Oleh. Agus Yuwantoro
Pelukis dan Parfum ke-12
Sehabis silaturahim di rumahnya mbok Wakem. Aku menjadi ingat isi
santapan rohani imam musholaku. Silaturahim adalah perintah-Nya mendapatkan ridha Alloh SWT. Membuat
bahagia kerabat yang dikunjungi. Membuat rasa bahagia malaikat karena malaikat
senang silaturahim. Melahirkan memori atau ingatan positif dari orang beriman
terhadap mereka yang menjaga silaturahim. Membuat hati dan pikiran iblis susah
karena menghendaki retak nilai persaudaraan manusia pecah cerai berai. Menambah
berkah umur. Menambah keberkahan rezeki. Membuat bahagia ayah dan kakek
yang sudah wafat. Sebab merasa senang kalau keturunannya menjaga hubungan
kekerabatan. Menambah pahala bagi mereka
selalu menjaga nialai silaturahim dengan rasa tulus ikhlas. Bisa menimbulkan
pola berfikir pada kerabat-kerabat. Menyebut kebaikan semasa hidup. Sebab ahli
silaturahim.
Di samping itu aku menemukan ilmu yang paling mahal selama hidup ini.
Sebuah nilai kesetiaan yang tinggi. Juga nilai norma arti cinta sejati. Mbok Wakem dari usia dua
puluh tahun hatinya terdampar dalam dermaga hati suaminya tercinta kang Pras.
Hampir empat puluh lima tahun hidup menyendiri tanpa pendamping hidupnya. Alias
janda muda. Hanya berteman foto suami tercinta yang menempel pada dinding
anyaman bambu. Tempat mencurahkan segala kerinduannya.
Bahkan aku mendengar dari tetangga dekat mbok Wakem. Sudah menyediakan
lahan kosong dekat makam suaminya. Ketika Tuhan Sang Pencipta segala isi alam
raya memanggil mbok Wakem. Meninggal dunia. Ingin dimakamkan jejer persis dengan
suami tercinta. Bahkan rumah dan tanahnya dari sang cintanya. Kang Pras. Sudah
diwakafkan pada imam Mushola. Untuk kegiatan anak-anak mengaji. Biar paham
agama yang baik tepat dan benar. Sebab kecerdasan tanpa dasar agama
akan merusak dirinya sendiri. Maka orang cerdas tentu butuh pondasi dasar agama
yang super kuat. Sebab kedepan bisa membedakan nilai kebenaran dan kesalahan
dengan cerdas. Sebab punya dasar agama yang benar. Bisa menyelamatkan hidup
dirinya sendiri. Keluarganya. Nasabnya. Lebih- lebih di lingkungan kehidupannya
sehari-hari.
Sebuah rasa cinta abadi tanpa rekayasa. Hanya perpaduan hati yang tulus
murni akan melahirkan api keabadian cinta menyala sepanjang masa. Cinta bukan
pelarian. Cinta bukan tempat pendendam. Cinta bukan pelampiasan sebuah
kegagalan. Cinta bukan menjebak ketika merasa titik nadi kecapaian dan
puas bermain cinta. Cinta bukan rayuan maut berujung rayuan dengan bumbu seks di luar nikah. Cinta bukan nafsu. Cinta bukan sisanya dari
orang lain. Mbok Wakem membuktikan pada suaminya bahwa cinta tetep menyala
dalam hatinya khusus suami tercintanya. Dalam api keabadian cinta Mbok Wakem
pada suaminya Kang Pras.
Sambi berjalan masuk gang jalan aspal Kalidatar aku merasa malu pada
diriku sendiri. Tidak mampu dan betapa bodoh. Goblok. Memaknai sebuah cinta.
Buktinya ketika rasa cinta mengembang dalam dada. Hanya emosi dan emosi yang
tumbuh dalam dada. Ketika baru mendengar isu santer di seluruh
kampungku. Supraptiwi binti Bapak Wagino mau menikah dengan salah satu keluarganya
bah Shiong. Bukannya menyelesaikan atau meluruskan isu yang berkembang. Tapi
malah lari dari isu yang belum tentu jelas dan benar.
Aku terlalu bodoh dan dungu memaknai arti cinta. Kalah total dengan mbok
Wakem. Walaupun sang cintanya telah meninggal dunia. Cahaya cinta tetap menyala
dalam hatinya. Buktinya mampu menjaga rasa cinta pada suaminya. Justru aku kaum
terdidik memaknai cinta penuh kecemburuan. Tidak percaya pada
yang dicinta. Mudah terhasut. Percaya
pada isu-isu beterbangan dalam kepala dan otak. Sekarang baru muncul rasa
penyesalan dan kesalahan mengartikan kata cinta.
Hampir lima tahun kehilangan kontak tidak bisa komunikasi dengan
Supraptiwi. Baik jumpa darat maupun udara. Hanya sebotol parfum entah merek apa
masih aku simpan dalam ruangan khusus. Bau parfum itu mencairkan rasa rinduku.
Juga rasa cintaku walaupun tidak sehebat rasa cintanya mbok Wakem pada
suaminya.
Ketika aku masuk jalan beraspal Kalidatar anganku melayang terbang
tinggi menembus awan. Dahulu waktu aku berangkat sekolah sma di jalur jalan ini. Setiap
hari selalu berpapasan dengan Supraptiwi. Dengan seragam baju biru putih
rambutnya lurus hitam mengkilat sebahu. Memakai sepatu ket Warior dengan kaos
kaki putih bergambar kupu-kupu. Aku berjalan di sebelah kanan. Supraptiwi berjalan sebelah kiri
bergandengan tangan dengan teman setianya dengan kaca mata minusnya.
Selalu tersenyum manis bersama cahaya mentari pagi. Ketika aku pulang
dari sekolah berjalan sebelah kiri. Supraptiwi berjalan sebelah kanan juga masih setia
bergandengan tangan dengan teman setianya. Kemudian terseyum manis lagi dengan
giginya putih rata. Bahkan kedua bola matanya tajam memandangku sehinga detak
jantungku bergetar. Saat terindah dalam hidupku ketika berangkat dan pulang
sekolah selalu bertemu di jalan aspal hitam Kalidatar. Hanya
kedua bola mata dan senyuman mencairkan rasa kasmaran.
Belum berani mengucapkan lewat kata. Apa lagi merayu di depannya. Sebuah norma nilai
adat suci etika ketimuran. Masih melekat dalam otak. Jadi cukup beradu mata dan
saling tukar senyum. Mengartikan sebuah kasmaran juga jatuh cinta pada zamannya. Dan
pada suatu hari aku tidak bisa ketemu. Hatinya berkecamuk penuh tanya. Penasaran.
Ada perasaan yang kurang. Pernah satu minggu tidak ketemu. Penasaran. Mencari
info kesana kesini. Supraptiwi sedang sakit. Sehabis pulang sekolah langsung
nengok ke rumahnya. Supraptiwi tiduran badannya lemas wajahnya pucat di
atas ranjang besi berwarna biru muda dengan selimut bercorak garis putih hitam. Tetap tersenyum hangat dengan
sorot pandangan bola mata yang tajam.
Di jalan aspah hitam Kalidatar penuh kenangan. Ada petilasan garis
lukisan kasmaran aku dan Supraptiwi. Salah satu siswi pelajar smp kelas satu samping jembatan terminal. Hanya plirak-plirik.
Saling bertukar senyum. Saling memandang di persimpangan jalan Kalidatar.
Terasa melambung rasa kasmaranku pada gadis kecil smp bernama Supraptiwi putrinya
bapak Wagino.
Sekarang sudah terbang ke Singapura bahkan
menurut mbok Wakem cuma satu tahun sekali baru bisa pulang kampung bertepatan
hari besar cina Imlek. Aku sudah tidak mampu lagi membayangkan kedua bola
matanya yang tajam dan indah. Menyimpan senyumannya yang manis merekah
berkembang di tengah bibir merah merekah memerah basah.
Gumpalan hati dan darahku mendidih
sehingga tumbuh semi mekar kembali ketika ada satu lukisanku ada bau parfum
persis seperti parfum pemberian Supraptiwi. Gadis kecil berambut panjang dengan
pita jingga. Akan aku cari sampai kapanpun. Sebab gadis kecil ini yang menaruh cairan
parfum dalam lukisanku. Bahkan mampu membuka tabir kehidupan Supraptiwi yang
sebenar-benarnya. Sudah aku catat dalam otakku. Gadis kecil berambut panjang
dengan pita jingga itu tinggal di sekitar jalan Lintang Kemukus. Bukti kuat
Supraptiwi sedang berada di daerah Bali. Bahkan ketika aku mau pulang kampung
mudik naik bus. Aku melihat jelas gadis kecil berambut panjang dengan pita
jingga melambaikan kedua tangan ke arahku. Bahkan ada tulisan di
selembar kertas karton yang dikalungkan pada lehernya. Itu jelas tulisannya
Supraptiwi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar