Senin, 28 Maret 2022

Pesanan Lukisan Ibu Kita Kartini

 

pixabay.com


Pelukis dan Parfum ke-15


Agus Yuwantoro


 

       Bapak Suherman sudah telepon denganku dua hari lagi mau mengambil pesanan lukisan tokoh pergerakan peradaban wanita dari Jawa : Raden Ajeng Kartini yang hebat dan luar biasa pola pemikirannya lewat surat-surat yang dikirim ke eropa Belanda bernama Stella Zeehandelaar dan Rosa Abendanon. Ketika daerah asal kelahirannya sedang edan-edannya para penguasa tanah. Juragan. Saudagar. Bahkan antek Kompeni. Sedang hebohnya mencari wanita-wanita tercantik di seluruh kampungnya untuk dijadikan selirnya. Intinya hanya untuk pemuas nafsu birahi para juragan di tanah Jawa saat itu. Setelah merasa puas para selir dikembalikan ke rumahnya. Tanpa ada status perkawinan yang jelas. Gadis tetapi bukan perawan lagi. Dinikmati oleh para juragan bejat di tanah Jawa waktu itu.

      Muncul rasa berontak dalam hati Kartini. Membela kaumnnya. Bahkan sampai meledak otaknya. Kemudian mengirim puluhan surat ke sahabatnya di Belanda. Sehingga muncul sebuah karya heboh: Habis Gelap Terbitlah Terang. Penuh sensasi dan aksi memperjuangan hak wanita pada zamannya. Lukisan Ibu Kita Kartini dengan tampilan sangat berbeda. Dengan rambut terurai memanjang. Posisi baca buku di bawah lampu teplok jawa. Dengan pakaian corak penuh bunga. Sedikit ada pesan senyum. Bukan senyum manis. Tapi senyum sinis pada juragan di Jawa yang suka koleksi wanita di kamar rumahnya atas nama istri selir.

       Nyaris tidak pernah diurus statusnya. Persis seperti bungkusan nasi kertas minyak atau daun pisang. Setelah semua isinya dimakan puas. Kertas minyak atau daun pisang bungkusan nasi dilempar di tepian jalan. Pola pikiran paling bejat merusak nilai-nilai peradaban manusia. Bahkan lebih kejam dari kawin kontrak yang selama ini viral di kawasan daerah kota wisata.

      Lukisan Ibu Kita Kartini nyaris hampir sempurna dengan latar warna kemuning seperti cahaya senja. Bersama tenggelamnya cahaya mentari. Aku coba tebalkan lagi garis-garis rambutnya biar kelihatan hitam bercahaya. Kedua bola matanya aku tebalkan warna putih di tengah bola mata hitamnya. Garis rambut alis aku sedikit tegakkan khas wanita Jawa pada zamannya. Setiap sudut mata aku bersihkan dengan kapas agar tidak kelihatan garis-garis di pojok kedua mata. Sengaja aku gelar di pojok kamar tamu. Dengan sandaran kayu seukuran lukisan. Belum aku buatkan figura. Menunggu Bapak Suherman datang dulu. Biasanya akan melihat juga menikmati lukisan itu. Setelah merasa puas dan pas. Kemudian menyuruh aku memasang pigura yang paling bagus.

     Kali ini lukisan harus ada tulisan pesan dari Ibu Kita Kartini atas pesanannya Bapak Suherman. Persis di bawah lukisannya ada tulisannya : “Agama memang menjuhkan kita dari dosa, tapi berapa banyak dosa yang kita lakukan atas nama agama?” Raden Ajeng Kartini.

    Lukisan ini aku lukis dengan totalitas artinya semua kemampuanku aku curahkan lewat kwas dengan perpaduan berbagai warna. Dengan cat spesial agar lukisannya tampak ada marwah ketika dilihat para penikmat lukisan. Jam delapan malam Bapak Suherman menelponku. Lima belas menit lagi sampai di rumah kontrakanku. Malah mau menginap satu malam di rumah kontrakanku. Mau pesan lagi membuat lukisan Kendedes putrinya semata wayang seorang brahmana Mpu Purwa. Selain cantik, dia juga dikenal “alim” dalam hal agama. Juga dikenal sebagai perempuan yang suka seni. Dilihat dari kepribadiannya ini. Kendedes memang sosok perempuan sempurna dan istimewa. Juga lukisan putri dari pedesaan yang dicintai sepanjang masa.

      Masalah figur atau profil Kendedes itu urusan mudah bagiku. Akan tetapi untuk melukis seorang putri dari pedesaan ini yang membuatku super bingung. Katanya Bapak Suherman nanti akan memberikan fotonya seorang putri pedesaan. Ukuran dua kali tiga yang selama ini disimpan dalam dompet pribadinya. Tepat jam sepuluh pagi Bapak Suherman datang. Kali ini mengendarai mobil sendiri. Mobil Honda CRV seri terbaru warna hitam. Turun dari mobil sambil tersenyum-senyum memandangku.

     “Gimana kabarnya Mas, sehat.

    “Sehat Bapak.

   “Gimana pesanan lukisanku Mas?

      “Sudah jadi Bapak, silahkan dilihat.

      “Oke, mana Mas?

      “Itu Bapak di pojok ruang tamu.

      “Waduh, waduh luar biasa nih.

      “Terima kasih Bapak.

     “Kamu memang berbakat menjadi pelukis.

     “Masih proses belajar kok Bapak.

     “Ini bagus banget, menyala penuh marwah Mas.

    “Terima kasih, mau milih figura yang mana Bapak?

    “Yang paling bagus dengan warna kuning emas.

   “Siap Bapak.

   “Lukisan ini pesanan dari teman bapak,  juragan peranjin emas dari kota Singapura namanya Kim Sang. Pesan lukisan Kendedes putrinya seorang brahmana bernama Mpu Purwa sangat terkenal di dataran Cina. Makanya temen bapak pesen lukisan Kendedes. Kendedes itu yang melahirkan raja-raja di tanah Jawa, lo Mas.

 “Siap Bapak.

 “Tapi posisi lukisan Kendedes sedang mandi di bibir sungai.

“Siap Bapak akan aku coba.

“Itu ada sejarahnya kok Mas. Ketika Kendedes sedang mandi di sungai lalu ada anak buahnya Tunggul Ametung melihat langsung lapor. Tanpa basa basi langsung saja si Tunggul Ametung menuju tekape. Sebab kecantikannya Kendedes langsung Tunggul Ametung penguasa di wilayah Tumampel. Menculik. Memaksa. Kendedes dibawa ke Tumampel. Akhirnya terjadi kawin paksa antara Tunggul Ametung dengan Kendedes, Mas.

    “Iya Bapak.

    “Tumampel itu merupakan salah satu daerah kekuasaan Kediri berada di bawah kekuasaan Tunggul Ametung.

   “Gitu ya Bapak.

  “Pokoknya bapak buatkan lukisan Kendedes posisi sedang mandi di bibir sungai.

  “Dengan balutan jarit atau gimana Bapak?

  “Ya ya posisi tubuh dengan balutan jarit, tidak telanjang bulat lo Mas.

 “Siap Bapak.

 “Mas, bapak mau istirahat.

 “Silahkan Bapak di kamar tengah itu khusus tamu yang mau menginap.

“Terima kasih ya Mas.

“Ada satu lagi bapak pesan melukis wanita dari desa.

“Siap Bapak.

“Nanti malam saja bapak mau tidur dulu.

“Silahkan Bapak.

 Ketika bapak Suherman masuk kamar. Pikiranku terfokus dengan konsep lukisan gadis dusun. Aku sangat penasaran gadis dari dusun mana. Belum lima belas menit masuk kamarku. Aku mendengar sengguran bapak Suherman dari balik dinding kamar.

“Ngurr ngrokk ngurr ngrokk,suara senggurnya Bapak Suherman.     




   AGUS YUWANTORO, Lahir di Prambanan 5 Agustus 1965, Pendidikan  Terakhir S2 di Unsiq Prop Jateng. Prodi Magister Pendidikan Agama Islam 2009, anggakatan ke 2. Tahun 2010 mendapatkan penghargaan Bapak Gubernur Jawa Tengah, juara pertama menulis sajak dan puisi dalam rangka peringatan 100 Tahun Meninggalnya Presiden RI Pertama Bung Karno juga mendapatkan Piagam kehormatan dari Panitia Pusat Jakarta an. Prof.DR.H. Soedijarto, MA, Aktif nulis fiksi sudah 25 Buku Antologi baik puisi dan cerpen sudah terbit. 3 buku solonya,Antalogi Puisi dengan judul “Tembang Sepi Orang Orang Pinggiran”. Antalogi Cerpen “ Kembang Kertas  Nulis Novel berjudul Gadis Bermata Biru setebal: 250 halaman. Alamat Penulis  Gedangan RT.08 / RW.05. Ds. Pecekelan.Kec.Sapuran.Wonosobo,Jateng.WA : 081325427232.

    

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar