Senin, 13 Juni 2022

Wabah Covid-19 Menyerang Desaku

 

pixabay.com

Agus Yuwantoro

Pelukis dan Parfum ke-24

      Virus covid 19 terus cepat berkembang pesat masuk ke semua pelosok desa. Termasuk desa Kusuma Baru. Pertama mbok Wakem tanpa ada gejala. Sehabis jemur ikan asin di teras depan rumah. Tiba-tiba pingsan. Kemudian kejang-kejang dibawa warga ke Puskesmas. Satu jam kemudian meninggal dunia. Sesuai amanatnya dimakamkan jejer dengan suaminya. Satu minggu kemudian bapak Dikin guru esde-ku bersama istrinya nyaris tidak ada gejala apapun. Sehabis jemur padi. Kepalanya terasa pusing. Kemudian pingsang bersama istrinya. Belum sempat warga membawa ke Puskesmas meninggal dunia di ruang dapur.

    Seminggu kemudian mbah Sumo tukang mancing belut dan pencari katak hijau di sawah. Tanpa gejala sakit. Meninggal dunia ketika mau mancing belut di jalan pinggiran persawahan. Dua minggu kemudian anak putri bersama suaminya mbah Sumo. Pertama-tama dirasakan anak putrinya mbah Sumo cuma pilek. Batuk dan flu. Dari hari kehari suhu badannya semakin panas. Bahkan tidak bisa merasakan bau-bauan. Satu minggu kemudian meninggal dunia di ruang khusus karantina korban wabah covid 19.

     Semua warga geger dengan kejadian seperti itu. Pak Sarkum mantan Kades mulai membuat isu di tengah masyarakat.

     “Ini gara-gara pemenang pilkades sedang minta tumbal,cetus bapak Sarkum

    “Ya-ya betul-betul itu,jawab Kimin gogolnya bapak Sarkum.

    “Iya ya betul sudah tujuh warga kita meningal dunia setelah pelantikan kades terbaru, betul si.

   “Betul betul.

   “Bakar saja rumahnya kades baru.

  “Mayooo bakar saja biar tidak ada tumbal lagi.

  “Ayoo bakar rumahnya Wagino.

  “Mayooo,jawab para gogolnya bapak Sarkum.

  “Iya sudah tujuh warga kita tewas untuk tumbal pilkades.

      “Mayoooo!teriak salah satu gogolnya bapak Sarkum.

       Malam jumat kliwon semua gogolnya bapak Sarkum sudah berkumpul di teras rumah depannya. Mewakili nama dukuhannya. Sangat setuju sekali. Bakar rumahnya kades baru Bapak Wagino. Rencana malam minggu jam dua belas malam. Para pendukung fanatik bapak Sarkum pertama mau membakar gudang kayu bakar kang Wagino. Pertimbangannya bisa merambat ke dapur kemudian ruang tengah. Tujuannya untuk mengusir roh jahat yang selalu minta tumbal setiap minggu. Minggu kemarin mbok Wakem. Satu minggu kemudian bapak Dikin dengan istrinya. Menyusul mbah Sumo kemudian anak putri dengan suaminya.

     Mumpung belum terlanjur banyak warga untuk tumbal kemenangan pilkades. Pendukung fanatik bapak Sarkum sepakat. Besok malam minggu akan membakar gudang kayu bakar dulu. Tapi sebelum membakar gudang kayu bakarnya Bapak Wagino. Bapak Sarkum mantan Kepala Desa Kusuma Baru. Malam sabtu merasa pusing kepalanya. Berkal-kali muntah. Suhu badannya semakin panas. Kena penyakit Flu berkepanjangan. Hampir dua minggu terserang flu tidak sembuh-sembuh. Badannya lemas. Wajahnya pucat. Sewaktu dibawa ke rumah mantri suntik desa. Bapak Sarkum pingsang. Setelah mantri suntik datang langsung memeriksa bapak Sarkum. Positif sudah meninggal dunia. Hasil visum dokter Puskesmas bapak Sarkum positif kena covid 19. Lima hari kemudian empat orang gogol Kimin cs menyusul meninggal dunia tertular covid 19.

      Setelah bapak Sarkum meninggal dunia. Acara membakar gudang kayu kang Wagino batal tidak jadi. Semua tiem satgas covid 19 tingkat Provinsi Kabupaten dan Kecamatan merapat ke desa Kusuma Baru. Ditutup semua jalan menuju desa Kusuma Baru. Dibatasi warga yang mau keluar rumah. Tim satgas covid 19 bersama anggota Kodim, Polres, Koramil dan Polsek mengamankan jalan masuk keluar desa Kusuma Baru. Bantuan datang dari Kementerian Sosial. Membagikan gratis sembako berupa beras, sarimi, minyak goreng, teh, gula pasir dan ikan asin untuk keperluan setiap hari. Semua warga Kusuma Baru dilarang keluar rumah. Harus ada izin tiem satgas covid 19 baik tingkat Provinsi, Kabupaten dan Kecamatan. Setiap hari petugas kesehatan dan sukarelawan nyemprot cairan siktivikan setiap rumah warga. Lebih- lebih rumah warga yang sudah meninggal dunia.

      Aku mendapat berita duka dari Bali lewat smsnya Ketut Dian Purnama. Kang Sarmo dan istri tercinta nelayanan tradisional dari Gunungkidul meninggal dunia. Positif terpapar virus covid 19. Upacara pemakamannya sangat protokoler oleh beberapa petugas khusus satgas covid 19 tingkat Kabupaten. Tengah malam jam dua belas malam saudaraku juga sahabat setiaku Kang Sarmo dan istrinya dimakamkan dalam satu lubang. Tanpa saudara dan para tetangga menghantarkan ke tanah makam.

      Apa lagi acara kirim doa selama tujuh hari. Nyaris sunyi sepi. Tanpa hadirnya warga yang mau melayat ke rumahnya. Siapapun keluarganya. Dimanapun keberadaannya. Ketika salah satu keluarga meninggal dunia terpapar virus covid 19. Maka hanya petugas khusus yang sudah dilatih oleh tim. Proses memandikan mekanfankan menyolatkan bahkan sampai acara pemakaman. Semua warga tidak diizinkan terlibat langsung dalam proses pemakaman.

       Aku sudah menghitung wargaku yang meninggal dunia terpapar virus covid 19. Mbok Wakem. Bapak Dikin dan istrinya. Mbah Sumo bersama putri dan suaminya. Bapak Sarkum mantan kades. Kang Sarmo dan istrinya. Bahkan aku mendapatkan berita terbaru dari warga Desa sebelah. Kawan kecilku Jitong. Meninggal dunia di daerah Tasikmalaya. Ketika sedang asyik menyusuri sungai mencari batu akik. Meninggal dunia di bibir sungai wilayah Kabupaten Tasikmalaya. Warga langsung lapor tim satgas covid 19 tingkat Kabupaten. Jitong kawan kecilku penjual batu akik dimakamkan secara protokoler tengah malam di daerah Kabuapaten Tasikmalaya.

      Dua minggu kemudian babah Shiong bersama istrinya Cik Khin terkenal juragan cengkeh dan kopi. Pemilik toko emas Naga Merah meninggal dunia tanpa ada gelaja sedikitpun. Sepuluh hari kemudian putra putrinya menyusul meninggal dunia. Positif terpapar covid 19. Kata pembantunya babah Shiong sebelum meninggal dua minggu nengok Kim Sang ayah tercintanya di Singapura.  

      Aku bersama imam mushola juga tukang adzan sehabis sholat berjamaah isha. Duduk sila berdoa pada Tuhan: Mujahadahan. Memperbanyak membaca istighfar. Asmaul Khusna. Sholawat Nabi Muhammad SAW. Tasbih. Tahmid. Takbir. Agar wabah covid 19 mengilang lenyap di desaku. Selama berlakunya pemutusan hubungan warga. Nyaris semua warga desaku berhenti total dari berbagai aktivitas.

      Kebutuhan hidup harian menggantungkan bantuan baik dari Kecamatan maupun Kabupaten juga Provinsi. Hampir enam puluh lima persen warga desaku terpapar covid 19. Semua gang jalan masuk ditutup. Dijaga Tentara, Polisi, Brimob, Polisi Pamong Praja juga beberapa organisasi kepemudaan. Bertujuan memutus mata rantai virus covid 19. Semua wargaku tidak boleh keluar rumah. Wajib pakai masker. Cuci tangan sebelum dan sesudah beraktifitas. Bahkan wajib mandi tiga kali sehari. Harus ganti pakaian sehabis mandi.

      Bapak Wagino Kades baru latar belakang hidup seorang kuli jemur cengkeh dan kopi mliknya Bah Shiong. Istrinya tukang cuci dan masak. Sudah terbiasa hidup dengan keterbatasan. Menerima apa adanya dalam kehidupannya. Berimbas pada pola berfikir bapak Wagino. Ketika mendapatkan berbagai macam bantuan dari Pemerintah maupun swasta. Semua dicatat rapi dalam buku khusus tanda terima bantuan. Baik beras, minyak goreng, gula pasir, bumbu dapur, telor bahkan sampai obat-obatan. Rapi tercatat.

     Semua warga dicacat dengan teliti. Rata pembagiannya. Tidak ada rekayasa dalam memberikan bantuan. Baik warga maupun keluarganya perangkat desa sama haknya. Tidak seperti desa lain. Ketika bantuan datang dalam bentuk apapun. Pertama paling utama untuk semua perangkat desanya. Kemudian keluarga besarnya. Warga yang mendapatkan bantuan adalah pendukung kemenangan kadesnya. Warga yang tidak mendukung. Bisanya cuma plonga-plongo. Saling memandang satu dan lainnya.  Melihat mobil L 300 terbuka membawa beras, minyak goreng, telur dibagi bagikan warga di setiap gang jalan masuk perdukuhannya.

     Pola berfikir bapak Wagino belum seratus persen diterima oleh semua perangkat desanya. Mengutamakan kepentingan warganya. Demi kesehatan juga keselamatan hidup. Menjadi tujuan paling utama selama musim covid 19. Maka tidak heran ada beberapa perangkat desa bisik- bisik kesana kesini. Merasa tidak beruntung mengikuti pola berfikirnya bapak Wagino.

     Terkadang dalam hidup keterbatasan. Bisa menimbulkan keluguan kepasrahan pada Gusti Allah. Bahkan mampu mensyukuri nikmat Nya dalam hidup serba kekurangan dan keterbatasan. Kepsrahan lahir dari hati nurani. Lugu. Apa adanya. Melahirkan sifat kejujuran yang tinggi. Termasuk dalam hal ini adalah Bapak Wagino menjadi Kades baru dengan visi dan misi. Lugu. Apa adanya. Sesuwai dengan peraturan yang ada. Tanpa reka yasa. Apa lagi mencari keuntungan dalam sesaat. Maka wajar ada beberapa perangkat desa belum bisa menerima ajakan kebaikan untuk semua warga desa Kusuma Baru. Bantuan apapun diterima tersalurkan dengan data pendukung benar baik tepat sasaran. Menimbulkan rasa sejahtera bagi semua warganya.

      Kades di manapun berada pada prinsipnya adalah memperjuangkan hak hidup warganya. Bukan sebaliknya mencari kehidupan di balik tangisan warganya. Mencari penghasilan atas nama warganya. Lebih extrimnya mengembalikan modal sewaktu nyalon menjadi Kepala Desa. Demi mewujudkan kepentingan pribadinya sendiri. Hidupnya numpang dalam program pengembangan Desa. Berwujud anggaran dana desa juga dana intensif lainnya. Pembangunan Nasional yang bertujuan mensejaterakan hidup rakyat. Perbaikan jalan, selokan air untuk memperlancarkan roda ekonomi rakyat. Pendapatan rakyat. Tidak tersentuh sama sekali. Akhirnya diberbagai daerah manapun banyak para Kades tersangkut tindak Tipikor. Satu persatu masuk dalam jeruji besi. Menanggung risiko perbuatannya sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar