Cintanya Sarmadi
Oleh. Agus Yuwantoro
Hari ini Sarmadi senyum ceria pulang dari
nguli membuat bata merah miliknya
juragan Parlan. Setiap sabtu sore bayaran. Upah kerja kuli bata merah. Setelah
bayaran mampir warung yu Ginah. Janda muda cantik mulus kulitnya, anak putrinya
juragannya. Nyaur utang. Rokok, kopi, teh manis juga nasi bungkus. Yu Ginah
sudah resmi cerai. Suaminya selingkuh dengan anak putri dukun bayi Mbok Sumi.
Sampai hamil tiga bulan. Yu Ginah menggugat cerai Heru suaminya anak tunggal
kepala desa.
Sarmadi berjalan menuju warung yu Ginah
sambil menghitung uang upah mencetak bata. Pakai topi caping celana hitam
komprang telanjang dada. Mendekati warungnya yu Ginah.
“Yu berapa jumlah bonnya ya?”
“Cuma sedikit kok Kang.“
“La berapa?”
“Dua puluh lima ribu Kang.“
“Oo ini Yu.“
“Habis bayaran ya Kang.“
“Iya Yu.“
“Minum kopi dulu ya, gratis Kang.“
“Terima kasih.“
“Laa mau kemana si Kang.“
“Nempur beras, beli mie, ikan asin, gula dan teh untuk simbok.“
“Oo hebat- hebat Kang“
“Ya sekedar meringankan Simbok yu, Yu?“
“Bener nih gak ngopi dulu gratis kok kang ayoo masuk sini.“
“Terima kasih lah yu.“
“Bener ngak ngopi.“
“Suwun lah Yu.“
Sarmadi berjalan
menuju selepan mesin penggiling padi miliknya Sarwan. Nempur beras. Sampai
dirumah memberikan beras, ikan asin, teh dan gula pada simboknya. Langsung
mandi. Hari ini wajahnya ceria sehabis isha mau temuan dengan gadis. Kenalan
lewat hp jadulnya.
Sehabis mandi
Sarmadi rias depan cermin kamarnya. Rambutnya dikasih minyak rambut cap orang
aring. Badannya dioles parfum. Pakai kaos lengan panjang berwarna biru. Stelan
jelana jins. Pakai sandal mely warna kuning. Mesam-mesem depan cermin. Bergaya
kesamping kanan belakang depan.
Ketika Sarmadi
memasukkan kaos dalam jelana jinsnya Hp nya berbunyi.
“Ting tingg tinggg…“
Bunyi Hpnya Sarmadi
Sarmadi asyik
menyisir rambutnya ke arah belakang. Biar rajin klimis hitam mengkilat. Hpnya
berbunyi lagi.
“Ting tingg tinggg…“
Bunyi Hpnya Sarmadi lagi.
Sarmadi mengambil
hpnya berwarna biru buka sms dari gadis pujaannya.
“Sedang apaan ya
Mas?”
“Rias depan cermin
Dik.“
“Mau kondangan po?”
“Nggak?”
“Laa acara apaan ya?“
“Malam mingguan lah
Dik. Dik?”
“O iya ya lupa ini malam
minggu too?”
“Ya iyalah kan udah
janjian mau ketemuan si?“
“Oo iya ya hampir
lupa.”
“Jam berapa nanti
ketemuannya ya Dik.“
“Jam sembilan ya Mas.“
“Oke, siap Dik.“
“Nati aku sms lagi
ya Mas.“
“Oke Dik. Datang
loo.“
“Iya ya Mas.“
Sarmadi
tersenyum depan cermin. Dilihatnya jam dinding batu bergambar tokoh kartun
Sincan. Hadiah lomba jalan sehat dalam rangka perayaan Agustusan di kampungnya.
Jam setengah enam. Kurang satu jam setengah lagi ketemuan gadis pujaannya.
Walaupun sebetulnya belum pernah ketemu. Tapi cinta Sarmadi merekah mengembang
membara panas dalam dadanya. Setiap satu jam sekali pasti mendapatkan sms.
Tanya ini itu. Sarmadi luluh hatinya setiap membaca sms.
Sarmadi yakin
gadis ini baik-baik. Smsnya sopan. Sejuk. Adem. Ayem. Hampir dua tahun hatinya
membeku. Gara-gara cinta sebelah dengan anak putri pak Kadus. Yatimah anak
putri satu-satunya pak Kadus. Pada awalnya Sarmadi setiap hari selalu ketemu.
Akhirnya suka. Apapun permintaannya dituruti. Tidak pernah menolak. Dari cuci
sepeda ontelnya. Nambal ban ketika bocor. Nuntun sepedanya dimasukkan kerumah.
Bahkan saking setianya pas hujan gerimis harus naik pohon kelapa memetik deghan
: Kelapa muda atas permintannya. Apapun perintahnya Sarmadi siap. Tidak pernah
menolak.
Gara-gara ada KKN
di kampung. Yatimah kasmaran dengan salah satu mahasiswa. Yatimah gadis lugu. Tamatan SD. Belum tahu
arti cinta dan mencintai. Hatinya luluh bujuk raju salah satu mahasiswa yang
KKN. Fredy mahasiswa dari Ajibarang Kulon berhasil meluluh lantakan hatinya
Yatimah. Kemanapun pergi selalu boncengan honda bebek Supra X Tahun 2015
berwarna merah. Ketika malam perpisahan KKN akan dimulai. Yatimah pingsan di
ruang tamu. Setelah siuman diperiksa bidan desa positif hamil tiga bulan lebih
dua minggu. Ferdy tidak mengakui apa lagi tanggung jawab. Yatimah tidak hanya
hubungan badan dengan Fredy saja. Tapi ada beberapa temen mahasiswa ikut
ramai-ramai mensetubuinya.
Kadus ayahnya
Yatimah bingung. Pusing kepala. Untuk menutup aib anak putrinya. Dititipkan
saudaranya yang tinggal desa sebelah. Bahkan dinikahkan resmi salah satu
keluarga Kadus. Malang nasib Yati. Tewas. Ketika mau melahirkan anaknya. Usia
masih tergolong mudia belia. Baru usia enam belas tahun rahimnya belum kuat
untuk proses melahirkan bayinya. Tewas bersama bayinya.
Setelah kejadian
itu pak Kadus menutup semua pintu rumah kalau ada KKN. Bahkan melarang keluarga
besarnya tidak usah macak Mahasiswa. Ketika ada perayaan karnafalan Agustusan.
Sarmadi sebetulnya sangat sayang Yatimah. Tapi kenyataanya. Cinta bertepuk
sebelah tangan. Semenjak Yatimah tewas hati Sarmadi membeku tidak punya rasa
kasmaran apa lagi jatuh cinta.
Tapi sekarang
Sarmadi luluh lantak hatinya. Mencair pecah ambyar merekah berkembang
kasmarannya. Pada awalnya ada sms nyasar masuk dihpnya. Kemudian dari hari ke
hari lanjut sms. Saling balas membalas. Membangkitkan gelora kasmaran. Sarmadi
bujang setengah tua hampir tiga puluh tahun belum berani nikah. Sekarang jatuh
cinta berat dengan gadis sering sms. Tidak peduli kuli pembuat bata. Jatuh
cinta: hak setiap manusia. Tidak peduli priyayi. Abangan. Gelandangan. Kaum
pinggiran. Pejabat. Anggota dawan. Bupati. Camat. Sama-sama mempunyai hak jatuh
cinta.
Sarmadi melilirik
Jam dinding setengah delapan malam.
Kaosnya dimasukkan jelana. Pakai sabuk. Kalungan sarung cap Atlas leres
bergaris kemerahan. Keluar rumah sambil senyum-senyum sendiri.
“Ting tingg tinggg…“
Suara hpnya Sarmadi
Sarmadi
membetulkan sarungnya. Dililitkan keleher dua kali. Biar hangat bisa menutupi
kedua telinganya.
“Ting tingg tinggg…“
Suara hpnya Sarmadi kedua kalinya
Sarmaji mengambil
hpnya dalam saku. Dibuka smsnya.
“Mayooo ketemuan
Mas?”
“Oke oke Dik “
“Di mana Mas?”
“Belakang SD Impres
aja ya Dik.“
“Gelap Mas. Takut.“
“Di samping pos
ronda aja ya Dik.“
“Gak mau banyak
orang Mas.“
“Di pasar malam aja
ya Dik.“
“Waduh banyak orang Mas.“
“Sekalin jalan-jalan
ya Dik?“
“Ya ya Mas?“
“Mas memakai kaos
lengan panjang berwarna biru dengan jelan jins gubetan sarung ya Dik.“
“Ya ya Mas.“
“Adik pakai baju
apaan ya?”
“Baju motif kembang
mawar merah berwarna ungu jelana panjang hitam kulot pakai pita rambut berwarna
jingga ya Mas.“
“Oke. I Love yau ya
Dik.“
“Iya ya pada-pada
lah Mas.“
Sarmadi berjalan
lurus menuju pasar malam berhias cahaya lampu berwarna-warni. Setiap bibir
jalan dipenuhi penjual jajanan dari pisang goreng, tempe, tahu susur, bakwan.
Bakso sapi. Soto sapi. Soto ayam. Sarmadi berjalan diselah-selah penjual mainan
anak-anak. Disamping hiburan tong setan
menoleh kakan kiri. Belum muncul gadis berbaju ungu motif kembang mawar merah.
Sarmadi terus berjalan melewati hiburan tong setan. Ombak banyu. Pesawat
keliling. Sampai mengawasi penumpang sepur-sepuran berjalan mengelilingi area
pasar malam. Tetep belum ketemu.
Sarmadi beli rokok kretek
76 dua batang. Satu batang dimasukkan dalam saku jelananya. Satu dinyalakan
kedua bola matanya mengawasi semua orang masuk keluar pasar malam. Tetep belum
ditemukan. Sarmadi pasrah lalu duduk sebelah penjual kacang rebus. Duduk di
atas selembar daun pisang. Ketika menoleh kekanan melihat gadis pita jingga.
Berjalan menunduk di samping penjual mainan anak-anak. Sarmadi berdiri
mengawasi gadis dengan pita jingga.
Dibawah cahaya lampu
remang-remang pasar malam Sarmadi mengikuti dari belakang gadis pita jingga.
Disamping cahaya lampu penjual arum manis Sarmadi tetep berjalan mengikuti dari
belakang. Sarmadi meraba-raba hpnya tidak ada sms masuk. Pas dibawah cahaya
lampu penjual mainan anak-anak gadis berpita jingga menoleh Sarmadi. Sarmadi
kaget ples dongkol. Kecewa. Ternyata yu Darsih tetangga sebelah. Sarmadi
tersenyum malu. Balik. Putar kebelakang berjalan terus mencari gadis berbaju
ungu motif bunga mawar merah. Hampir tengah malam tetep tidak menemukan. Satu
persatu penonton pasar malam pulang. Disusul beberapa penjual gorengan.
Sarmadi duduk
termenung sendiri di bawah cahaya lampu pasar malam. Tiba tiba hpnya berbunyi.
“Ting tingg tinggg…“
Bunyi hpnya
Sarmadi diam. Tidak
memperdulikan suara hpnya. Hpnya berbunyi lagi
“Ting tingg tinggg…“
Bunyi hpnya
Sarmadi membuka hp
membaca sms
“Posisi dimana si
Mas?”
“Di bawah lampu
pasar malam laa adik di mana?“
“Sama. Dibawah
cahaya lampu pasar malam.“
“Sebelah mana si Dik.“
“Pintu masuk depan
loket karcis tong setan.“
“Oke ta susul ya.“
“Ya, Mas?”
Sarmadi berlari
kecil hatinya bombong bungah semringgah. Menuju samping loket masuk hiburan
tong setan. Betul pesan smsnya memakai baju celana dengan pita jingga. Sarmadi
mendekati pelan-pelan sekali. Dekat disamping gadis itu kemudian menoleh ke
arah Sarmadi. Sarmadi kaget setengah mati.
“Loo kok yu Ginah.“
“Iya ya Mas, Kenapa
gak suka?’
“Suka, suka,“ jawab
Sarmadi sambil menundukkan kepalanya. Takut membalas tatapan yu Ginah anak
putri juragannya. Kedua bola matanya terlalu indah, saingan cahaya lampu pasar
malam. Apa lagi bibirnya basah memerah. Yu Ginah mendekati Sarmadi. Sangat
dekat. Dekat sekali. Sarmadi tetep gubetan sarung tidak berani menatap kedua bola
matanya apa lagi bibirnya basah merekah memerah.
“Kang, deket sini
taa?“
“Iya ya?“ jawab
Sarmadi sambil melepaskan gubetan sarung dilehernya.
“Jadi yang sms
panjenengan too?”
“Iya nyesel ya Kang?”
“Gakk lah Dik.“
“Deket sini, dingin
Kang?”
“Ya ya,“ jawab Sarmadi
gugub.
Elegi
senja hari, 30 Oktober 2022 Agus Yuwantoro.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar