingi area pasar malam. Tetep belum ketemu.

   Sarmadi beli rokok kretek 76 dua batang. Satu batang dimasukkan dalam saku jelananya. Satu dinyalakan kedua bola matanya mengawasi semua orang masuk keluar pasar malam. Tetep belum ditemukan. Sarmadi pasrah lalu duduk sebelah penjual kacang rebus. Duduk di atas selembar daun pisang. Ketika menoleh kekanan melihat gadis pita jingga. Berjalan menunduk di samping penjual mainan anak-anak. Sarmadi berdiri mengawasi  gadis dengan pita jingga.

  Dibawah cahaya lampu remang-remang pasar malam Sarmadi mengikuti dari belakang gadis pita jingga. Disamping cahaya lampu penjual arum manis Sarmadi tetep berjalan mengikuti dari belakang. Sarmadi meraba-raba hpnya tidak ada sms masuk. Pas dibawah cahaya lampu penjual mainan anak-anak gadis berpita jingga menoleh Sarmadi. Sarmadi kaget ples dongkol. Kecewa. Ternyata yu Darsih tetangga sebelah. Sarmadi tersenyum malu. Balik. Putar kebelakang berjalan terus mencari gadis berbaju ungu motif bunga mawar merah. Hampir tengah malam tetep tidak menemukan. Satu persatu penonton pasar malam pulang. Disusul beberapa penjual gorengan.

    Sarmadi duduk termenung sendiri di bawah cahaya lampu pasar malam. Tiba tiba hpnya berbunyi.

   “Ting tingg tinggg…“ Bunyi hpnya

    Sarmadi diam. Tidak memperdulikan suara hpnya. Hpnya berbunyi lagi

   “Ting tingg tinggg…“ Bunyi hpnya

    Sarmadi membuka hp membaca sms 

   “Posisi dimana si Mas?”

   “Di bawah lampu pasar malam laa adik di mana?“

   “Sama. Dibawah cahaya lampu pasar malam.“

   “Sebelah mana si Dik.“

  “Pintu masuk depan loket karcis tong setan.“

  “Oke ta susul ya.“

  “Ya, Mas?”

   Sarmadi berlari kecil hatinya bombong bungah semringgah. Menuju samping loket masuk hiburan tong setan. Betul pesan smsnya memakai baju celana dengan pita jingga. Sarmadi mendekati pelan-pelan sekali. Dekat disamping gadis itu kemudian menoleh ke arah Sarmadi. Sarmadi kaget setengah mati.

   “Loo kok yu Ginah.“

   “Iya ya Mas, Kenapa gak suka?’

   “Suka, suka,“ jawab Sarmadi sambil menundukkan kepalanya. Takut membalas tatapan yu Ginah anak putri juragannya. Kedua bola matanya terlalu indah, saingan cahaya lampu pasar malam. Apa lagi bibirnya basah memerah. Yu Ginah mendekati Sarmadi. Sangat dekat. Dekat sekali. Sarmadi tetep gubetan sarung tidak berani menatap kedua bola matanya apa lagi bibirnya basah merekah memerah.

    “Kang, deket sini taa?“

    “Iya ya?“ jawab Sarmadi sambil melepaskan gubetan sarung dilehernya.       

    “Jadi yang sms panjenengan too?”

    “Iya nyesel ya Kang?”

  “Gakk lah Dik.“

  “Deket sini, dingin Kang?”

 “Ya ya,“ jawab Sarmadi gugub.

 

 

 

Elegi senja hari, 30 Oktober 2022 Agus Yuwantoro.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar