Sabtu, 30 April 2022

Cerita Mbah Sumo

 

pixabay.com

Pelukis dan Parfum ke-22

Agus Yuwantoro


      Dari semua cerita mbah Sumo yang aku dengarkan, memang benar biung beserta warganya ingin menyusul saudaranya di daerah Transmigrasi Luar Jawa. Namun, sewaktu mau naik kapal penyeberang tidak jadi naik. Penumpang sudah penuh. Disuruh menunggu kapal penyeberang lainnya. Dua hari lagi kapal penyeberang akan bersandar. Jadi, tidak ikut naik kapal penyeberang.

    Saat menunggu kapal penyebrang datang. Ada salah satu sopir truk dari jawa menawarkan bekerja secara serabutan di daerahnya. Akhirnya sepakat. Biung, mbah Sumo beserta warganya ikut sopir truk. Selama perjalannya gratis. Makan minum ditanggung sopir truk. Perjalanannya butuh waktu satu hari satu malam sampai di daerah baru dengan naik truknya. Truknya kosong sehabis ngantar sayuran di Luar Jawa. Bernama Sarkowi adiknya bapak Sarkum. Sekarang ini jago kades ketiga kalinya.

   Pantas biung dengan warga lainnya ngotot pendukung fanatik bapak Sarkum. Tiga bulan kemudian Sarkowi yang masih bujangan. Masuk usia dua puluh tujuh tahun meninggal dunia. Kena angin duduk. Tapi menurut kabar slentingan para kenek truk. Sarkowi meninggal dunia awalnya kena penyakit kelamin raja singa. Tidak bisa sembuh. Akhirnya merambah ke jaringan organ tubuh lainnya. Kekebalan tubuh menurun bahkan dari hari ke hari semakin kritis dan kurus. Akhirnya meninggal dunia. Kata mantri suntik keliling sebab terjangkit virus aids. Faktor penyebabab suka gonta ganti pasangan seks. Ditambah suka jajan di lokalisasi pelacuran.

   Otakku berputar-putar sendiri. Mikir sendiri. Menggabungkan cerita dari guru sd-ku bapak Dikin dengan mbah Sumo hampir sama. Tapi aku serba bingung mau membuka dari arah mana. Aku tidak mau melibatkan biungku. Akan tersinggung dan sakit hatinya. Sebab selama ini hidupnya ditanggung sendiri sampai aku sebesar ini bahkan sudah masuh usia dua puluh sembilan tahun. Sebuah perjuangan luar biasa membesarkanku. Tanpa pendamping hidupnya.

       Sehabis sowan mbah Sumo aku pulang ke rumah. Aku sudah menyimpan data asal-usul biung dan warga yang tinggal di desa Kusuma Baru. Tapi aku tidak berani berspekulasi untuk membuka semua itu. Sebab belum cukup bukti kuat. Butuh waktu dan proses juga tidak kalah penting doa-doaku terbaik.

    Ketika aku melewati depan pos ronda beberapa orang berbisik-bisik. Sehingga aku mendengar suara bisikan dari telinga satu ke telinga lainnya. Sudah dua hari ini kedatangn orang asing di desaku. Menurut kabar slentingan namanya Jebeng dari luar desa. Terkenal bandar judi hebat. Ulung. Cerdas. Bahkan tidak pernah dikalahkan selama ini. Jebeng terkenal spesialis bandar judi Pilkades. Mendekati kurang satu hari Pikades.

     Jebeng menginap di rumah tukang membuat arang di kampung Munggangsari. Hanya sepuluh persen warga mendukung bapak Wagino. Sembilan puluh persen pendukung bapak Sarkum. Jebeng sudah menghitung data nama kampung. Juga data para pemilih Pilkades. Tanpa sepengatahuan panitia Pilkades tingkat Desa maupun Kecamatan. Mulus. Lancar. Membuat tiem khusus yang handal. Setiap dukuhan dipasang dua orang. Mengadakan agenda serangan fajar. Bagi-bagi uang untuk pendukung jago Pilkades bapak Wagini gambar Ketela. Jebeng pesan pada tiem serangan fajar. Uang ini bukan beli suara tapi untuk ganti upah buruh sebab satu hari tidak bekerja.

    Pagi harinya semua warga berdatangan menuju lapangan desa Kusuma Baru. Nyoblos di bilik suara. Depan samping bilik suara dijaga Limas, anggota Polsek dan Koramil setempat. Bapak Sarkum memakai baju adat jawa komplit. Bapak Wagini cuma memakai baju batik dengan celana hitam. Tidak memakai sepatu tapi sendal cepit merk Mely nomor delapan berwarna kuning. Kupluknya yang dipakai sudah memudar kemerahan warnanya. Bapak Sarkum gambar padi. Sedangkan bapak Wagino gambarnya ketela. Gambar padi menggambarkan kaum mapan. Kenyang sebab setiap hari mampu membeli beras. Gambar ketela mewakili kaum pinggiran. Makan ketala rebus sebagai ganti beras ketika tidak mampu beli beras.

    Aku mendengar ada beberapa warga mau ikutan taruhan Pilkades. Dengan taruhan uang satu juta lima ratus ribu rupiah melawan lima ratus ribu rupiah kalau bapak Sarkum terpilih menjadi kepala. Wargapun ramai-rami ikut judi Pilkades. Merasa yakin sekali yang menang pasti bapak Sarkum. Pasti menang. Apa lagi uang lima ratus ribu bisa menjadi satu juta lima ratus ribu rupiah. Dalam waktu minimal dua jam. Hampir tujuh puluh lima persen warga desaku adu nasib. Ikut judi Pilkades belum lagi ditambah warga desa lainnya. Semua mendukung kemenangan bapak Sarkum. Bayar kes lima ratus ribu pada agen judi Pilkades. Nyaris tidak ada yang masang pendukung bapak Wagino. Kecuali Jebeng.

       Jam empat sore minggu kedua pada bulan Mei.

      Panitia Pilkades membuka kotak suara disaksikan dua saksi gambar padi dan ketela. Juga beberapa anggota limas, koramil, polsek. Warga mulai berdatangan mendekati bilik suara acara menyaksikan langsung mengitung hasil suara Pilkades.

     Kotak pertama di buka nyaris seratus persen nyoblos gambar padi. Kotak kedua sama nyoblos gambar padi. Ketika membuka kotak suara ketiga, keempat dan kelima semua nyoblos gambar ketela. Setelah dihitung gambar yang dijoblos terbanyak adalah gambat ketela. Bapak Wagino menang. Terpilih menjadi kades Kusuma Baru. Sebetulnya dari awal bapak Wagino  hanya pasangan bayangan dari pada melawan kotak kosong.

   Semua warga yang ikut berjudi memilih gambar padi. Pada plonga-plongo. Saling memandang satu dan lainnya. Jakunnya naik turun. Geleng-geleng kepala sambil menelan ludah sendiri. Dalam waktu dua jam uang lima ratus ribu lenyap. Bayangannya uang lima ratus ribu rupiah. Tambah menjadi satu juta lima ratus ribu rupiah. Amblas hilang. Kalah total. Kalah ikut berjudi Pilkades dengan blandar judi Jebeng. Malahan ada warga melihat sebelum membuka hasil kotak suara. Jebeng sudah pergi jauh. Sambil membawa puluhan juta ke desa lainnya. Kembali lagi mengadakan taruan judi Pilkades lagi di daerah lain. Sebab tahun ini sedang musim agenda Pilkades.

   Senen pagi minggu keempat pada bulan Mei

  Rumah bapak Wagino ramai warga berdatangan kian kemari. Keluar masuk rumahnya bapak Wagino. Saling berebutan ingin mengucapkan kemenangannya dalam pilkades. Termasuk aku. Tapi niatku hanya ingin ketemu dengan putrinya Supraptiwi. Aku menyelinap di sela-sela warga yang masuk keluar. Kesamping rumah. Ke belakang sampai nembus kamar tamu tengah. Dapur. Halaman belakang rumah. Supraptiwi tidak aku temukan. Katanya mbok Wakem Supraptiwi sehabis nyoblos jam delapan pagi sudah pergi terbang ke Singapura. Aku mlongo duduk di belakang rumah Supraptiwi. Tidak bisa ketemu dengan Supraptiwi.

       Aku pulang ke rumah. Rasa rinduku juga kangenku masih menggumpal dalam dada. Supraptiwi sudah terbang jauh lagi ke Singapura. Padahal selama dua minggu dia selalu menunggu setia kedatanganku. Pagi siang sore bahkan saat cahaya senja menghilang. Selalu setia menunggu kedatanganku di teras depan rumah. Aku terlalu fokus mencari informasi tentang hidupku. Biungku. Sampai berkunjung ke rumah mbah Sumo dan bapak Ludiman juga bapak Dikin guru sd-ku.

       Bulan Mei keberuntungan bagiku Ketut Dian Purnama lewat via sms diterima menjadi guru seni melukis di daerahnya. Tidak pulang ke rumah kontrakanku di Bali. Di kampungnya membuka sanggar seni melukis. Kedua bapak Wagino terpilih menjadi Kades Kusuma Baru. Di luar nalar dan akal sehat. Dengan uang bisa menggerakkan sebuah sistem apa saja namanya. Benar bisa salah. Salah bisa benar. Bahkan bisa menembus jabatan dan kekuasaan.   




AGUS YUWANTORO, Lahir di Prambanan 5 Agustus 1965, Pendidikan  Terakhir S2 di Unsiq Prop Jateng. Prodi Magister Pendidikan Agama Islam 2009, anggakatan ke 2. Tahun 2010 mendapatkan penghargaan Bapak Gubernur Jawa Tengah, juara pertama menulis sajak dan puisi dalam rangka peringatan 100 Tahun Meninggalnya Presiden RI Pertama Bung Karno juga mendapatkan Piagam kehormatan dari Panitia Pusat Jakarta an. Prof.DR.H. Soedijarto, MA, Aktif nulis fiksi sudah 25 Buku Antologi baik puisi dan cerpen sudah terbit. 3 buku solonya,Antalogi Puisi dengan judul “Tembang Sepi Orang Orang Pinggiran”. Antalogi Cerpen “ Kembang Kertas  Nulis Novel berjudul Gadis Bermata Biru setebal: 250 halaman. Alamat Penulis  Gedangan RT.08 / RW.05. Ds. Pecekelan.Kec.Sapuran.Wonosobo,Jateng.WA : 081325427232. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar