Selasa, 27 Desember 2022

Biung Pasang Tiga Ring Operasi Jantung

 

pixabay.com


Oleh Agus Yuwantoro

Pelukis dan Parfum Episide ke-42

 

      Hampir dua jam lebih sepuluh menit, aku dan Bapak Suherman masih tetap setia menunggu proses operasi jantung Biungku. Wajah bapak Suherman mulai pucat, jakungnya bergerak naik turun. Butiran keringatnya keluar dari dahinya. Duduk di pojok ruang tunggu. Kepalanya disandarkan pada tembok. Kedua bola matanya memerah basah. Berkali-kali mengambil napas panjang. Membasuh wajah berkali-kali dengan sapu tangannya. Sebentar berdiri lalu duduk kembali. Aku membaca doa-doa terbaik buat Biungku tercinta. Agar diberikan kemudahan kelancaran kesehatan kembali. Bisa berkumpul kembali di rumah, sarapan nasi goreng. Makan siang dengan kluban urab, lauk ikan asin dan sambel terasi.

      Seorang perawat keluar dari pintu kamar operasi. Tanpa sepatah katapun berbicara. Berjalan cepat keluar melewati ruang tunggu opersai. Kemudian masuk kembali ke ruang operasi. Bapak Suherman berdiri berjalan mondar-mondir di ruang tunggu. Saling diam membisu. Sepi. Hanya semilir angin menggerakkan daun-daun pisang raja hijau di samping ruang tunggu.

     Lima belas menit kemudian Doker Spesial Jantung Sutejo keluar dari pintu kamar operasi dengan wajah penuh ceria. Langsung mendekati Bapak Suherman kemudian berpelukan diruang tunggu operasi.

     “Gimana kondisinya, Dok,“ cetus bapak Suherman.

“Baik -baik saja.”

“Maksud Dokter “

“Operasi berjalan dengan lancar.“

“Terima kasih Dok.“

“Butuh waktu setengah jam untuk sadar kembali.“

“Baik, terima kasih Dok.”

“Terjadi penyumbatan tiga titik saluran menuju jantung. Kami pasang tiga ring bertujuan memudahkan saluran darah menuju jantung. Pada awalnya akan kami pasang balon. Tapi setelah kami teliti ulang lebih baik pasang ring.“

“Tiga ring,  Dok?”

“Iya demi kesehatan.“

“Terima kasih Dok.“

“Ya, ya. Untung kondisi badannya sehat mendukung opersinya.“

“Terima kasih Dok,“ jawab Bapak Suherman.

 “Sama-sama,“ jawab Dokter Sutejo sambil tersenyum.

Doker Sutejo mengajak Bapak Suherman menuju ruang kerjanya. Akupun mengikutinya. Naik lif nomer lantai 3. Pintu lif terbuka sampai depan pintu ruang kerja Dokter Sutejo.

“Ini semua berkat bantuan Bapak Suherman.“

“Maksudnya Dokter?“

“Sebuah rumah sakit jantung termegah. Sangat bagus. Sempurna. Super Nyaman. Penataan ruang bangsal komunikatif. Ditambah lagi ruang Apoteker tertata rapi didepan. Memudahkan keluarga pasien menembus obat. Tidak harus berputar-putar.

“Biasa- biasa saja lah Dok.“

“Ini tidak biasa-biasa saja. Lihat itu disebelah kiri jalan. Begitu megah mewah bangunan ruang khusus laboratorium. Hasil sumbangan dari bapak.“

“Akhh itu gak seberapa lah Dok.“

“Kami atas nama Yayasan dan Ikatan Dokter disini mengucapkan banyak terima kasih pada Bapak.“

“Sudahlah Dok itu sudah berlalu,“ jawab  Bapak Suherman dengan tenang

Aku masih bingung arah percakapannya bapak Suherman dengan Dokter spesial jantung Sutejo. Aku melirik dari atas pintu kaca lantai tiga. Bangunan begitu besar megah. Seluas bangunan pasar di kampungku. Dokter Sotejo mendekati bapak Suherman kemudian berbisik.

“Semua biyaya ditanggung Yayasan rumah sakit sini Bapak.“

“Maksud, Dokter?“

“Semua biyaya di tanggung Yayasan.“

“Tidak Dok. Akan aku bayar sekarang.“

“Ini sudah menjadi kesepakatan Pimpinan rumah sakit dan ketua Yayasan sini bapak.“

“Terima kasih Dok. Tetep aku bayar.“

“Nanti saya sampaikan Pimpinan Rumah Sakit sini.“

“Masih pak Daslam pimpinan rumah sakit sini ya Dok?“

“Masih.“

“Pak Daslam asli dari Ajibarang Kulon ya Dok?“

“Betul betul.“

“Ada nomer hpnya pak Daslam.“

“Ada. Ini Bapak.“

“Oke-oke terima kasih ya Dok.“

      Bapak Suherman mengambil hpnya dari saku bajunya kemudian telpon Pimpinan Rumah Sakit Jantung pak Daslam.

“Halo-halo.“

“Ya iya halo ini bapak Suherman ya.“

“Loo kok tahu ya?“

“Tidak pangling dengan suaranya Bapak. Bisa saya bantu bapak.“

“Bisa-bisa.“

“Gimana bapak?”

“Tolong dihitungkan ke admin berapa biyaya operasinya dan kirimi no rekeningnya ya.“

“Sudah lunas Bapak.“

“Laa siapa yang bayar?“

“Baru saja ada transfer dari Luar Negri.“

“Namanya siapa?“

“Tidak ada namanya bapak cuma pengirimannya dari luar negri.“

“Negara mana?”

“Belanda.“

“Belanda?”

“Iya ya Belanda Bapak.“

“Tolong difotoken bukti transfernya.“

“Baik Bapak.“

“Sekarang bapak tunggu.“

“Baik Bapak.“

“Kirimi langsung ke hp Bapak ya?“

“Siap Bapak.“ 

 Lima menit kemudian foto bukti transfer sudah terkirim di layar monitor hpnya bapak Suherman. Aku melihat wajah bapak Suherman bombong semringah. Ketika melihat bukti transfer dalam layar monitor hapenya. Kemudian mendekatiku

“Mas sini dekat dengan Bapak “

“Iya ya Pak.“

“Sini lebih dekat, Mas.“

“Lihat ini di tanda transfer ada nama sandi S.“

“Maksud Bapak?“

“Yang transfer Shimon kolektor lukisan dari Belanda.“

“Belanda, ya Bapak?“

“Iya ia berhasil melelang lukisan tokoh gerakan peraadaban wanita Jawa dari Rembang.“

“Ki Ajeng ayu Kartini, maksud Bapak?“

“Betul -betul.“

“Tapi itu lukisan biasa-biasa saja Bapak.“

“Betul betul lukisannya emang biasa tapi menjadi kekuatan sumber energi positif gerakan emansipasi wanita pada zamannya. Bahkan sekarang menjadi panutan diseluruh dunia. Wanita harus hidup sejajar dengan kaum laki. Baik dalam bidang karir maupun bekerja dalam bidang apapun. Ini yang menjadi lukisanmu. Mahal Mas.”

“Tapi dimas pakai cat minyak biasa saja ko.“

“Bukan dari catnya Mas.“

“Maksudnya?“

“Lukisan itu mampu mewakili suara kaum wanita dimanapun berada.“

“Tapi lukisan itu tidak pakem Bapak. Tidak memakai kain kebaya jawa komplit dan sanggul berbias bunga melati.“

“Justru itu yang menjadi lain dari pada yang lain Mas.“

“Dimas nglukis Kartini dengan rambut panjang terurai di depan cahaya lampo minyak templok jawa sambil membaca kitab Al Quran. Tidak formal.“

“La inilah sebuah nilai seni. Tampil beda. Natural.“

“Jadi?“

“Lukisan itu yang membayar semua biaya operasinya.“

“Maksud bapak?“

“Bapak percaya baru sepuluh persennya dari hasil lelang lukisan itu Mas.”

“Akhh yang bener aja.“

“Bener. Bener. Bapak kan termasuk pemain kolektor lukisan. Paham betul dengan dunia pelelangan Mas.”

“Bener itu.“

“Intinya semua yang bayar itu hasil kulisannya Mas.“

“Lo ko tahu posisi Bapak?“

“Iya lah Mas setiap hari kan Bapak pasang status kegiatan dalam akun apapun. Jadi temen-temen tahu posisi dan kegiatan Bapak “

“Hebat. Hebat.“

“Ini lah zaman tehnologi Mas, apapun bisa terditeksi.“

“Iya ya,“ jawabku sambil tersenyum.

           

 

 

 

 

 

 

 

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar