pixabay.com
(Pelukis dan Parfum ke-5)
Agus Yuwantoro
Matahari mulai tenggelam berbalut kabut
berwarna putih. Cahayanya berwarna kemuning keemasan menembus riak gelombang air pantai. Berjalan lembut
bersama hembusan angin senja. Tampak bayang-bayang cahaya matahari mulai
menghilang di balik cakrawala. Aku duduk di tepian pantai Sanur. Di bawah pohon
kersen yang sedang berbuah berwarna
hijau dan merah. Tadi malam membuat sketsa lukisan tokoh pergerakan emansipasi wanita Jawa Ibu
Kita Kartini. Dengan warna natural juga tampilan yang berbeda. Cukup menguras
daya imanjinasiku. Harus membayangkan sedang membaca buku di samping cahaya
lampu teplok minyak dengan rambut terurai memanjang.
Kartini Lahir pada tanggal 21 April 1979
di Jepara Jawa Tengah. Pada tanggal 2 Mei 1964 Presiden pertama Ir.Soekarno menyatakan
RA Kartini menjadi salah satu pahlawan Nasinoal. Pejuang penegak feodalisme dan
rasa ketidakadilan lelaki dan perempuan. Surat-surat yang dikirim sahabat ke
Belanda bernama Stella. Menceritakan rasa kesedihan kaum wanita Jawa. Terjajah.
Dipingit. Tertekan. Menjadi eksploitasi seks di kalangan para priyayi
dengan cara dijadikan selirnya.
Tidak bisa melanjutkan sekolah yang
lebih tinggi
seperi kaum wanita Eropa. Wanita jawa terhipnoptis doktrin nilai wanita. Cukup
mengelola tiga hal : memasak, melahirkan dan menemani tidur suami. Cukup.
Lainnya tidak bisa sebab melanggar norma adat yang berlaku waktu itu. Kartini
mulai belajar paham agama Islam. Guru spiritual Kyai Sholeh selalu setia setiap
hari menjawab semua pertanyaan dari Kartini. Tentang konsep Ketuhanan yang
benar.
Kumpulan surat-surat menjadi buku berjudul
Habis Gelap Terbitlah Terang. Terinspirasi dari QS Al Barokah 257 yang artinya
: Allah pelindung orang-orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari
kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir.
Pelindung-pelindungnya ialah syaitan yang mengeluarkan mereka dari pada cahaya
kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka, mereka kekal
di dalamnya.
Kartini menikah dengan Joyo Diningrat.
Wafat pada usia yang masih muda dengan usia dua puluh lima tahun. Setelah wafat
lahirlah Kartini-Kartini baru yang mampu bersaing dengan kaum lelaki. Bahkan
mampu menjadi presiden Republik ini yang ke 5. Bahkan sekarang ini ada yang
berhasil menjadi astronot. Pilot. Tentara. Polisi. Bahkan Jaksa dan Hakim.
Harkat martabat wanita terus bersaing dengan kaum lelaki. Sesuai dengan
perkembangan dan tantangan zaman. Mengilangkan mitos wanita Jawa yang hanya mampu:
masak manak ngamar.
Untuk menghibur diri juga mencari inspirasi
aku duduk di atas batu menikmati cahaya senja juga hembusan angin malam pantai.
Sehingga rambutku terasa dibelai lembut. Mengingatkan aku pada gadis dari dusun
Munggangsari Supraptiwi. Dengan tampilan wajah natural tanpa olesan bedak
sedikitpun. Rambutnya lurus hitam. Kedua bola matanya tajam penuh aura kasih
sayang. Giginya putih rata enak dipandang. Ketika tersenyum bibirnya merekah
memerah basah. Warna kulitnya kuning langsat. Tinggi badannya seratus enam
puluh tiga. Di bawah telinga sebelah kiri ada warna sedikit hitam. Menjadi ciri
khasnya. Orang
kampung sering memberikan julukan
si tompel.
Gelombang
air pantai mulai kejar-kejaran sehingga sampai bibir daratan. Tidak terasa
kakiku tersentuh air pantai. Memecahkan lamunanku. Perasaan cinta ternyata
tidak harus memiliki. Hanya rasa cinta yang mekar tumbuh bersemi tidak sesuai
dengan mimpi. Di bawah cahaya senja dan hembusan angin malam. Aku pasrahkan
hidup ini pada Tuhan: Jodoh. Rezeqi. Kematian adalah kehendak Tuhan. Yang
menciptakan segala makhluk juga seisi bumi. Semua yang hidup di bumi selalu ada
garis rezeki
sesuai dengan jalan hidupnya masing-masing. Tinggal satu perasaan hati nurani.
Sebatas mana kita bisa mensyukuri atas rezeki itu sendiri.
Di
atas gelombang air pantai yang mulai tenang. Kelihatan pantulan cahaya
lampu-lampu perahu nelayan. Cahaya lampu kamar hotel berbintang kedap-kedip
seperti kunang-kunang yang menari bebas di atas rerumputan. Di saat aku
menikmati hembusan angin malam yang basah. Aku melihat bayangan tubuhku di
bawah lampu hias taman. Apa tujuan sebenarnya hidup ini.
Aku sering berdialog sendiri dengan hati
nurani. Ternyata tujuan hidup ini pada hakikatnya hanya mencari
titik kebahagian hati. Ada nilai keseimbangan antara angan dan kemampuan. Bisa
mengukur kemampuan diri sendiri. Tidak harus panjang angan-angan dalam mengejar
apapun di dunia ini. Kegedhen pyak kurang jagak (panjang angan angan tidak bisa
melihat kemampuan yang ada) sehingga
bisa muncul ketenangan hati. Mampu memadukan kemampuan dan situasi kondisi yang
ada. Hidup pada prinsipnya harus ada nilai keseimbangan.
Apa saja bentuknya seperti hukum alam. Ada
siang dan malam. Ada hujan dan terang. Harmoni kehidupan alam penuh
keseimbangan. Agar hidup lebih tertata indah seperti cahaya bintang gemintang dan rembulan.
Mampu menerangi setiap langkah kehidupan yang bermakna. Bisa mengukur kemampuan
diri sendiri. Tidak terhanyut terjajah diperkosa sebuah keinginan di luar batas
kemampuan. Sehingga mengalami kehidupan yang konyol. Hidup tanpa konsep juga
tujuan yang jelas.
Kehidup
ini bisa dikatakan indah penuh kebahagian itu tergantung pelaku kehidupannya
diri sendiri. Ketika cerdas mengartikan hakikat hidup. Tiada hari
selalu berusaha semaksimal mungkin. Sesuai dengan bakat minat dan kemampuan.
Juga penuh dihiasi doa-doa yang terbaik. Memberikan kemanfataan untuk orang
banyak. Bukan sebaliknya justru malah selalu membuat sakit hati juga kerugian
pada setiap orang. Berbuat curang dalam segala langkah hidupnya. Mencari
keuntungan sesaat dengan cara mencuri hak-hak orang lain. Memburu jabatan dan
pangkat tidak lewat jalur yang sebenarnya. Segala bentuk jabatan dengan metodologi transaksional.
Lelang jabatan. Seperti di lelang pasar ikan.
Ketika
semua promosi jabatan dengan pondasi dasar transaksional. Bahkan sudah menjadi
budaya dan tradisi. Maka imbasnya banyak posisi jabatan yang bukan ahlinya.
Maka pelan-pelan pasti akan mengalami kehancuran pada zamannya. Semakin subur
tumbuh berkembang paham jabatan transaksional. Maka alam jagad rayapun seolah
tidak terima.
Maka wajar datanglah bertubi-tubi yang
namanya bencana alam. Sebab faktor tingkah laku manusia itu sendiri. Tidak
mampu menerjemahkan arti nilai dasar kejujuran. Yang semakin hari nilai
kejujuran tergeser oleh ambisi sesaat. Maka sangat wajar ketika sekelompok
orang masih menggengam nilai kejujuran. Persis seperti menggenggam batu bara
yang panas penuh api menyala merah.
Aku masih duduk di bawah pohon kersen
menikmati warna air pantai yang selalu berubah warna. Terkadang hijau, merah,
kuning bahkan persis warna pelangi. Sebab cahaya rembulan berkolaborasi dengan
lampu hotel yang berwarna warni. Terasa asyik ketika aku bercumbu senja di pinggiran
pantai Sanur
Bali.
Di saat seperti ini aku duduk sendiri di pinggiran bibir pantai. Terasa kecil
sekali. Hanya rasa puja puji,
rasa syukur selalu aku panjatkan pada sang pemberi rezeki ialah Tuhan.
Seperti
biasa pada saat senja mulai menghilang sudah aku siapkan buku gambar dengan
pensil 2B. Melukis senja. Gelombang air pantai yang mesra saling kejar
mengejar. Burung camar beterbangan bebas di pinggiran pantai. Cahaya lampu mercusuar menghidupkan
bayangan perahu para nelayan di tengah pantai luas. Tapi malah bukan itu yang
aku lukis. Secara reflek aku malah melukis kedua bola mata Supraptiwi
dengan tatapan yang tajam.
Persis setajam silet goal. Saking asyiknya
melukis kedua bola mata itu badanku terasa hangat. Anganku melayang terbang
bebas. Ternyata lukisan kedua bola mata itu menumbuhkan kasmaran. Walaupun beku
bahkan membisu tanpa makna. Pelan-pelan aku bercumbu dengan halusinasi. Menciptakan bercinta
lewat ilusi di bawah alam pikiran kesadaran. Betapa hebat nilai cinta. Sehingga
mampu membuat adegan bercinta dalam ilusi. Berdiam sunyi sendiri meditasi
bercinta dengan imanjinasi.
Cinta
bisa mengguncangkan
jiwa seperti Bandung Bondowoso. Untuk membuktikan perasaan cintanya pada Roro
Jonggrang.
Meminta dibuatkan seribu candi dalam satu malam. Demi cintanya yang membakar
dibangunnya candi walaupun menjelang fajar kurang satu candi. Roro Jonggrang menolak cintanya.
Akhirnya Bandung Bondowoso terbakar rasa cintanya. Emosi pada Roro Jonggrang. Dibacakan mantra
Roro Jonggrang
menjadi candi untuk mencukupi
permintaanya.
Kisah cintanya Sheh Jihan pada istri
tercintanya dari Persia. Setelah istri tercinta meninggal dunia dibuatkan
istana makam yang hebat luar biasa indah bernama Taj Mahal di India. Bahkan
sampai sekarang menjadi ikon destinasi wisatawan lokal maupun asing. Sebagai tanda
kekuatan cinta pada kekasihnya. Seperti kisah cintanya Romoe dan Juliet ala Mesir
Romawi. Kisah cinta sehidup semati zaman Mesir kuno Cleopatra dan Antony.
Berakhir dengan mati cara bunuh diri setelah Antony dinyatakan meninggal dunia
kemudian menyusul Cleopatra.
Ketika senja menghilang bersama semilir angin
malam. Aku pulang ke rumah
kontrakan. Melanjutkan lagi untuk melukis tokoh gerakan peradaban moral wanita
di Jawa. Pesanan dari koletor lukisan natural Bapak Suherman dari Jakarta.
Sebab beberapa bulan lagi mau diambil lukisan itu. Aku harus melukis dengan semaksimal mungkin agar
pelanggan merasa puas dan senang dengan hasil lukisan tokoh itu.
AGUS
YUWANTORO, Lahir di Prambanan 5 Agustus 1965, Pendidikan Terakhir S2 di Unsiq Prop Jateng. Prodi
Magister Pendidikan Agama Islam 2009, anggakatan ke 2. Tahun 2010 mendapatkan
penghargaan Bapak Gubernur Jawa Tengah, juara pertama menulis sajak dan puisi
dalam rangka peringatan 100 Tahun Meninggalnya Presiden RI Pertama Bung Karno
juga mendapatkan Piagam kehormatan dari Panitia Pusat Jakarta an. Prof.DR.H.
Soedijarto, MA, Aktif nulis fiksi sudah 25 Buku Antologi baik puisi dan cerpen
sudah terbit. 3 buku solonya,Antalogi Puisi dengan judul “Tembang Sepi Orang
Orang Pinggiran”. Antalogi Cerpen “ Kembang Kertas Nulis Novel berjudul Gadis Bermata Biru
setebal: 250 halaman. Alamat Penulis
Gedangan RT.08 / RW.05. Ds. Pecekelan.Kec.Sapuran.Wonosobo,Jateng.WA :
081325427232.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar