Oleh. Agus Yuwantoro
Pelukis dan Parfum ke-26
Bapak Wagino beserta istrinya memberikan
amanat kepadaku untuk menjemput putrinya, Supraptiwi ke Singapura. Di kawasan
daerah komplek perumahan pengusaha perhiasan emas di Jalan Bugis Street. Daerah
imigran warga Sulawesi yang sudah lama menetap di Singapura. Berjuang mengubah
kehidupan menjadi pedagang di daerah wisata Bugis Street. Salah satu daerah
wisata Singapura gratis tidak dipungut biaya masuk wilayah wisata kawasan Bugis
Street. Pemandangan di sekitar situ sangat indah. Natural. Bersih. Bahkan tidak
ada sampah berserakan di kawasan wisata tersebut. Terkenal rapi bersih. Pemandangan
super indah bahkan terbersih di Asia.
Babah Kim Sang pemilik perusahan
perhiasan emas tinggal tidak jauh dari kawasan wisata Bugis Street. Virus covid
19 menggoncangkan sektor ekonomi di mana saja berada. Baik negara Asia Tenggara
bahkan menembus Eropa. Babah Kim Sang betul-betul merasakan imbas dari virus
covid 19. Semua toko emas yang menyebar luas di Jakarta. Jawa tengah. Jawa
Timur dan Jawa Barat. Sepi. Tidak ada pembeli. Hampir mendekati dua semester.
Tetap sepi. Nyaris tidak ada pembelinya.
Masa pandemi semua negara memperlakukan dengan
ketat demi memutus mata rantai penyebaran virus covid 19. Semua sepakat
mengadakan mengurangan hubungan atau kontak langsung sesama manusia. Semua
dibatasi dengan ketat bahkan harus dijaga petugas keamanan Negara demi
menyelamatkan semua warga negaranya. Dunia akademik beralih memberikan semua
mata pelajaran dengan sistem eloktronik. Pelayanan birokrasi baik pemerintah
maupun swasta juga dengan layanan serba eloktronik. Semua kegiatan sosial
dibatasi harus protokoler.
Hal ini menimbulkan
perusahaan biro jasa mengalami kebangkrutan total. EO. Perusahaan Event Organisation
di manapun berada mengalami kebangkrutan. Masa pandemi melarang mengumpulkan
masa banyak. Semua terbatas. Protokoler. Harus minta izin resmi dari satgas
pencegahan covid 19 baik tingak Kecamatan Kabupaten dan Provinsi. Begitu juga
usaha pembuatan perhiasan emas miliknya babah Kim Sang. Bangkrut total. Semua
dana habis untuk membayar gaji semua karyawan pada masa pandemi. Tidak seimbang
antara pendapatan dan pengeluarannya.
Beban kejiwaan babah Kim
Sang dari hari ke hari semakin berat. Putus asa. Depresi. Stres berat. Semua
asetnya dijual murah. Tidak bisa mencukupi biaya hidup pada musim pandemi.
Akhirnya babah Kim Sang beserta semua keluarganya mengakhiri hidupnya bunuh
diri massal minum racun bersama di ruang khusus keluarga. Hanya satu yang tidak
bunuh diri di rumahnya babah Kim Sang. Supraptiwi putrinya bapak Wagino bekerja
sebagai pembantu juga salah satu karyawan perusahaan pembuatan perhiasan emas
milik babah Kim Sang.
Setelah polisi Singapur
meneliti mengamati di tempat kejadian perkara bunuh diri massal keluarga besar
babah Kim Sang. Salah satu polisi menemukan sidik jari di salah satu gelas
sewaktu untuk minum racun. Bekas sidik jari itu milik Supraptiwi. Polisi
Singapur langsung menangkap Supraptiwi dibawa ke kantor Polisi untuk diminta
keterangan yang benar jelas jujur atas kejadian bunuh diri massal keluarga
besarnya babah Kim Sang.
Menurut bapak Wagino,
putrinya Supraptiwi hampir dua minggu sudah mendekam dalam jeruji besi.
Tertuduh pembunuhan keluarga besar babah Kim Sang dengan bukti ada salah satu
gelas untuk minum racun ada sidik jari Supraptiwi. Tugas sangat berat untuk
menyemput Supraptiwi di Singapur. Bahkan aku sama sekali belum pernah ke
Singapur. Atas nama amanat dari bapaknya juga rasa kasih sayangku yang begitu
cukup dalam pada Supartiwi. Aku bersedia menerima amanatnya bapak Supraptiwi.
Walaupun sebelum berangkat aku harus bolak balik ke kantor Imigrasi untuk mengurus
surat ini itu untuk syarat masuk negara Singapur.
Jam delapan pagi aku naik
bus menuju Yogyakarta. Diantar langsung bapak dan ibunya Supaptiwi menuju
bandara pesawat terbang Adi Sucipto Yogyakarta.
“Tolong bawa pulang putri
satu satunya Bapak ya Mas.“
“Iya Bapak.“
“Semua biaya Bapak yang
menanggung.“
“Iya ya.“
“Bapak sudah siapkan
tabungan tanaman pohon Albasia dan Mahoni di kebon sebelah sungai Kalitengah
itu, Mas.“
“Iya Bapak.“
“Tolong ya Mas, Supraptiwi
bawa pulang ke kampung Munggangsari ya Mas,“ cetus Ibu Supratiwi sambil
membersihkan kedua bola matanya yang basah memerah.
“Iya ya Bu aku usahakan.“
“Terima kasih ya Mas.“
“Sama-sama Bu.“
“Kalau masih merasa kurang
ongkos untuk bawa pulang anak putri Bapak juga punya tabungan tanah bengkok desa
bisa dijual tahunan untuk nambah biaya Mas.“
“Iya ya Bapak mudah
mudahan ini sudah cukup.“
“Terima kasih ya
Mas.”
Tepat jam satu siang
pesawat Garuda Indonesia berwarna putih leres kebiruan no buing 4473. B sudah
siap di bandara Adi Sucipto Jogyakarta. Tiket pesawat menuju Singapur sudah aku
siapkan. Aku bersama bapak dan ibunya Supraptiwi menunggu duduk di ruang
tunggu. Di bandara Adi Sucipto Yogyakarta setiap orang sibuk dengan urusannnya
masing-masing. Tidak ada tegur sapa. Tanya ini tanya itu. Masing-masing calon
penumpang sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri.
Kehidupan idialisme juga
individualisme tergambar jelas di kawasan bandara pesawat terbang Adi Sucipto Yogyakarta.
Kehidupan individualisme meruntuhkan nilai unsur manusia bumi yang seharusnya
manusia saling membutuhkan satu sama lainnya. Bahkan kalau kita lengah sedikit
di kawasan bandara manapun berada. Bisa menjadi obyek penipuan. Dari tiket
pesawat terbang palsu yang dijual oleh calo-calo tidak bertanggung jawab.
Para penumpang pesawat
yang baru turun dari berbagai negara. Tidak luput dari penghentian para
penipu-penipu ulung. Sering terjadi ketika para TKW dari luar negri tiba di
bandara tertipu daya oleh penipu dengan penampilan bagus ganteng sopan-santun.
Menawarkan jasa siap mengantarkan mengawal dengan rasa aman tentram sampai
kerumahnya. Terkadang ada yang terjaring oleh sang penipu atas menawarkan jasa
mengantar mengawal sampai ke rumahnya.
TKW kebanyakan dari
pelosok desa tidak berpendidikan cukup tamat esempe bisa berangkat kerja keluar
Negri menjadi pembantu rumah tangga. Wajahnya lugu. Ketika turun dari pesawat
terbang berketemu dengan laki-laki bagus ganteng penampilan bersih serba oke.
Menawarkan jasa pengawalan pendampingan pulang kampung halamannya. Sifat
keluguannya menjadi incaran penipu-penipu ulung di kawaasan bandara. Bukannya
diantar ke kampung halamannya. Tapi berkat bujuk rayu penipu-penipu ulung yang
sudah profesional.
TKW dibawa sebuah hotel
untuk sekadar istirahat. Bukannya istirahat tapi seluruh tubuhnya disuguhkan
oleh penipu ulung sebab sudah terhasut bujuk raju dan pengaruh minuman yang
sudah dicampur dengan obat tidur. Bukan saja seluruh tubuhnya diserahkan tapi
semua hasil kerja di luar negri habis dibawa lelaki yang membujuk rayu juga
menghantar pulang ke kampungnya. Ketika bangun tidur harta bendanya hilang
semuanya.
Maka dari itu bapak Wagino
menyuruh aku untuk menjemput Supraptiwi di Singapur. Sebetulnya sudah beberapa
kali menyuruh aku untuk menjemputnya. Tapi aku belum siap. Kurang percaya diri
karena menurut slentingan tetanggaku ketika Supraptiwi pulang sudah ada yang menjemput
adiknya bah Shiong. Namanya Yam Shin pengusaha toko mebeler di daerah Bumiayu.
Biasanya menjemput dengan mobil Zusuki Cery extra 100 cc karoseri Adiputra
tahun 1995 berwarna hitam dop. Tapi kali ini aku harus yang menjemput
Supraptiwi. Bukan di kawasan bandara pesawat terbang Adi Sucipto Jogyakarta.
Akan tetapi menjemput langsung di Singapur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar