Uniek W.
"Kalau aku jeng, rela kukeluarkan biaya seberapapun, biar suami betah di rumah". Kalimat Bu Joko dua hari lalu, menginspirasi kehadiranku di skin care clinic siang ini. Aku rela membuka celengan yang selama ini kukumpulkan lembar demi lembar uang berwarna ungu yang kusisihkan dari sisa belanja setiap hari.
Beauty Therapist mempersilahkanku duduk di kursi. Sementara, perempuan muda di kursi sebelah tersenyum ramah, seolah ia mengerti kehadiran pertamaku di tempat membawa segenggam grogi. Ia lanjutkan berbincang dengan Beauty Therapist di depannya. Ternyata di clinic mewah ini, masih ada orang yang ramah terhadapku, wajahnya putih mulus dan bersih, jari jari lentik yang sedang dihias dengan warna warni cat kuku membuat dia terlihat semakin anggun. Ah, apakah aku akan seanggun dia setelah keluar dari tempat ini?
Menghabiskan
separuh hari rasanya membosankan, apalagi kutitipkan Aisya putri kecilku di
rumah ibu. Bergegas aku menuju kasir sembari berharap semoga masih ada sisa
hasil tabungan. Suara tak asing kudengar, aku menoleh ke kanan. Perempuan muda
yang tadi di kursi sebelah tengah digandeng lelaki yang kukenal. Seketika,
lembar-lembar ungu, jatuh berhamburan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar