Siti
Nafsiyati
Seusai mengajar dan anak-anak peserta
didik kelompok bermain sudah pulang semua, Bu Sesi berkata kepada Bu Oli, “Sudah
siang saja, nih. Yuks, kita pulang.” Mereka
berdua merupakan guru di sebuah kelompok bermain (KB). Sambil membereskan
buku-buku yang ada di meja dan bersiap-siap mau pulang, seperti biasa Bu Sesi
langsung mau ambil kunci yang biasanya ditaruh di dekat pintu
kelas dan Bu Sesi tidak menjumpai kunci di meja tersebut.
Bu Sesi berkata, “Kunci-kunci si di mana,
yah, kok ngga ada, padahal biasanya di meja ini.” Kunci-kunci beserta gembok
pintu gerbang biasanya masih tergandeng jadi satu.
“Jatuh kali, Bu,” kata Bu Oli.
“Iih ga ada koh,” sela Bu Sesi sambil
nyari di bawah meja.
“Apa digantung di pintu trails, Bu,”
kata Bu Oli.
Bu Sesi menuju pintu trails, barangkali
kunci tergantung di pintu trails tersebut, kemudian dia berkata, “Ngga ada, Bu.
Apa di ruang sebelah, yah”
“Coba saya cari di ruang sebelah,”
kata Bu Oli. Ia bergegas ke ruang sebelah, dan berguman, “Owalah ga ada juga,
dimana, yah.”
Bu Oli menemui Bu Sesi dan berkata, “Di
sebelah ga ada juga, Bu Sesi.”
“Yaah, lalu di mana dong,” jawab Bu Sesi.
Bu Sesi dan Bu Oli berpikir cari jalan keluar
untuk menemukan kunci-kunci tersebut. Tiba-tiba pikiran Bu Oli menuju ke
Trindil. Trindil merupakan salah satu peserta didik di kelompok bermain
tersebut. Trindil memang anaknya suka bercanda dan suka menggoda
teman-temannya.
“Jangan-jangan kunci-kuncinya
diumpetin, tuh sama si Trindil,” celetuk Bu Oli. Ia teringat cerita ibu Trindil,
katanya Trindil suka iseng ngumpetin kunci di rumah.
“Masa si, apa iya,” Bu Sesi
sepertinya ga percaya.
Bu Oli berkata “Gini aja, saya ke
rumah Trindil sekarang, Bu Sesi nunggu di sini saja, yah.”
Bu Sesi berpikir, Bu Oli kan tidak
bisa naik motor, dia jalan dong ke rumah Trindil, jadi butuh waktu untuk bolak-balik
jalan kaki.
“Saya saja yang ke rumah Trindil, Bu
Oli nunggu di sini” kata Bu Sesi.
Bu Sesi bergegas menuju rumah Trindil
dengan naik motor. Sekitar tiga menit Bu Sesi sampai di rumah Trindil dan
mendapatinya sedang bermain di teras rumahnya.
“Eeh ada Bunda Sesi ke rumah Trindi,”
sapa Trindil kepada Bu Sesi.
“Ndil, kamu tadi ngumpetin kunci
sekolahan?” tanya Bu Sesi kepada Trindil.
“Engga, Bun,” jawab Trindil mukanya
biasa saja sepertinya betul dia tidak ngumpetin.
“Ah, yang bener, ayo jujur,” kata Bu
Sesi.
“Bener, engga ngumpetin, Bun,” jawab
Trindil sambil senyum-senyum. Bu Sesi sudah nebak glagatnya Trindil kalau dia
bohong. Bu Sesi berniat mengajak Trindil ke sekolahan, supaya Trindil bisa
menunjukkan tempat dia ngumpetin kunci.
“Ndil, kamu ikut ke sekolahan sama
bunda Sesi, yuk,” kata Bu Sesi kepada Trindil.
“Ngapain, Bunda Sesi?” tanya Trindil.
“Nemenin bunda nyari kunci di
sekolahan, harus mau,” jawab Bu Sesi.
“Ngga mau, ah, Bunda, saya kan lagi
bermain, inih,” kata Trindil.
“Ayuk, pokoknya harus mau, mainnya
dilanjutkan nanti lagi,” kata Bu Sesi.
“Iya iya mau, Bunda,” jawab Trindil.
Akhirnya Trindil mau diajak ke sekolahan untuk mencari kunci.
Bu Sesi dan Trindil menuju ke
sekolahan, Trindil diboncengkan naik motor bersama Bu Sesi. Tiga menit
perjalanan sampai di sekolah dan Bu Oli langsung nemuin Trindil.
“Ndil, kamu tadi nyimpen kunci
segandeng di mana?” tanya Bu Oli.
“Kuncinya tadi dimana, yah,” sela
Trindil sambil garuk-garuk kepala, sepertinya Trindil lupa naruh kuncinya.
“Waduh, brabeh ini kalau si Trindil lupa,” gumam Bu Oli. Memang betul
anak-anak dibawah usia enam tahun terkadang lupa naruh barangnya di mana, jadi
harus pelan-pelan untuk membuat dia teringat.
“Ayo diingat-ingat, Ndil,” kata Bu
Oli.
“Ooh iya, di rumput, masih ada apa
ngga, yah, Bun,” kata Trindil cengengesan. Seperti itulah si Trindil yang
gemesin.
“Rumput mana?” tanya Bu Oli. Trindil
menuju rumputan yang ditanami ubi jalar, dia sepertinya teringat naruh kunci di
situ, dan Bu Oli mengikutinya dari belakang. Sampai di tanaman yang dituju, Trindil
menyingkap daun-daunnya dan ternyata, betul segandengan kunci beserta gemboknya
ada di situ semua.
“Bunda Oli, ini ketemu kuncinya,”
kata Trindil kepada Bu Oli, lagi-lagi si Trindil yang gemesin seperti tidak
merasa bersalah wajahnya biasa saja sambil senyum cengengesan.
“Alhamdulillah, akhirnya ketemu
kuncinya,” sela Bu Oli.
“Trindil jangan kamu ulangi lagi,
yah, ngumpetin kunci, tadi kalau kamu lupa naruhnya, coba gimana, kan sekolahan
jadi ngga dikunci, nanti ada pencuri masuk ambil barang-barang yang ada di
sekolahan, bahaya kan,” Bu Oli menasehati Trindil. “Kamu minta maaf sana ke
Bunda Sesi,” lanjut Bu Oli.
Trindil menemui Bu Sesi di teras
sekolahan.
“Bunda Sesi,” kata Trindil.
“Trindil minta maaf, tadi udah
ngumpetin kunci.”
Bu Sesi menjawab, “Iya sudah, bunda
Sesi maafin, jangan diulangi lagi, yah, baik di sekolah atau di rumah, kasihan
kan bunda sama ibu kamu kalau nyari kunci tidak ketemu.”
Bu Oli gabung dengan Trindil dan Bu
Sesi. “Ayuk kita pulang udah siang, niih, lapar lagi,” kata Bu Oli.
Akhirnya mereka bertiga keluar dari
pintu gerbang sekolahan dengan perasaan lega.
SITI NAFSIYATI, Seorang pendidik PAUD yang beralamat
di Gembong Kecamatan Bojongsari, aktiv sebagai pengurus daerah HIMPAUDI
kabupaten Purbalingga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar