Rabu, 17 Agustus 2022

Komandan Mabes Pusdiklat Forensik Singapura ke TKP

 

pixabay.com


Oleh. Agus Yuwantoro

Pelukis dan Parfum  Bab. 31

 

      Benar yang disampaikan tiga Polisi Singapura seragam Jas Ket warna biru dongker. Komandan Markas Besar Pusdiklat Forensik ahli sidik jari datang. Mobil Pajero Sport seri terbaru berwarna cokelat tua leres merah biru di tengah. Kaca mobil belakang bertulis Pasukan Khusus Ahli Sidik Jari Polisi Singapura warna kuning menyala. Di tengah bawah pintu mobil Pajero Spot ada tulisan huruf balok berwarna merah. Markas Besar Pusdiklat Forensik Polisi Singapura Nomer 5543001 EG. Berhenti persis depan pintu besi rumah Kim Sam.

     Jam lima sore waktu Singapura.

     Menjelang senja di Sangpura hampir sama dengan kampungku. Ketika senja datang dinding langit mulai berubah warna. Awalnya dinding langit masih meluas berwarna membiru. Sekelompok burung kuntul berwarna putih satu-persatu berterbangan hinggap rimbunnya pohon bambu. Bertanda senja akan lahir. Berhias semburat cahaya kemilau berwarna kemuning ke-emasan. Matahari mulai terbenam dipojok timur. Burung-burung berterbangan hinggap rimbunnya dedaunan. Sepasang kunang-kunang berterbangan membawa cahaya kelap-kelip dibalik bebatuan wadas. Bertanda senja datang bersama gema suara adzan maghrib dari corong Toa berwarna biru telur bebek diatas menara tempat ibadah Islam.

      Di Singapura ketika senja datang. Ratusan cahaya lampu-lampu mulai menyala. Pancaran cahaya lampu-lampu di Hotel seperti warna pelangi. Bercahaya indah berwarna warni. Persis cahaya kunang-kunang dikampungku. Burung gereja, emprit berterbangan memutar- mutar kemudian hinggap gelapnnya dedaunan.

      Jam lima lebih sepuluh menit waktu Singapura.

      Komandan turun dari mobil Pajero Spot. Tinggi badannya seratus enam puluh lima. Badannya tegap. Memakai kaos panjang hitam strit. Tampak gumpalan bentuk badannya dari pundak, bahu, dada juga pergelangan tangan. Tampak kekar berotot. Di belakang kaos bertulis Komandan Forensik. Depan dada sebelah kanan ada tulisannya Lim Swin Pret. Memakai topi hitam ditengah ada gambar bintang satu berwarna kuning keemasan. Sebelah kanan pinggang ada pistol genggang seri terbaru Tahun 2022. FN.509 MRD.LE. Pistol LAPD. Sebelah kiri pinggang ada senjata eletrik berbentuk bundar lurus sekitar sepuluh senti berwarna hitam. Memegang alat kecil elektronik berwarna kuning. Di pojok sebelah kiri ada antene sepanjang dua meter. Diatas antene ada lampu merah menyala. Sebagai alat menditeksi melacak keabsahan bekas sidik jari di TKP. Wajah komandan  ditutupi dengan alat khusus. Semua pasukan berbaris tegap lurus berbanjar. Pasukan dengan senjata laras panjang tipe seri M.16 langsung berlarian menyusul masuk barisan posisi berbanjar. Semua berdiri dengan sikap sempurna. Berdiri tegak. Sang Komandannya datang serempak kompak hormat tegak dengan sikap sempurna.

     Komadan langsung masuk ke TKP. Melacak monitor lektop hasil pemeriksaan awal sampai terakhir. Memutar kembali vidio peragaan Supraptiwi dari bangun tidur sampai menaruh minuman teh manis diatas meja. Cuma butuh sepuluh menit mengakses semua hasil rekaman di layar lektop. Sebentar kemudian menutup lektop. Sinyal antene menyala merah bersama suara diteksi. Alat monitor antena mengarah setiap pojok dinding rumahnya Kim Sam. Lima menit kemudian komandan menyuruh empat anak buahnya berseragam Jas Ket. Membongkar setiap pojokan kamar yang ditutupi bunga mawar plastik berwarna merah.

     Empat petugas dengan teliti membongkar bunga mawar plastik merah. Ternyata  dalam bunga mawar plastik ada alat monitor CCTV. Merekam setiap gerakan di ruangan rumah Kim Sam. Komandan langsung memerintahkan kembali untuk membongkar setiap pojok ruangan rumahnya Kim Sam. Setelah terlihat kamera monitor CCTV. Komandan masuk ruangan khusus pribadinya Kim Sam. Tempat terjadinya keluarga besar tewas dengan posisi duduk di kursi. Cuma lima menit komandan mampu membongkar setiap alat monitor CCTV disetiap pojok ruangan khusus pribadi Kim Sam.

     Alat khusus pasukan Forensik ahli spesial sidik jari dibawa Komandannya. Tidak butuh mengintrograsi aku dan Suprapiwi. Dari peragaan mau tidur. Bangun tidur sampai membuat teh manis ditaruh meja ruangan khusus pribadi Kim Sam. Komandan tidak banyak bicara hanya menunjuk kesana kesini. Semua anak buahnya dengan cepat melaksanakan semua perintahnya. Semua alat monitor CCTV di kumpulkan satu meja. Semua data diolah kembali dalam lektop. Hasilnya kelihatan  semua aktifitas di rumah Kim Sam. Bahkan mampu merekam semua kegiatan satu bulan sebelum tewasnya keluarga besar Kim Sam.

     Komandannya dengan cekatan tanpa bicara mengolah data sampai mendekati detik-detik hari jam tempat tewasnya semua keluarga Kim Sam. Hasilnya : ternyata Kim Sam sebelum menaruh racun dalam teh manis dalam gelas. Berjalan menuju kamar sebelah Supraptiwi. Di situ ada satu gelasnya Suprptiwi diambil Kim Sam dengan kaos tangan khusus. Maka jelas tidak terditeksi sidik jarinya Kim Sam yang ada sidik jarinya milik Supraptiwi. Sebagai landasan hukum positif : menuduh Supraptiwi pembunuh tunggal.

     Komandannya tidak hanya sekali mengolah, berkali-kali menyimak, mempelajari hasil rekaman proses bunuh diri massal keluarga Kim Sam lewat CCTV. Bahkan diputar di tengah anak buahnya berkali-kali. Sambil komentar dengan bahasa aneh. Anak buahnya domblong. Kebingaungan. Ketika komandannya komentar di depan anak buahnya.

     “Kaya kiye baen ora pada teyeng, goblok ! teyengge badhok karo turu tok?“ ( begini aja tidak ada yang bisa, bodoh ! bisanya cuma makan dan tidur )

     Semua anak buahnya diam. Tidak satupun berani menjawab. Kemudian komentar lagi.

“Kiyee pada delengnna ya?,  utek-e pada dienggo, goblok, goblok!“ (Ni lihat semuanya, otaknya dipakai, bodoh, bodoh!)

Semua anak buahnya diam membisu.

“Ora sah takon karo tertuduh, percuma wis diklat ngilmu sidik jari pada goblok kabeh.“ (Tidak usah bertanya pada sang tertuduh sudah ikut Diklat Ilmu Sidik Jari pada bodoh semuanya, otaknya dipakai)

Anak buahnya diam.

“Ngenne pada merek kiyee tak warahi carane mendeteksi sidik jari.“ (Sini pada merapat ni saya ajari cara mendeteksi sidik jari) Komentar komandan sambil menunjukkan tangan kesan kesini. Memperagakan cara meneliti TKP secara proposional sesuwai kopentensinya dan S.O.P:  Standar Operasi Pelayanan.

Aku agak kaget ketika Komandannya bicara dengan logat bahasa Banyumasan persis di kampungku.

“Apakah komandan itu si Kampret adiknya Jitong. Ayahnya tewas gara-gara sarapan lauk gorengan tempe bongkrek. Biuangnne arananne yu Walmi ramanne Pak Gendhon apa ya?” bisikku dalam hati sambil memperhatikan gerak-geriknya komandannya. Hampir belasan tahun aku belum pernah ketemu si Kampret. Aku masih ingat ada tahi lalat hitam disebelah kiri pipinya si Kampret. Tapi komandan itu memakai penutup wajah. Jadi aku belum berani memastikan itu si Kampret adik kandungnya Jitong. Setelah tamat esempe dibawa Biung ke Singapura. Biung-e Kampret nikah resmi dengan orang Singapura pengusaha plastik bernama Lee. Kata tetangganggku dulu.

Supraptiwi tersenyum-senyum ketika mendengar komadan mengatakan.

“Pada goblok!, bisane mung bhadok karo kedengan baen kok lah, ngonno kok bisa -bisane dadi Polisi pada bayar sepira ya ?“ ( “Pada bodoh! bisanya cuma makan dan tiduran, gitu saja bisa jadi anggota Polisi pada nyuap berapa ya?” )

Supraptiwi mendekatiku sambil berbisik pelan-pelan.

“Mas komadannya apa wong Banyumas ya “

“Sett diam.“

“Iya ya Mas.“

“Ayoo duduk dipojok sana aja.“

“Iya ya Mas “

“Ayooo “

“Persis wong Banyumas daerah Ajibarang ya mas medhok kok bahasan-ne ya “

“Settt diam Dik“   

Aku dan Supraptiwi menjauh dari petugas Polisi Singapura. Semua petugas Polisi sangat serius. Sibuk membuka lagi monitor CCTV di setiap pojok ruangan rumahnya Kim Sam. Mengolah data. Meneliti dengan cermat. Berdiskusi. Rapat. Menyimpulkan apakah ? Supraptiwi gadis Munggangsari pelaku utama terbunuhnya keluarga besar Kim Sam. Atau sebaliknya Supraptiwi bebas dari segala tuduhan dan hukuman mati. Sebagai ditemukan bukti kuat hasil semua rekaman monitor CCTV Kim Sam. Kekuatan hukum positif : untuk membebaskan semua tuduhan dan sangsi hukuman mati Supraptiwi.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar