Sabtu, 16 April 2022

Bapak Suherman Tidur Bersama Lukisan Istri Tercinta

 

pixabay.com

Pelukis dan Parfum ke-19

Agus Yuwantoro

 

      Aku ngintip di balik korden kamar tamu berwarna kuning leres garis cokelat susu. Bapak Suherman tidur pulas di samping lukisan istri tercintanya. Tangan sebelah kanan menyentuh wajah lukisan itu. Tampak pulas sekali tidurnya. Seolah-olah sedang memeluk rapat istri tercinta dalam tidurnya. Aku geleng-geleng kepala sendiri sambil menutup pelan pintu kamar tamu. Kemudian aku bersihkan tempat melukis. Dari sisa kain kanvas, minyak cat, air mineral juga beberapa kwas. Aku masukkan dalam tempat khusus.

     Sudah tiga minggu aku beres-beres di rumah kontrakanku. Putut Dian Purnama pulang kampung mengikuti seleksi tes guru kontrakan. Formasi pengadaan guru seni melukis untuk SMP di wilayah Kabupatennya. Untung sudah selesai kuliah walaupun hanya lulusan Diploma dua tahun Falkutas Seni Melukis di salah satu perguruan tinggi di Bali. Semua biaya kuliah aku yang nanggung sampai wisuda. Kedua orang tuanya tewas mengenaskan. Menjadi salah satu korban tragedi berdarah bom Bali.

    Dahulu kedua orang tuanya setiap hari menjadi penjual kembang mawar merah putih, dupa dan beberapa lilin Cina berwarna merah bergambar ukiran ular naga. Dibungkus dengan keranjang terbuat dari kulit bambu di pinggiran jalan Legian no 339.  Setiap hari selalu rajin setia menjual untuk perlengkapan sembahyang juga sesaji beragama Hindu. Tewas bersama ledakan bom Bali. Sampai hari ini jasadnya tidak ditemukan. Mungkin sudah hancur lebur bersama ledakan api merah membara bom Bali. 

    Setelah kejadian itu menggelandang menjadi penjual koran jalanan dan tukang semir sepatu. Di setiap lorong jalan perko, pasar dan terminal. Ketika sedang istirahat di depan galeri lukisanku. Aku tidak sengaja melihat  Ketut Dian Purnama sedang melukis cahaya rembulan malam merekah memerah di atas dermaga sampan nelayan tradisional. Lukisan gaya natural hitam putih di buku gambarnya. Aku tertarik dia punya bakat terpendam. Semenjak itu aku angkat menjadi anak asuhku. Juga membantu membersihkan galeri dan rumah kontrakanku. Setiap pagi aku suruh berangkat sekolah di salah satu SMA Swasta. Pulangnya membantu menjaga stan beberapa lukisan di galeriku.

      Tragedi berdarah bom Bali tidak hanya membunuh para tamu turis asing. Tapi juga beberapa orang pinggiran tidak berdosa. Dari tukang parkir, penjual nasi bungkus keliling termasuk penjual kembang mawar, lilin dan dupa untuk perlengkapan sembahyang beragama Hindu. Kedua orang tua tercinta Ketut Dian Purnama tewas bersama ledakan bom Bali. Pada prinsipnya tidak tahu apa-apa. Berjualan untuk memerangi kemiskinan dan kelaparan di tengah kota pariwisata. Tangan di atas lebih terhormat dari pada tangan di bawah. Walaupun menjadi pedagang kembang mawar dan peralatan sembahyang beragama Hindu. Berakibat Ketut Dian Purnama menjadi gelandangan di kota pariwisata di daerah Bali. Menjadi tukang semir dan menjual koran jalanan. Selama dua tahun hidupnya mengembara berteman akrab senja, cahaya rembulan. Berselimut bintang gumintang dan dinginnya angin malam di setiap pojok perko tepian jalan. Sekarang uji nyali ikut seleksi guru kontrakan di Kabupatennya.

     Sudah menjadi agenda rutinku setiap hari harus bangun pagi jam empat. Bersama merekahnya cahaya matahari merah di atas langit jingga. Basuh muka. Gosok gigi. Berwudu. Kemudian Ikut salat berjamaah subuh di musala persis pangkalan bus Pariwisata jurusan Bali Jawa. Ketika aku pulang dari musala aku mendengar bunyi gayung bersama air bak mandi begitu keras. Semakin dekat bunyi air di bak mandi semakin jelas.

      Aku masuk lewat pintu belakang. Menyalakan kompor gas. Masak air panas untuk membuat kopi hitam kesukaan bapak Suherman. Sudah lima hari nginap rumah kontrakanku. Entah kenapa hatiku terasa nyaman damai teduh bahagia bapak Suherman nginap di rumah kontrakanku. Mungkin selama hidup ini aku selalu membayangkan tokoh seorang ayah. Sebab selama ini sangat buta dan asing sekali dengan tokoh ayah dalam kehidupanku.

      Sambil menunggu air mendidih. Aku nyapu lantai. Bersih bersih jendela kaca. Ketika aku masuk ruang tamu aku melihat bapak Suherman duduk tersenyum-senyum sendiri. Sambil membersihkan rambutnya dengan handuk kecil berwarna biru laut. Senyumnya cerah penuh arti. Kemudian mendekatiku sambil berbisik pelan tanpa rasa malu.

     “Mas tadi malam bapak bermimpi bercinta dengan istri bapak.

      “Khaa.

      “Iya ya Mas lukisan itu membangkitkan kelakianku.

     “Maksudnya bapak?

     “Bapak tidak impoten, Mas.

     “Masa?

           “Iya, sudah puluhan dokter terhebat, termahal untuk menyembuhkan impoten ini Mas tidak sembuh. Tapi ketika bapak melihat menikmati lukisan istri bapak pelan-pelan rasa kelakianku muncul dan bergairah lagi mas, terima kasih, terima kasih ya Mas.

           “Sama sama Bapak.

           “Bahkan Dokter spesialis kelamin  dari Singapura tidak mampu menyembuhkan impoten bapak. Kata Dokter sebab faktor batin. Kejiwaan. Membuat bapak impoten. Sekali lagi terima kasih ya Mas.

          “Sama sama Bapak.

          “Mas tolong carikan informasi kalau bertemu dengan perempuan mirip dilukisan ini. Cepet-cepet telpon bapak ya. Sebab semua tabungan hasil kerja bapak selama dua puluh tujuh tahun bapak trasfer ke no rekening istri bapak, mas sebagai ujud tanggung jawab seorang suami.

         “Ya ya Bapak.

          Hari ini bapak Suherman betul-betul bahagia. Berjalan mondar-mandir dari ruang depan keruang  kamar tidur tamu. Ketika sampai depan pintu kamar tamu selalu melihat lukisan istrinya sambil membersihkan rambutnya dengan handuk kecil. Kemudian tersenyum sambil nembang lirih kesukaannnya bapak Suherman. Album Scoprion dengan judulnya Still Loving Yau. Aku Cuma bisa menggeleng-gelengkan kepala sendiri sambil berucap dalam batinku.

     “Syukur alhamdulillah bapak Suherman sembuh dari imponten hanya melihat lukisan istrinya.‘’

       Ketika aku melanjutkan menyapu lantai masuk ke kamar tamu. Perasaanku reflek. Nyass-nyassan kembali. Darahku mendidih. Detak jantungku tidak beraturan. Bahkan keringat dingin keluar. Ada kekuatan serba aneh. Kedua bola mata lukisan perempuan itu. Seolah aku tidak asing dalam kehidupanku baik suka dan duka selama ini.

      “Apakah kedua bola mata itu adalah ... akhh gak mungkin,jawabku lirih sambil menyapu lantai kamar. Sementara aku masih mendengar bapak Suherman bernyanyi Still Loving You sambil minum kopi hitam panas lalu menghisap rokok Malboro merah. Di sampingnya korek Zippo berwarna kuning emas asli buatan Amerika. Asapnya dimainkan membentuk buah hati. Sambil tersenyum cerah di ruang tamu.




 AGUS YUWANTORO, Lahir di Prambanan 5 Agustus 1965, Pendidikan  Terakhir S2 di Unsiq Prop Jateng. Prodi Magister Pendidikan Agama Islam 2009, anggakatan ke 2. Tahun 2010 mendapatkan penghargaan Bapak Gubernur Jawa Tengah, juara pertama menulis sajak dan puisi dalam rangka peringatan 100 Tahun Meninggalnya Presiden RI Pertama Bung Karno juga mendapatkan Piagam kehormatan dari Panitia Pusat Jakarta an. Prof.DR.H. Soedijarto, MA, Aktif nulis fiksi sudah 25 Buku Antologi baik puisi dan cerpen sudah terbit. 3 buku solonya,Antalogi Puisi dengan judul “Tembang Sepi Orang Orang Pinggiran”. Antalogi Cerpen “ Kembang Kertas  Nulis Novel berjudul Gadis Bermata Biru setebal: 250 halaman. Alamat Penulis  Gedangan RT.08 / RW.05. Ds. Pecekelan.Kec.Sapuran.Wonosobo,Jateng.WA : 081325427232. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar