Minggu, 15 Mei 2022

Trindil Beraksi di Sekolah

 

pixabay.com

Siti Nafsiyati

 

Seusai mengajar dan anak-anak peserta didik kelompok bermain sudah pulang semua, Bu Sesi berkata kepada Bu Oli, “Sudah siang saja, nih. Yuks, kita pulang.”  Mereka berdua merupakan guru di sebuah kelompok bermain (KB). Sambil membereskan buku-buku yang ada di meja dan bersiap-siap mau pulang, seperti biasa Bu Sesi langsung mau ambil kunci yang biasanya ditaruh di dekat pintu kelas dan Bu Sesi tidak menjumpai kunci di meja tersebut.

Bu Sesi berkata, “Kunci-kunci si di mana, yah, kok ngga ada, padahal biasanya di meja ini.” Kunci-kunci beserta gembok pintu gerbang biasanya masih tergandeng jadi satu.

“Jatuh kali, Bu,” kata Bu Oli.

“Iih ga ada koh,” sela Bu Sesi sambil nyari di bawah meja.

“Apa digantung di pintu trails, Bu,” kata Bu Oli.

Bu Sesi menuju pintu trails, barangkali kunci tergantung di pintu trails tersebut, kemudian dia berkata, “Ngga ada, Bu. Apa di ruang sebelah, yah”

“Coba saya cari di ruang sebelah,” kata Bu Oli. Ia bergegas ke ruang sebelah, dan berguman, “Owalah ga ada juga, dimana, yah.”

Bu Oli menemui Bu Sesi dan berkata, “Di sebelah ga ada juga, Bu Sesi.”

“Yaah, lalu di mana dong,” jawab Bu Sesi.

Bu Sesi dan Bu Oli berpikir cari jalan keluar untuk menemukan kunci-kunci tersebut. Tiba-tiba pikiran Bu Oli menuju ke Trindil. Trindil merupakan salah satu peserta didik di kelompok bermain tersebut. Trindil memang anaknya suka bercanda dan suka menggoda teman-temannya.

“Jangan-jangan kunci-kuncinya diumpetin, tuh sama si Trindil,” celetuk Bu Oli. Ia teringat cerita ibu Trindil, katanya Trindil suka iseng ngumpetin kunci di rumah.

“Masa si, apa iya,” Bu Sesi sepertinya ga percaya.

Bu Oli berkata “Gini aja, saya ke rumah Trindil sekarang, Bu Sesi nunggu di sini saja, yah.”

Bu Sesi berpikir, Bu Oli kan tidak bisa naik motor, dia jalan dong ke rumah Trindil, jadi butuh waktu untuk bolak-balik jalan kaki.

“Saya saja yang ke rumah Trindil, Bu Oli nunggu di sini” kata Bu Sesi.

Bu Sesi bergegas menuju rumah Trindil dengan naik motor. Sekitar tiga menit Bu Sesi sampai di rumah Trindil dan mendapatinya sedang bermain di teras rumahnya.

“Eeh ada Bunda Sesi ke rumah Trindi,” sapa Trindil kepada Bu Sesi.

“Ndil, kamu tadi ngumpetin kunci sekolahan?” tanya Bu Sesi kepada Trindil.

“Engga, Bun,” jawab Trindil mukanya biasa saja sepertinya betul dia tidak ngumpetin.

“Ah, yang bener, ayo jujur,” kata Bu Sesi.

“Bener, engga ngumpetin, Bun,” jawab Trindil sambil senyum-senyum. Bu Sesi sudah nebak glagatnya Trindil kalau dia bohong. Bu Sesi berniat mengajak Trindil ke sekolahan, supaya Trindil bisa menunjukkan tempat dia ngumpetin kunci.

“Ndil, kamu ikut ke sekolahan sama bunda Sesi, yuk,” kata Bu Sesi kepada Trindil.

“Ngapain, Bunda Sesi?” tanya Trindil.

“Nemenin bunda nyari kunci di sekolahan, harus mau,” jawab Bu Sesi.

“Ngga mau, ah, Bunda, saya kan lagi bermain, inih,” kata Trindil.

“Ayuk, pokoknya harus mau, mainnya dilanjutkan nanti lagi,” kata Bu Sesi.

“Iya iya mau, Bunda,” jawab Trindil. Akhirnya Trindil mau diajak ke sekolahan untuk mencari kunci.

Bu Sesi dan Trindil menuju ke sekolahan, Trindil diboncengkan naik motor bersama Bu Sesi. Tiga menit perjalanan sampai di sekolah dan Bu Oli langsung nemuin Trindil.

“Ndil, kamu tadi nyimpen kunci segandeng di mana?” tanya Bu Oli.

“Kuncinya tadi dimana, yah,” sela Trindil sambil garuk-garuk kepala, sepertinya Trindil lupa naruh kuncinya.

“Waduh, brabeh ini kalau si  Trindil lupa,” gumam Bu Oli. Memang betul anak-anak dibawah usia enam tahun terkadang lupa naruh barangnya di mana, jadi harus pelan-pelan untuk membuat dia teringat.

“Ayo diingat-ingat, Ndil,” kata Bu Oli.

“Ooh iya, di rumput, masih ada apa ngga, yah, Bun,” kata Trindil cengengesan. Seperti itulah si Trindil yang gemesin.

“Rumput mana?” tanya Bu Oli. Trindil menuju rumputan yang ditanami ubi jalar, dia sepertinya teringat naruh kunci di situ, dan Bu Oli mengikutinya dari belakang. Sampai di tanaman yang dituju, Trindil menyingkap daun-daunnya dan ternyata, betul segandengan kunci beserta gemboknya ada di situ semua.

“Bunda Oli, ini ketemu kuncinya,” kata Trindil kepada Bu Oli, lagi-lagi si Trindil yang gemesin seperti tidak merasa bersalah wajahnya biasa saja sambil senyum cengengesan.

“Alhamdulillah, akhirnya ketemu kuncinya,” sela Bu Oli.

“Trindil jangan kamu ulangi lagi, yah, ngumpetin kunci, tadi kalau kamu lupa naruhnya, coba gimana, kan sekolahan jadi ngga dikunci, nanti ada pencuri masuk ambil barang-barang yang ada di sekolahan, bahaya kan,” Bu Oli menasehati Trindil. “Kamu minta maaf sana ke Bunda Sesi,” lanjut Bu Oli.

Trindil menemui Bu Sesi di teras sekolahan.

“Bunda Sesi,” kata Trindil.

“Trindil minta maaf, tadi udah ngumpetin kunci.”

Bu Sesi menjawab, “Iya sudah, bunda Sesi maafin, jangan diulangi lagi, yah, baik di sekolah atau di rumah, kasihan kan bunda sama ibu kamu kalau nyari kunci tidak ketemu.”

Bu Oli gabung dengan Trindil dan Bu Sesi. “Ayuk kita pulang udah siang, niih, lapar lagi,” kata Bu Oli.

Akhirnya mereka bertiga keluar dari pintu gerbang sekolahan dengan perasaan lega.

 


SITI NAFSIYATI, Seorang pendidik PAUD yang beralamat di Gembong Kecamatan Bojongsari, aktiv sebagai pengurus daerah HIMPAUDI kabupaten Purbalingga.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar