Oleh. Agus Yuwantoro
Pelukis dan Parfum Bab 33
Jam setengah tujuh pagi Singapura
Aku dan Supraptiwi sudah siap berangkat
menuju Markas Besar Polisi Singapura mendapatkan undangan dinas Komandan
Forensik ahli sidik jari. Wajib hadir jam delapan pagi tepat. Rencana awal aku
akan naik taksi. Akan tetapi tadi malam menerima telepon dari Mabes Polisi
Singapura. Besok pagi jam tujuh pagi tepat dijemput salah satu anggota Polisi
Singapura. Akhirnya Aku tidak jadi pesan taksi.
Jam tujuh lebih lima menit
pagi Singapura
Mobil sedan Toyota New
Vios GR Sport warna cokelat tua. Kaca mobil sedan belakang ada tulisannya
Polisi Singapura berwarna kuning menyala. Berhenti depan KBRI Singapura.
Sopirnya memakai seragam jas merah. Sepatunya berwarna cokelat mengkilat. Di balik
jas sebelah kanan pinggang ada pistol genggam seri FN terbaru. Kelihatan dari
balik jasnya ketika ia memasukkan kunci kontak mobil sedannya dalam saku
celananya. Wajahnya cerah ceria penuh senyum persahabatan. Badannya tegap
rambutnya gondrong lurus dikucir ke belakang. Memakai kaca mata hitam Bl seri
3225.A. USA. Turun dari Sedan langsung mendekati aku dan Supraptiwi. Kemudian
menyapaku.
“Mohon maaf agak terlambat.“
“Tidak apa-apa Pak,“ jawabku
“Betul ini Dimas Prihatin.“
“Iya Pak betul betul.“
“Betul ini nona Supraptiwi.“
“Betul Pak.“
“Sebentar kami minta izin dulu KBRI
Singapura.“
“Baik, Pak,“ jawab Supraptiwi
Petugas Polisi masuk KBRI Singapura lima
menit kemudian keluar mendekatiku kembali.
“Silahkan nona Supraptiwi dan Dimas
Prihatin masuk mobil.“
“Terima kasih,“ jawab
Supraptiwi.
“Kami siap mengantar
sampai tujuannya.“
“Ya ya terimakasih Pak
Polisi.”
“Sama-sama.“
Mobil sedan Polisi
Singapura berjalan meninggalkan KBRI Singapura. Menuju Markas Besar Polisi
Singapura. Jalannya mulus lebar nyaris tidak bergelombang dan berlubang. Ketika
ada jalan sudah rusak berlubang dan bergelombang. Langsung ditangani petugas
Dinas Pemeliharaan jalan. Begitu juga setiap bibir jalan aspal bersih tidak ada
sampah. Tidak ada sampah berupa bekas botol-botol plastik minuman mineral.
Dinas Kebersihan Singapura sangat menjaga nilai kebersihan. Jadi wajar kalau
Singapura menjadi salah satu negara terbersih se Asia Tenggara.
Tidak seperti kota
Kecamatanku jalan raya menuju kota Kabupaten rusak parah. Nyaris dibiarkan
sampai berlubang-lubang. Merugikan pengguna jalan. Sering terjadi kecelakaan
ketika menghindari jalan berlubang. Sebagai rasa kecewa akses jalan rusak
berlobang. Warga menanam pohon pisang ditengah jalan yang berlobang. Jalan
aspal dari pedesaan menuju kota Kecamatan dan Kabupaten adalah: Jalan putaran
roda ekonomi orang-orang pinggiran. Jalan aspal yang bagus sangat memudahkan
membawa hasil pertanian di jual ke kota Kecamatan dan Kabupaten. Sebaliknya
jalan aspal rusak parah menghambat semuanya.
Hanya slogan palsu membisu
dan buta tidak tahu kepentingan orang-orang pinggiran. Setiap ada agenda
Pilkada, Pilgub dan calon anggota Dewan terhormat baik tingkat Kabupaten,
Propinsi dan Pusat. Slogan suara orang-orang pinggiran diperjuangankan dengan
suara lantang keras ditengah lapangan. Membangun jalan, pasar tradisional demi
kepentingan rakyat. Tapi setelah jadi. Lupa atau mungkin sengaja lupa.
Lamunanku buyar ketika petugas Polisi Singapura menyapaku sambil menyopir.
“Mohon maaf Nona
Supraptiwi, boleh tanya?”
“Boleh-boleh silahkan Pak.“
“Nona berasal dari mana?”
“Jawa.“
“Jawanya mana?“
“Jawa Tengah.“
“Daerah mana?“
“Bawah lereng gunung
Slamet.“
“Wilayah mana itu Nona?“
“Banyumas.“
“Desanya?“
“Munggangsari.“
“Jauh ya Nona dari sini?“
“Jauh Pak.”
“Kalau Dimas Prihatin juga
sama tempat tinggalnya?”
“Tidak sama Pak.“
“La tinggalnya dimana?”
“Desa Kusuma Baru.“
“Oo gitu.”
“Ya ya Pak,“ jawabku
“Salam dari Komandan
Forensik Bapak Lee Shim Pret.“
“Sama-sama Pak.“
“Nanti acara permohonan maaf
dari Polisi Singapura dipimpin wakil Komandan Forensik.”
“O gitu ya Pak.“
“Bapak Komandan sedang
melatih ilmu sidik jari Polisi Indonesia.”
“Oo gitu ya Pak.”
“Iya ya, tolong ini teks
untuk siaran Pres nanti.“
“Iya Pak.“
“Coba dibaca, Nona Supraptiwi.”
“Mohon maaf kepada semua
pihak juga keluarga besar Kim Sam, aku Supraptiwi bukan pembunuhnya ia tewas
sebab bunuh diri terima kasih.”
“Bagus bagus.”
“Itu saja ya Pak.”
“Ya singkat padat jelas.”
“Setelah itu “
“Ada kata permohonan maaf
dari Pemerintah Singapura.”
“Kenapa?”
“Sebab sudah mencemarkan
nama baik Nona.“
“Akhh biasa-biasa saja kok
Pak.“
“Ini juga menyangkut nama
baik lembaga kami.“
“Jadi.“
“Sehabis siaran pres nona
mendapatkan ganti nama baik.“
“Tidak usah Pak.“
“Ini tugas kami Nona.“
“Mendapatkan ganti apa ya
Pak.“
“Sedikit uang untuk mengganti
biaya operasional di TKP juga bantuan transpot naik pesawat.“
“Tidak usah Pak, Dimas
Prihatin sudah pesen tiket pesawat.“
“Tidak apa-apa ini tugas
kami.“
Aku cuma diam. Sambil
melihat pemandangan di balik kaca mobil sedan Polisi Singapura. Mobil sedan
berjalan dengan cepat. Menuju jalan pintu masuk Markas Besar Polisi Singapura.
Gapura pintu masuk persis batas gapura batas desaku. Berbetuk melengkung ada
tulisannya selamat datang. Cuma beda tulisannya gapura Markas Besar Polisi
Singapura bertulis “Siap Membantu Anda”.
Aku jadi ingat
tetanggangku Kang Warsim. Kuli bata merah dan genteng di kampungnya. Baru
tertuduh belum ada bukti kuat. Diduga mencuri ayam tetangga desa. Langsung diciduk.
Digebuki sampai rompal gigi depannya. Supaya mengaku mencuri ayam. Satu hari
kemudian pencuri asli ayam ditemukan oleh warga kampung. Pencuri ayam namanya
sama. Cuma berbeda tempat tinggalnya. Semenjak itu kang Warsim sangat ketakutan
melihat seragam petugas yang menginterogasi sampai rompol gigi depannya. Bahkan
ketika warga ertenya ikut karnaval Agustus di lapangan desanya. Ada salah satu
warga ertenya macak seragam itu. Kang Warsim langsung ketakutan sembunyi dalam
kolong tempat tidurnya.