Rabu, 06 April 2022

Lukisan Gadis Dusun

 

pixabay.com

Pelukis dan Parfum ke-16

Agus Yuwantoro 

 

       Jam setengah enam sore puluhan burung kuntul beterbangan memutar di atas pohon asam Jawa. Bulu dan kakinya berwarna putih seperti kapas. Menyerupai warna mega di atas langit luas. Satu persatu hinggap di rimbunnya daun pohon asam Jawa juga daun bambu petung. Senja mulai merekah memerah. Cahaya menguning di atas plataran dinding langit rumah kontrakanku. Bapak Suherman sudah bangun. Aku siapkan minuman kopi hitam panas kesukannya. Dengan rempeyek kacang aku taruh dalam toples. Aku melihat wajah bapak Suherman sudah fres. Garis wajah rasa lelah sudah menghilang.

      Sehabis magrib bapak Suherman mendekatiku. Dekat sekali sambil berbisik di telingaku.

     “Mas bapak mau curhat.

    “Iya ya Bapak.

   “Tolong jangan bilang siapapun.

  “Ya Bapak.

      Aku menunggu curhat dari bapak Suherman. Aku lirik bapak Suherman mulai tampak gelisah. Guratan garis di atas jidatnya mulai merapat. Jakunnya berjalan naik turun. Bahkan kedua bola matanya mulai memerah basah. Sambil mengambil napas panjang. Mulai membuka curahan hatinya.

  “Gini Mas, bapak dulu pernah nikah resmi dengan gadis desa. Sewaktu bapak dipercaya membuat gambar dan rencana anggaran belanja juga sebagai pengawas proyek bendungan raksaksa. Gadis itu membuat bapak sadar dari segala pola gaya hidup serba salah. Penuh maksiat. Pemabok. Penjudi. Suka main perempuan di setiap daerah wisata. Gadis desa itu bernama Wagiyem. Penjual nasi pecel di pinggiran sungai. Wajahnya manis. Rambutnya hitam memanjang. Tinggi badan sekitar seratus enam puluh enam. Kesukaannya selalu memakai kain motif kembang mawar. Hidungnya mancung kedua bola matanya sipit tapi bening bercahaya. Kata orang kampung ibunya dulu kawin dengan seorang tentara Jepang yang membelot. Membantu para pejuang kemerdekaan bangsa Indonesia. Melatih pemuda-pemuda kampung. Baris-berbaris. Bela diri. Menggunakan senjata laras panjang. Sangkur dan samurai.

      Gadis manis penjual nasi pecel itu menjadi heboh di kalangan mandor proyek. Setiap hari para mandor proyek nongkrong di warungnya. Dari pagi sebelum kerja. Jam istirahat. Bahkan sore menjelang habis jam kerja. Selalu didatangi para mandor proyek. Bahkan puluhan supir truk Dam pun ikut- ikutan nongkrong.

     Bapak jadi penasaran seperti apa si wajah penampilan gadis penjual nasi pecel itu. Ketika sedang sibuk- sibuknya semua mandor dan kuli proyek bekerja. Bapak mencari penjual nasi pecel itu. Hampir satu jam bapak puter-puter di sekitar lokasi proyek belum menemukan. Akhirnya bapak turun dari mobil. Tanya pada seorang kuli bangunan yang sedang memecahkan batu.

     “Gadis penjual nasi pecel lokasi warungnya persis di samping gudang barang proyek,jawab kuli proyek.

     Bapak langsung meluncur ke warung nasi pecel. Ternyata betul yang dikatakan para mandor proyek. Bukan hanya manis tapi badannya sintal. Buah dadanya tegak ke depan. Rambutnya hitam memanjang. Kedua bola matanya agak sipit. Kedua bola matanya putih seakan bercahaya. Giginya rata putih bersih. Bibirnya memerah tipis basah. Bapak cuma melihat dari balik kaca mobil. Bapak mau melacak gadis itu.

    Setiap senja datang bapak selalu teringat gadis penjual nasi pecel itu. Wajahnya. Kedua bola matanya. Rambutnya. Bahkan bentuk badannya yang sintal. Juga buah dadanya tegak ke depan. Akhirnya bapak mencoba mendekatinya. Di saat senja merekah di atas langit kawasan proyek. Bapak merayu dengan segala jurus yang ada. Bapak khilaf menyamakan dengan wanita-wanita yang pernah bapak bayar.

     Ketika sudah kewalahan merayu. Bahkan tidak respon dengan segala rayuan bapak. Pada waktu itu di sekitar warung sepi. Hanya bapak dan gadis penjual nasi pecel. Bapak duduk dekat berdampingan dengan gadis itu. Bapak tidak tahan. Ketika bapak mau berbuat tidak senonoh, gadis itu langsung mengeluarkan pisau. Dengan gerakan super cepat. Kilat. Tangan bapak disobek dengan mata pisau. Darah pun langsung keluar deras membasahi baju lengan panjang. Gadis itu semakin garang. Bahkan mau menusuk perut bapak. Sambil berucap.

      “Maaf bapak aku bukan perempuan murahan, sekali lagi bapak mendekat aku tusuk perutnya.

      “Maaf, maaf Mbak,jawab bapak.

     “Jangan main-main dengan perempuan kampung ya.

     “Ya ya.

     “Ni Wagiyem gadis kampung, sekali lagi bapak mendekatiku aku bunuh!“

     “Maaf maaf Mbak.

       Setelah kejadian itu bapak tidak berani mendekati gadis penjual nasi pecel. Untung kejadian itu tidak diketahui para mandor dan para kuli-kuli proyek juga para sopir truk Dam pembawa pasir dan batu. Tapi setelah kejadian itu bapak semakin penasaran ingin mendekati lagi gadis itu, Mas “

    “Lalu terusnya gimana Bapak?

      Bapak Suherman masih diam. Bahkan kepalanya menunduk ke bawah. Kemudian mengeluarkan sapu tangan. Wajahnya diusap berkali-kali. Kemudian berdiri lalu duduk. Berdiri lagi lalu duduk. Jakunnya naik turun. Kemudian minum kopi hitam. Kedua bola matanya kelihatan memerah penuh dengan genangan air mata. Sambil mengambil napas panjang kemudian melepaskan kembali. Berdiri kemudian duduk kembali. Kemudian meneruskan cerita lagi.

      “Hampir dua minggu bapak tidak bisa tidur. Setiap malam selalu teringat wajahnya penjual nasi pecel. Untuk menghilangkan perasaan itu. Bapak setiap malam minum Menshen, Bredy, Vodka, wiski dan Bir bintang tujuh. Bersama temen-temen proyek bagian personalia, kepala gudang barang, Satpam. Pada suatu hari bapak mabok berat. Berjalan sempoyongan kian kemari. Berjalan lalu jatuh. Berdiri lagi. Berjalan lagi. Untung tidak ada yang melihat ketika bapak sedang mabok berat. Bapak sengaja minum over dosis. Hampir lima botol Mensen bapak tenggak sendiri di pojok gudang barang proyek. Ketika itu persis jam sepuluh siang. Bapak berjalan sempoyongan. Mencoba mendekati penjual nasi pecel. Bapak jatuh lagi. Nyaris tidak bisa berdiri. Bahkan perutnya mulai mual. Pandangannya kabur. Terasa gelap penuh kunang-kunang. Ketika bapak mau mencoba berdiri. Jatuh lagi.

       Tiba-tiba ada truk Dam membawa besi dan semen keluar dari gudang barang. Truk Dam atret mundur ke belakang. Sopirnya tidak tahu. Kalau bapak persis di belakang bak truk Dam. Jaraknya sekitar tiga meter. Ketika truk Dam mundur pelan-pelan. Bapak tidak bisa berteriak. Sebab mabok berat. Cuma tangan bapak angkat tinggi-tinggi sebagai isyarat jangan ditabrak. Hampir dua meter ketika truk Dam mendekati tubuh bapak. Persis belakang bawah ban truk Dam. hampir saja mau menggilas kepala bapak. Tidak terasa kedua kaki bapak ada yang menyeret ke arah samping truk Dam. Dengan gerakan cepat. Bapak terhindar dari kecelakaan maut. Andai kata kedua kaki bapak tidak ada yang menyeret ke samping. Jelas kepala bapak pecah tergilas ban belakang truk Dam yang sedang atret ke belakang. Tewas seketika.

       Bapak disembunyikan di bawah meja ditutupi terpal. Hampir lima belas menit bapak dibiarkan terkapar di bawah meja. Sebentar kemudian di balik terpal bapak melihat ada tangan halus masuk sambil memberikan degan hijau atau kelapa muda ujungnya sudah dikupas sambil berucap.

    “Cepat diminum, ayoo diminum,sapanya.

      Suara itu persis perempuan penjual nasi pecel samping gudang barang. Bapak tidak lupa dengan suara itu. Ketika bapak minum air kelapa muda. Langsung semua isi perut keluar semua. Berkali-kali bapak muntah. Bapak sadar. Dari mabok berat. Bapak masih posisi di bawah meja bersama terpal. Ketika kedua bola mata bapak sudah tidak kabur.

      Babak merangkak keluar dari bawah meja. Setelah keluar bapak melihat gadis penjual nasi pecel masih berdiri di samping meja sambil menggeleng- gelengkan kepala. Bapak merasa takut kalu mau menusuk dengan pisaunya yang super tajam. Gadis itu memandang bapak dengan tajam. Sambil menggeleng-gelengkan kepala lagi. Ketika bapak mau berjalan tidak bisa. Sempoyongan. Hampir saja bapak jatuh. Untung kedua tangan gadis itu menangkap bapak. Bapak digandeng. Disembunyikan di balik tumpukan semen tiga roda dan kontruksi besi cakar ayam. Sehingga nyaris ketika bapak mabok berat tidak ada yang melihat. Setelah itu gadis penjual nasi pecel mendampingi bapak. Sampai sadar dari mabok.

      Dua minggu kemudian setiap jam makan bapak selalu pesan nasi pecel. Dua bulan kemudian. Bapak mencoba mendekati gadis penjual pecel. Ingin mengucapkan rasa terima kasih. Juga permohonan maaf atas kejadian waktu dulu.  Sebab bapak merasa bersalah. Juga hutang budi.

     Warung nasi pecel itu berukuran tiga kali kali dua. Dengan sandaran empat saka dari kayu nangka. Atapnya seng bekas sudah menghitam memerah. Ada lima bangku memanjang terbuat dari bambu wulung. Empat bangku bambu menghadap bibir meja. Di samping menyediakan nasi pecel. Ada gorengan tahu, pisang, tempe dan bakwan. Di setiap saka ada gantungan kerupuk terbungkus plastik diikat dengan tali rafia. Bapak mencoba mendekati lagi.

       Tapi kali ini harus super sopan ples hati-hati. Salah ucapan juga tindakan pisau itu siap merobek-robek tubuh bapak. Menurut orang-orang proyek. Gadis penjual nasi pecel setiap hari selalu membawa pisau di balik bajunya. Bapak mendekati kemudian menyapa pelan-pelan.

     “Selamat siang Mbak?” Sapa bapak.

      Gadis penjual nasi pecel masih diam. Sambil membersihkan piring dan sendok. Kemudian bapak menyapa lagi.

    “Selamat siang Mbak?”

   “Oo, siang Pak,jawabnya singkat tanpa melihat bapak.

  “Mbak mohon maaf ya atas kejadian waktu itu.

  “O ya ya sama-sama.

  “Boleh pesen kopi hitam yang panas?

  “Kopi yang natural ya.

  “Loo kok sudah tahu ya Mbak?

  “La iya lah kan sering pesen kopi natural lewat Satpan gudang proyek.

   “Sekali lagi mohon maaf atas kejadian waktu itu.

  “Sudah lah pak kan sudah berlalu.

  “Bapak merasa berhutang budi, hampir saja kepala bapak tergilas ban truk Dam sewaktu mabok berat.

   “Itu sudah kewajiban, saling tolong menolong di antara kita.

  “Terima kasih ya Mbak.

 “Sama-sama, makanya tidak usah mabok tidak baik.

 “Iya ya Mbak.

 “Apa si untungnya mabok, merugikan diri sendiri, sudah kerja susah payah di proyek malah hasilnya untuk mabok, bahkan judi juga suka main perempuan malam, itu tidak baik, penyakit jiwa, kalau sudah ketagihan ketergantungan kan rugi, bukan dirinya sendiri tapi semua keluarganya ikut menanggung resiko dari perbuatan itu, apa orang-orang proyek bagian kantor pola hidupnya seperti itu ya, kasihan keluarga di rumah.

     Bapak cuma diam tidak berani menjawab. Memang betul yang dikatakan penjual nasi pecel. Sebagian besar bagian kantor juga mandor proyek pemabok. Hanya beberapa orang yang hidupnya lurus sebab bekal agama dari masa kecil sangat kuat. Ternyata pengaruh pendidikan agama pada masa kecil sangat berpengaruh sekali ketika tumbuh dewasa.

     Ternyata semua pola pikir juga perilaku pimpinan proyek. Berimbas di lingkungan proyek. Awalnya cuma melihat, mendengar yang dia rasakan dalam kawasan proyek. Ketika mendengar dan melihat beberapa pimpinan proyek, perencana, personalia, para mandor suka mabok,  judi juga main perempuan malam. Akhirnya sebagian besar tenaga kasar orang-orang proyek meniru. Bahkan beberapa Satpamnya meniru atasnya. Pembangunan proyek di manapun. Identik dengan bursa judi mabok dan jual beli perempuan malam.

      Semenjak bapak kenal dengan penjual nasi pecel. Bapak mulai mencoba berhenti dari judi, mabok juga main perempuan malam. Setiap makan nasi pecel di warungnya. Telinga babak terasa panas. Penjual nasi pecel selalu mengingatkan bapak. Betapa bodohnya perilaku seperti itu. Merusak diri sendiri. Bahkan bisa melupakan semua keluarga di rumah. Perilaku itu adalah penyakit hati. Bejat. Goblok. Warisan kaum Jahiliyah dan bangsa Bar-Bar. Suka mabok judi main perempuan.

      Ternyata setelah bapak berhenti dari kebiasaan itu. Ditiru bagian personalia. Kemudian para mandor-mandor. Begitu juga para kuli-kuli proyek, Satpam, sopir truk Dam  berhenti dari judi, mabok juga main perempuan malam. Betapa hebat pencerahan dari penjual nasi pecel itu. Mampu mengubah kebiasaan bapak juga semua orang proyek.

     Bahkan yang luar biasa bisa menghitung kekuatan campuran semen satu sak dengan pasir. Untuk kontruksi bahan ngecor setiap saka. Pernah bapak dikritik sangat pedas dan tajam.

    “Pak kalau bangunan proyek raksaksa ini, semen, besi, tidak standar apa lagi sebagian  perlengkapan proyek dijual di pasar gelap. Setiap malam diangkut truk berisi semen besi bahkan mesin molen dijual. Yang rugi bukan Negara. Tapi rakyat kecil akan menanggung resikonya, nyawa tebusannya. Bendungan raksaksa ini bisa jebol. Sebab sistem penggarapannya pakai teori maling teriak maling, jangankah mutu kualitasnya, hanya keuntungan sesaat dinikmati maling-maling proyek. Bisa saja satu tahun setelah diresmikan bendungan raksasa jebol. Menenggelamkan beberapa desa di sekitar bawah bendungan. Itu sama saja dengan pembunuhan massal, Pak?”

     Bapak cuma diam. Hampir seratus persen proyek raksasa ini bapak yang merancang, menggambar, menganalisa rencana anggaran belanja. Bahkan sebagai pengawas proyek raksasa ini. Semenjak itu bapak mulai serius mengawasi semua kegiatan pembangunan proyek tersebut. Ketika bapak mulai akrab dengan penjual nasi pecel. Bapak mendengar sendiri ocehan beberapa kuli proyek sambil makan nasi pecel.

    “Tuu mandor-mandor proyek sekarang pada berhenti mabuk, berjudi dan main perempuan malam, bahkan akhir-akhir ini mutu bangunan semakin baik. Sudah tidak ada maling proyek, bagian gudang barang dijaga ketat, para Satpam juga mulai berhenti mabok judi juga main perempuan malam, apakah pimpinan proyek sudah ganti ya pak?sapa penjual nasi pecel itu.

       Bapak cuma diam sebab penjual nasi pecel tidak tahu kalau bapak termasuk salah satunya pimpinan proyek raksasa tersebut. Bapak semakin gila ingin rasanya selalu dekat dengan penjual nasi pecel itu. Bukan bentuk tubuhnya yang sintal. Buah dadanya padat tegak maju ke depan. Pantatnya gempal. Juga wajahnya yang manis. Tapi kecerdasan otaknya yang bikin bapak klepek-klepek di depannya”.

      “Begitu Mas.

     “Terusnya gimana Bapak?

     “Sebentar bapak buang air kecil dulu Mas.

     “Ya ya Bapak,” jawabku semakin penasaran dengan cerita bapak Suherman.

        

 


 AGUS YUWANTORO, Lahir di Prambanan 5 Agustus 1965, Pendidikan  Terakhir S2 di Unsiq Prop Jateng. Prodi Magister Pendidikan Agama Islam 2009, anggakatan ke 2. Tahun 2010 mendapatkan penghargaan Bapak Gubernur Jawa Tengah, juara pertama menulis sajak dan puisi dalam rangka peringatan 100 Tahun Meninggalnya Presiden RI Pertama Bung Karno juga mendapatkan Piagam kehormatan dari Panitia Pusat Jakarta an. Prof.DR.H. Soedijarto, MA, Aktif nulis fiksi sudah 25 Buku Antologi baik puisi dan cerpen sudah terbit. 3 buku solonya,Antalogi Puisi dengan judul “Tembang Sepi Orang Orang Pinggiran”. Antalogi Cerpen “ Kembang Kertas  Nulis Novel berjudul Gadis Bermata Biru setebal: 250 halaman. Alamat Penulis  Gedangan RT.08 / RW.05. Ds. Pecekelan.Kec.Sapuran.Wonosobo,Jateng.WA : 081325427232. 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar