Suhartiningsih
Laut tak lagi terlihat biru, tersaput senja yang mulai turun, membuat jingga kian merona. Hamparan pasir basah terkena riak air laut yang menyibak bibir pantai, sesekali membasahi kakiku dan kaki Hans.
Untuk kesekian kalinya Hans mengajakku menikmati sunset di pantai ini. Kubiarkan tangannya melingkari pundakku, sementara aku diam mendengarkan debur ombak dan menikmati sejuknya sepoi angin laut yang menerpa kulit. "Tyas..., mamaku sudah tua dan sakit-sakitan, mama mau kita segera menikah." Entah sudah berapa kali Hans mengutarakan hal itu. Kali ini aku hanya diam tertunduk, tak tahu harus memberi alasan apa lagi agar membuatnya mengerti. Sejujurnya aku pun sangat menyayangi Hans, namun aku belum berpikir untuk secepat itu menikah. Aku masih harus menyelesaikan kuliah beberapa semester lagi. Terlebih ayahku pun tak mengizinkan aku menikah sebelum menyelesaikan kuliah. Hans menatap dalam-dalam ke mataku, seakan ingin meyakinkan aku untuk memenuhi keinginannya sekaligus harapan mama yang sangat disayanginya.
Senja
kian merona menghiasi pantai. Sayang indahnya senja di pantai ini tak akan
mengukir kenangan indah. Aku tak bisa memenuhi keinginan Hans dan mamanya.
Jalan panjang masih banyak yang harus aku tempuh. Cinta tak selalu berakhir
dalam satu pilihan keputusan yang sama. Cinta tak mesti juga harus seiya sekata
untuk bersanding bersama. Satu kalimat telah bulat aku putuskan: Maafkan aku,
Hans …
Tidak ada komentar:
Posting Komentar