Jumat, 01 Juli 2022

Berangkat ke Singapura

 

pixabay.com

Oleh. Agus Yuwantoro

Pelukis dan Parfum ke-26

 

      Bapak Wagino beserta istrinya memberikan amanat kepadaku untuk menjemput putrinya, Supraptiwi ke Singapura. Di kawasan daerah komplek perumahan pengusaha perhiasan emas di Jalan Bugis Street. Daerah imigran warga Sulawesi yang sudah lama menetap di Singapura. Berjuang mengubah kehidupan menjadi pedagang di daerah wisata Bugis Street. Salah satu daerah wisata Singapura gratis tidak dipungut biaya masuk wilayah wisata kawasan Bugis Street. Pemandangan di sekitar situ sangat indah. Natural. Bersih. Bahkan tidak ada sampah berserakan di kawasan wisata tersebut. Terkenal rapi bersih. Pemandangan super indah bahkan terbersih di Asia.

      Babah Kim Sang pemilik perusahan perhiasan emas tinggal tidak jauh dari kawasan wisata Bugis Street. Virus covid 19 menggoncangkan sektor ekonomi di mana saja berada. Baik negara Asia Tenggara bahkan menembus Eropa. Babah Kim Sang betul-betul merasakan imbas dari virus covid 19. Semua toko emas yang menyebar luas di Jakarta. Jawa tengah. Jawa Timur dan Jawa Barat. Sepi. Tidak ada pembeli. Hampir mendekati dua semester. Tetap sepi. Nyaris tidak ada pembelinya.

 Masa pandemi semua negara memperlakukan dengan ketat demi memutus mata rantai penyebaran virus covid 19. Semua sepakat mengadakan mengurangan hubungan atau kontak langsung sesama manusia. Semua dibatasi dengan ketat bahkan harus dijaga petugas keamanan Negara demi menyelamatkan semua warga negaranya. Dunia akademik beralih memberikan semua mata pelajaran dengan sistem eloktronik. Pelayanan birokrasi baik pemerintah maupun swasta juga dengan layanan serba eloktronik. Semua kegiatan sosial dibatasi harus protokoler.

Hal ini menimbulkan perusahaan biro jasa mengalami kebangkrutan total. EO. Perusahaan Event Organisation di manapun berada mengalami kebangkrutan. Masa pandemi melarang mengumpulkan masa banyak. Semua terbatas. Protokoler. Harus minta izin resmi dari satgas pencegahan covid 19 baik tingak Kecamatan Kabupaten dan Provinsi. Begitu juga usaha pembuatan perhiasan emas miliknya babah Kim Sang. Bangkrut total. Semua dana habis untuk membayar gaji semua karyawan pada masa pandemi. Tidak seimbang antara pendapatan dan pengeluarannya.

Beban kejiwaan babah Kim Sang dari hari ke hari semakin berat. Putus asa. Depresi. Stres berat. Semua asetnya dijual murah. Tidak bisa mencukupi biaya hidup pada musim pandemi. Akhirnya babah Kim Sang beserta semua keluarganya mengakhiri hidupnya bunuh diri massal minum racun bersama di ruang khusus keluarga. Hanya satu yang tidak bunuh diri di rumahnya babah Kim Sang. Supraptiwi putrinya bapak Wagino bekerja sebagai pembantu juga salah satu karyawan perusahaan pembuatan perhiasan emas milik babah Kim Sang.

Setelah polisi Singapur meneliti mengamati di tempat kejadian perkara bunuh diri massal keluarga besar babah Kim Sang. Salah satu polisi menemukan sidik jari di salah satu gelas sewaktu untuk minum racun. Bekas sidik jari itu milik Supraptiwi. Polisi Singapur langsung menangkap Supraptiwi dibawa ke kantor Polisi untuk diminta keterangan yang benar jelas jujur atas kejadian bunuh diri massal keluarga besarnya babah Kim Sang.

Menurut bapak Wagino, putrinya Supraptiwi hampir dua minggu sudah mendekam dalam jeruji besi. Tertuduh pembunuhan keluarga besar babah Kim Sang dengan bukti ada salah satu gelas untuk minum racun ada sidik jari Supraptiwi. Tugas sangat berat untuk menyemput Supraptiwi di Singapur. Bahkan aku sama sekali belum pernah ke Singapur. Atas nama amanat dari bapaknya juga rasa kasih sayangku yang begitu cukup dalam pada Supartiwi. Aku bersedia menerima amanatnya bapak Supraptiwi. Walaupun sebelum berangkat aku harus bolak balik ke kantor Imigrasi untuk mengurus surat ini itu untuk syarat masuk negara Singapur.

Jam delapan pagi aku naik bus menuju Yogyakarta. Diantar langsung bapak dan ibunya Supaptiwi menuju bandara pesawat terbang Adi Sucipto Yogyakarta.

“Tolong bawa pulang putri satu satunya Bapak ya Mas.“

“Iya Bapak.“

“Semua biaya Bapak yang menanggung.“

“Iya ya.“

“Bapak sudah siapkan tabungan tanaman pohon Albasia dan Mahoni di kebon sebelah sungai Kalitengah itu, Mas.“

“Iya Bapak.“

“Tolong ya Mas, Supraptiwi bawa pulang ke kampung Munggangsari ya Mas,“ cetus Ibu Supratiwi sambil membersihkan kedua bola matanya yang basah memerah.

“Iya ya Bu aku usahakan.“

“Terima kasih ya Mas.“

“Sama-sama Bu.“

“Kalau masih merasa kurang ongkos untuk bawa pulang anak putri Bapak juga punya tabungan tanah bengkok desa bisa dijual tahunan untuk nambah biaya Mas.“

“Iya ya Bapak mudah mudahan ini sudah cukup.“

“Terima kasih ya Mas.”   

Tepat jam satu siang pesawat Garuda Indonesia berwarna putih leres kebiruan no buing 4473. B sudah siap di bandara Adi Sucipto Jogyakarta. Tiket pesawat menuju Singapur sudah aku siapkan. Aku bersama bapak dan ibunya Supraptiwi menunggu duduk di ruang tunggu. Di bandara Adi Sucipto Yogyakarta setiap orang sibuk dengan urusannnya masing-masing. Tidak ada tegur sapa. Tanya ini tanya itu. Masing-masing calon penumpang sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri.

Kehidupan idialisme juga individualisme tergambar jelas di kawasan bandara pesawat terbang Adi Sucipto Yogyakarta. Kehidupan individualisme meruntuhkan nilai unsur manusia bumi yang seharusnya manusia saling membutuhkan satu sama lainnya. Bahkan kalau kita lengah sedikit di kawasan bandara manapun berada. Bisa menjadi obyek penipuan. Dari tiket pesawat terbang palsu yang dijual oleh calo-calo tidak bertanggung jawab.

Para penumpang pesawat yang baru turun dari berbagai negara. Tidak luput dari penghentian para penipu-penipu ulung. Sering terjadi ketika para TKW dari luar negri tiba di bandara tertipu daya oleh penipu dengan penampilan bagus ganteng sopan-santun. Menawarkan jasa siap mengantarkan mengawal dengan rasa aman tentram sampai kerumahnya. Terkadang ada yang terjaring oleh sang penipu atas menawarkan jasa mengantar mengawal sampai ke rumahnya.

TKW kebanyakan dari pelosok desa tidak berpendidikan cukup tamat esempe bisa berangkat kerja keluar Negri menjadi pembantu rumah tangga. Wajahnya lugu. Ketika turun dari pesawat terbang berketemu dengan laki-laki bagus ganteng penampilan bersih serba oke. Menawarkan jasa pengawalan pendampingan pulang kampung halamannya. Sifat keluguannya menjadi incaran penipu-penipu ulung di kawaasan bandara. Bukannya diantar ke kampung halamannya. Tapi berkat bujuk rayu penipu-penipu ulung yang sudah profesional.

TKW dibawa sebuah hotel untuk sekadar istirahat. Bukannya istirahat tapi seluruh tubuhnya disuguhkan oleh penipu ulung sebab sudah terhasut bujuk raju dan pengaruh minuman yang sudah dicampur dengan obat tidur. Bukan saja seluruh tubuhnya diserahkan tapi semua hasil kerja di luar negri habis dibawa lelaki yang membujuk rayu juga menghantar pulang ke kampungnya. Ketika bangun tidur harta bendanya hilang semuanya.

Maka dari itu bapak Wagino menyuruh aku untuk menjemput Supraptiwi di Singapur. Sebetulnya sudah beberapa kali menyuruh aku untuk menjemputnya. Tapi aku belum siap. Kurang percaya diri karena menurut slentingan tetanggaku ketika Supraptiwi pulang sudah ada yang menjemput adiknya bah Shiong. Namanya Yam Shin pengusaha toko mebeler di daerah Bumiayu. Biasanya menjemput dengan mobil Zusuki Cery extra 100 cc karoseri Adiputra tahun 1995 berwarna hitam dop. Tapi kali ini aku harus yang menjemput Supraptiwi. Bukan di kawasan bandara pesawat terbang Adi Sucipto Jogyakarta. Akan tetapi menjemput langsung di Singapur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar