Agus Yuwantoro
Pelukis dan Parfum ke-24
Virus covid 19 terus cepat berkembang
pesat masuk ke semua pelosok desa. Termasuk desa Kusuma Baru. Pertama mbok
Wakem tanpa ada gejala. Sehabis jemur ikan asin di teras depan rumah. Tiba-tiba
pingsan. Kemudian kejang-kejang dibawa warga ke Puskesmas. Satu jam kemudian
meninggal dunia. Sesuai amanatnya dimakamkan jejer dengan suaminya. Satu minggu kemudian
bapak Dikin guru esde-ku bersama istrinya nyaris tidak ada gejala apapun.
Sehabis jemur padi. Kepalanya terasa pusing. Kemudian pingsang bersama
istrinya. Belum sempat warga membawa ke Puskesmas meninggal dunia di ruang
dapur.
Seminggu kemudian mbah Sumo tukang mancing
belut dan pencari katak hijau di sawah. Tanpa gejala sakit. Meninggal dunia ketika
mau mancing belut di jalan pinggiran persawahan. Dua minggu kemudian anak putri
bersama suaminya mbah Sumo. Pertama-tama dirasakan anak putrinya mbah Sumo cuma
pilek. Batuk dan flu. Dari hari kehari suhu badannya semakin panas. Bahkan
tidak bisa merasakan bau-bauan. Satu minggu kemudian meninggal dunia di ruang
khusus karantina korban wabah covid 19.
Semua warga geger dengan kejadian seperti
itu. Pak Sarkum mantan Kades mulai membuat isu di tengah masyarakat.
“Ini gara-gara pemenang pilkades sedang
minta tumbal,“ cetus bapak Sarkum
“Ya-ya betul-betul itu,“ jawab Kimin
gogolnya bapak Sarkum.
“Iya ya betul sudah tujuh warga kita
meningal dunia setelah pelantikan kades terbaru, betul si.“
“Betul betul.“
“Bakar saja rumahnya kades baru.“
“Mayooo bakar saja biar tidak ada tumbal lagi.“
“Ayoo bakar rumahnya Wagino.“
“Mayooo,“ jawab para
gogolnya bapak Sarkum.
“Iya sudah tujuh warga kita tewas untuk
tumbal pilkades.“
“Mayoooo!“ teriak salah
satu gogolnya bapak Sarkum.
Malam jumat kliwon semua gogolnya bapak
Sarkum sudah berkumpul di teras rumah depannya. Mewakili nama dukuhannya.
Sangat setuju sekali. Bakar rumahnya kades baru Bapak Wagino. Rencana malam
minggu jam dua belas malam. Para pendukung fanatik bapak Sarkum pertama mau
membakar gudang kayu bakar kang Wagino. Pertimbangannya bisa merambat ke dapur
kemudian ruang tengah. Tujuannya untuk mengusir roh jahat yang selalu
minta tumbal setiap minggu. Minggu kemarin mbok Wakem. Satu minggu kemudian
bapak Dikin dengan istrinya. Menyusul mbah Sumo kemudian anak putri dengan
suaminya.
Mumpung belum terlanjur banyak warga untuk
tumbal kemenangan pilkades. Pendukung fanatik bapak Sarkum sepakat. Besok malam
minggu akan membakar gudang kayu bakar dulu. Tapi sebelum membakar gudang kayu
bakarnya Bapak Wagino. Bapak Sarkum mantan Kepala Desa Kusuma Baru. Malam sabtu
merasa pusing kepalanya. Berkal-kali muntah. Suhu badannya semakin panas. Kena
penyakit Flu berkepanjangan. Hampir dua minggu terserang flu tidak
sembuh-sembuh. Badannya lemas. Wajahnya pucat. Sewaktu dibawa ke rumah mantri
suntik desa. Bapak Sarkum pingsang. Setelah mantri suntik datang langsung
memeriksa bapak Sarkum. Positif sudah meninggal dunia. Hasil visum dokter
Puskesmas bapak Sarkum positif kena covid 19. Lima hari kemudian empat orang gogol Kimin
cs menyusul meninggal dunia tertular covid 19.
Setelah bapak Sarkum meninggal dunia.
Acara membakar gudang kayu kang Wagino batal tidak jadi. Semua tiem satgas
covid 19 tingkat Provinsi Kabupaten dan Kecamatan merapat ke desa Kusuma Baru. Ditutup
semua jalan menuju desa Kusuma Baru. Dibatasi warga yang mau keluar rumah. Tim
satgas covid 19 bersama anggota Kodim, Polres, Koramil dan Polsek mengamankan
jalan masuk keluar desa Kusuma Baru. Bantuan datang dari Kementerian Sosial.
Membagikan gratis sembako berupa beras, sarimi, minyak goreng, teh, gula pasir
dan ikan asin untuk keperluan setiap hari. Semua warga Kusuma Baru dilarang
keluar rumah. Harus ada izin tiem satgas covid 19 baik tingkat Provinsi,
Kabupaten dan Kecamatan. Setiap hari petugas kesehatan dan sukarelawan nyemprot
cairan siktivikan setiap rumah warga. Lebih- lebih rumah warga yang sudah
meninggal dunia.
Aku mendapat berita duka dari Bali lewat
smsnya Ketut Dian Purnama. Kang Sarmo dan istri tercinta nelayanan tradisional
dari Gunungkidul meninggal dunia. Positif terpapar virus covid 19. Upacara
pemakamannya sangat protokoler oleh beberapa petugas khusus satgas covid 19
tingkat Kabupaten. Tengah malam jam dua belas malam saudaraku juga sahabat
setiaku Kang Sarmo dan istrinya dimakamkan dalam satu lubang. Tanpa saudara dan
para tetangga menghantarkan ke tanah makam.
Apa lagi acara kirim doa selama tujuh
hari. Nyaris sunyi sepi. Tanpa hadirnya warga yang mau melayat ke rumahnya.
Siapapun keluarganya. Dimanapun keberadaannya. Ketika salah satu keluarga
meninggal dunia terpapar virus covid 19. Maka hanya petugas khusus yang sudah
dilatih oleh tim. Proses memandikan mekanfankan menyolatkan bahkan sampai acara
pemakaman. Semua warga tidak diizinkan terlibat langsung dalam proses
pemakaman.
Aku sudah menghitung wargaku yang
meninggal dunia terpapar virus covid 19. Mbok Wakem. Bapak Dikin dan istrinya.
Mbah Sumo bersama putri dan suaminya. Bapak Sarkum mantan kades. Kang Sarmo dan
istrinya. Bahkan aku mendapatkan berita terbaru dari warga Desa sebelah. Kawan
kecilku Jitong. Meninggal dunia di daerah Tasikmalaya. Ketika sedang asyik
menyusuri sungai mencari batu akik. Meninggal dunia di bibir sungai wilayah
Kabupaten Tasikmalaya. Warga langsung lapor tim satgas covid 19 tingkat
Kabupaten. Jitong kawan kecilku penjual batu akik dimakamkan secara protokoler
tengah malam di daerah Kabuapaten Tasikmalaya.
Dua minggu kemudian babah Shiong bersama
istrinya Cik Khin terkenal juragan cengkeh dan kopi. Pemilik toko emas Naga
Merah meninggal dunia tanpa ada gelaja sedikitpun. Sepuluh hari kemudian putra
putrinya menyusul meninggal dunia. Positif terpapar covid 19. Kata pembantunya
babah Shiong sebelum meninggal dua minggu nengok Kim Sang ayah tercintanya di
Singapura.
Aku bersama imam mushola juga tukang
adzan sehabis sholat berjamaah isha. Duduk sila berdoa pada Tuhan: Mujahadahan.
Memperbanyak membaca istighfar. Asmaul Khusna. Sholawat Nabi Muhammad SAW. Tasbih. Tahmid.
Takbir. Agar wabah covid 19 mengilang lenyap di desaku. Selama berlakunya pemutusan
hubungan warga. Nyaris semua warga desaku berhenti total dari berbagai aktivitas.
Kebutuhan hidup harian menggantungkan
bantuan baik dari Kecamatan maupun Kabupaten juga Provinsi. Hampir enam puluh
lima persen warga desaku terpapar covid 19. Semua gang jalan masuk ditutup.
Dijaga Tentara, Polisi, Brimob, Polisi Pamong Praja juga beberapa organisasi
kepemudaan. Bertujuan memutus mata rantai virus covid 19. Semua wargaku tidak
boleh keluar rumah. Wajib pakai masker. Cuci tangan sebelum dan sesudah
beraktifitas. Bahkan wajib mandi tiga kali sehari. Harus ganti pakaian sehabis
mandi.
Bapak Wagino Kades baru latar belakang
hidup seorang kuli jemur cengkeh dan kopi mliknya Bah Shiong. Istrinya tukang
cuci dan masak. Sudah terbiasa hidup dengan keterbatasan. Menerima apa adanya
dalam kehidupannya. Berimbas pada pola berfikir bapak Wagino. Ketika
mendapatkan berbagai macam bantuan dari Pemerintah maupun swasta. Semua dicatat
rapi dalam buku khusus tanda terima bantuan. Baik beras, minyak goreng, gula
pasir, bumbu dapur, telor bahkan sampai obat-obatan. Rapi tercatat.
Semua warga dicacat dengan teliti. Rata
pembagiannya. Tidak ada rekayasa dalam memberikan bantuan. Baik warga maupun
keluarganya perangkat desa sama haknya. Tidak seperti desa lain. Ketika bantuan
datang dalam bentuk apapun. Pertama paling utama untuk semua perangkat desanya.
Kemudian keluarga besarnya. Warga yang mendapatkan bantuan adalah pendukung
kemenangan kadesnya. Warga yang tidak mendukung. Bisanya cuma plonga-plongo.
Saling memandang satu dan lainnya.
Melihat mobil L 300 terbuka membawa beras, minyak goreng, telur dibagi
bagikan warga di setiap gang jalan masuk perdukuhannya.
Pola berfikir bapak Wagino belum seratus
persen diterima oleh semua perangkat desanya. Mengutamakan kepentingan
warganya. Demi kesehatan juga keselamatan hidup. Menjadi tujuan paling utama
selama musim covid 19. Maka tidak heran ada beberapa perangkat desa bisik-
bisik kesana kesini. Merasa tidak beruntung mengikuti pola berfikirnya bapak
Wagino.
Terkadang dalam hidup keterbatasan. Bisa
menimbulkan keluguan kepasrahan pada Gusti Allah. Bahkan mampu mensyukuri
nikmat Nya dalam hidup serba kekurangan dan keterbatasan. Kepsrahan lahir dari
hati nurani. Lugu. Apa adanya. Melahirkan sifat kejujuran yang tinggi. Termasuk
dalam hal ini adalah Bapak Wagino menjadi Kades baru dengan visi dan misi.
Lugu. Apa adanya. Sesuwai dengan peraturan yang ada. Tanpa reka yasa. Apa lagi
mencari keuntungan dalam sesaat. Maka wajar ada beberapa perangkat desa belum
bisa menerima ajakan kebaikan untuk semua warga desa Kusuma Baru. Bantuan
apapun diterima tersalurkan dengan data pendukung benar baik tepat sasaran.
Menimbulkan rasa sejahtera bagi semua warganya.
Kades di manapun berada pada
prinsipnya adalah memperjuangkan hak hidup warganya. Bukan sebaliknya mencari
kehidupan di balik tangisan warganya. Mencari penghasilan atas nama warganya.
Lebih extrimnya mengembalikan modal sewaktu nyalon menjadi Kepala Desa. Demi
mewujudkan kepentingan pribadinya sendiri. Hidupnya numpang dalam program
pengembangan Desa. Berwujud anggaran dana desa juga dana intensif lainnya.
Pembangunan Nasional yang bertujuan mensejaterakan hidup rakyat. Perbaikan
jalan, selokan air untuk memperlancarkan roda ekonomi rakyat. Pendapatan
rakyat. Tidak tersentuh sama sekali. Akhirnya diberbagai daerah manapun banyak
para Kades tersangkut tindak Tipikor. Satu persatu masuk dalam jeruji besi.
Menanggung risiko perbuatannya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar