Minggu, 28 Agustus 2022

Menghadiri Panggilan Mabes Polisi Singapura

pixabay.com


 Oleh. Agus Yuwantoro

Pelukis dan Parfum  Bab 33


      Jam setengah tujuh pagi Singapura

      Aku dan Supraptiwi sudah siap berangkat menuju Markas Besar Polisi Singapura mendapatkan undangan dinas Komandan Forensik ahli sidik jari. Wajib hadir jam delapan pagi tepat. Rencana awal aku akan naik taksi. Akan tetapi tadi malam menerima telepon dari Mabes Polisi Singapura. Besok pagi jam tujuh pagi tepat dijemput salah satu anggota Polisi Singapura. Akhirnya Aku tidak jadi pesan taksi.

Jam tujuh lebih lima menit pagi Singapura

Mobil sedan Toyota New Vios GR Sport warna cokelat tua. Kaca mobil sedan belakang ada tulisannya Polisi Singapura berwarna kuning menyala. Berhenti depan KBRI Singapura. Sopirnya memakai seragam jas merah. Sepatunya berwarna cokelat mengkilat. Di balik jas sebelah kanan pinggang ada pistol genggam seri FN terbaru. Kelihatan dari balik jasnya ketika ia memasukkan kunci kontak mobil sedannya dalam saku celananya. Wajahnya cerah ceria penuh senyum persahabatan. Badannya tegap rambutnya gondrong lurus dikucir ke belakang. Memakai kaca mata hitam Bl seri 3225.A. USA. Turun dari Sedan langsung mendekati aku dan Supraptiwi. Kemudian menyapaku.

     “Mohon maaf agak terlambat.“

     “Tidak apa-apa Pak,“ jawabku

     “Betul ini Dimas Prihatin.“

     “Iya Pak betul betul.“

     “Betul ini nona Supraptiwi.“

     “Betul Pak.“

     “Sebentar kami minta izin dulu KBRI Singapura.“

     “Baik, Pak,“ jawab Supraptiwi

       Petugas Polisi masuk KBRI Singapura lima menit kemudian keluar mendekatiku kembali.

     “Silahkan nona Supraptiwi dan Dimas Prihatin masuk mobil.“

“Terima kasih,“ jawab Supraptiwi.

“Kami siap mengantar sampai tujuannya.“

“Ya ya terimakasih Pak Polisi.”

“Sama-sama.“

Mobil sedan Polisi Singapura berjalan meninggalkan KBRI Singapura. Menuju Markas Besar Polisi Singapura. Jalannya mulus lebar nyaris tidak bergelombang dan berlubang. Ketika ada jalan sudah rusak berlubang dan bergelombang. Langsung ditangani petugas Dinas Pemeliharaan jalan. Begitu juga setiap bibir jalan aspal bersih tidak ada sampah. Tidak ada sampah berupa bekas botol-botol plastik minuman mineral. Dinas Kebersihan Singapura sangat menjaga nilai kebersihan. Jadi wajar kalau Singapura menjadi salah satu negara terbersih se Asia Tenggara.

Tidak seperti kota Kecamatanku jalan raya menuju kota Kabupaten rusak parah. Nyaris dibiarkan sampai berlubang-lubang. Merugikan pengguna jalan. Sering terjadi kecelakaan ketika menghindari jalan berlubang. Sebagai rasa kecewa akses jalan rusak berlobang. Warga menanam pohon pisang ditengah jalan yang berlobang. Jalan aspal dari pedesaan menuju kota Kecamatan dan Kabupaten adalah: Jalan putaran roda ekonomi orang-orang pinggiran. Jalan aspal yang bagus sangat memudahkan membawa hasil pertanian di jual ke kota Kecamatan dan Kabupaten. Sebaliknya jalan aspal rusak parah menghambat semuanya.

Hanya slogan palsu membisu dan buta tidak tahu kepentingan orang-orang pinggiran. Setiap ada agenda Pilkada, Pilgub dan calon anggota Dewan terhormat baik tingkat Kabupaten, Propinsi dan Pusat. Slogan suara orang-orang pinggiran diperjuangankan dengan suara lantang keras ditengah lapangan. Membangun jalan, pasar tradisional demi kepentingan rakyat. Tapi setelah jadi. Lupa atau mungkin sengaja lupa. Lamunanku buyar ketika petugas Polisi Singapura menyapaku sambil menyopir.    

“Mohon maaf Nona Supraptiwi, boleh tanya?”

“Boleh-boleh silahkan Pak.“

“Nona berasal dari mana?”

“Jawa.“

“Jawanya mana?“

“Jawa Tengah.“

“Daerah mana?“

“Bawah lereng gunung Slamet.“

“Wilayah mana itu Nona?“

“Banyumas.“

“Desanya?“

“Munggangsari.“

“Jauh ya Nona dari sini?“

“Jauh Pak.”

“Kalau Dimas Prihatin juga sama tempat tinggalnya?”

“Tidak sama Pak.“

“La tinggalnya dimana?”

“Desa Kusuma Baru.“

“Oo gitu.”

“Ya ya Pak,“ jawabku

“Salam dari Komandan Forensik Bapak Lee Shim Pret.“

“Sama-sama Pak.“

“Nanti acara permohonan maaf dari Polisi Singapura dipimpin wakil Komandan Forensik.”

“O gitu ya Pak.“

“Bapak Komandan sedang melatih ilmu sidik jari Polisi Indonesia.”

“Oo gitu ya Pak.”

“Iya ya, tolong ini teks untuk siaran Pres nanti.“

“Iya Pak.“

“Coba dibaca, Nona Supraptiwi.”

“Mohon maaf kepada semua pihak juga keluarga besar Kim Sam, aku Supraptiwi bukan pembunuhnya ia tewas sebab bunuh diri terima kasih.”

“Bagus bagus.”

“Itu saja ya Pak.”

“Ya singkat padat jelas.”

“Setelah itu “

“Ada kata permohonan maaf dari Pemerintah Singapura.”

“Kenapa?”

“Sebab sudah mencemarkan nama baik Nona.“

“Akhh biasa-biasa saja kok Pak.“

“Ini juga menyangkut nama baik lembaga kami.“

“Jadi.“

“Sehabis siaran pres nona mendapatkan ganti nama baik.“

“Tidak usah Pak.“

“Ini tugas kami Nona.“

“Mendapatkan ganti apa ya Pak.“

“Sedikit uang untuk mengganti biaya operasional di TKP juga bantuan transpot naik pesawat.“

“Tidak usah Pak, Dimas Prihatin sudah pesen tiket pesawat.“

“Tidak apa-apa ini tugas kami.“

Aku cuma diam. Sambil melihat pemandangan di balik kaca mobil sedan Polisi Singapura. Mobil sedan berjalan dengan cepat. Menuju jalan pintu masuk Markas Besar Polisi Singapura. Gapura pintu masuk persis batas gapura batas desaku. Berbetuk melengkung ada tulisannya selamat datang. Cuma beda tulisannya gapura Markas Besar Polisi Singapura bertulis “Siap Membantu Anda”.

Aku jadi ingat tetanggangku Kang Warsim. Kuli bata merah dan genteng di kampungnya. Baru tertuduh belum ada bukti kuat. Diduga mencuri ayam tetangga desa. Langsung diciduk. Digebuki sampai rompal gigi depannya. Supaya mengaku mencuri ayam. Satu hari kemudian pencuri asli ayam ditemukan oleh warga kampung. Pencuri ayam namanya sama. Cuma berbeda tempat tinggalnya. Semenjak itu kang Warsim sangat ketakutan melihat seragam petugas yang menginterogasi sampai rompol gigi depannya. Bahkan ketika warga ertenya ikut karnaval Agustus di lapangan desanya. Ada salah satu warga ertenya macak seragam itu. Kang Warsim langsung ketakutan sembunyi dalam kolong tempat tidurnya.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar