Jumat, 17 Desember 2021

Gadis Kecil Berambut Panjang dengan Pita Jingga

 

pixabay.com

(Pelukis dan Parfum ke-2)

Oleh Agus Yuwantoro

        Hari ini aku bangun lebih pagi bersama butiran kristal embun pagi berwarna putih. Berjatuhan di pucuk daun pinus dan pisang. Kabut bercampur cairan embun berubah menjadi air kemudian menguap terbakar matahari, mengeluarkan asap di setiap pucuk dedaunan. Ketika seberkas cahaya matahari merekah memerah dan kemuning keemasan di atas deburan gelombang air pantai yang tenang. Perahu –perahu para nelayan menepi ke bibir pantai. Tadi malam harus berkelahi dengan ombak dan udara dingin. Berjuang di tengah malam dengan jaring pencari ikan. Dengan cahaya lampu petromak minyak menerangi di tengah malam pantai lepas.

     Berjuang keras demi memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga yang semakin mencekik leher semua nelayan. Setiap malam harus berkelahi dengan badai gelombang pantai yang ganas. Demi memperjuangkan hidup. Ikan hasil tangkapan dijual untuk membeli beras, minyak goreng dan beberapa bungkus mi instan. Pulang ke rumah membawa bekal untuk makan sekeluarga.

         Seperti jejak langkah leluhur yang lahir di pantai. Nenek moyangku seorang pelaut berani menantang badai. Gelombang ombak laut dengan perahu layar berani menerjang puluhan malam ribuan senja. Mengarungi samudera luas menembus daratan Eropa. Menjual hasil rempah-rempah sehingga terkenal bangsa kaya dengan hasil bumi melimpah, sehingga bangsa Eropa berusaha merebut wilayah Indonesia yang terkenal sangat kaya dengan hasil bumi melimpah ruah.

     Pada tahun 1509 – 1595 M Portugis menjajah Indonesia melalui wilayah Maluku. Tahun 1521 - 1692 M Spanyol menjajah Indonesia melalui wilayah Minahasa. Tahun 1806 – 1811 M Perancis menjajah Indonesia. Tahun 1811 – 1816 M Inggris menjajah Indonesia. Tahun 1602 – 1942 Belanda menjajah Indonesia paling lama. Terakhir dari bangsa Asia Jepang menjajah Indonesia pada Tahun 1942 – 1945 M. Bahkan bangsa Eropa Belanda dengan segala jurus apapun ditempuh merebut negara sangat kaya hasil buminya. Belanda menjajah dengan kekuatan militernya mengadakan ekspansi besar-besaran. Mengarahkan semua tentara yang terbaik dengan tujuan satu: merebut negara Indonesia.

       Nenek moyangku bukan hanya seorang pelaut yang hebat. Dengan gagah berani menantang badai dan gelombang laut yang ganas. Namun, nenek moyangku adalah pahlawan luar biasa super hebat. Berani melawan perang gerilya dengan bangsa Eropa Belanda. Dengan senjata tradisional bambu runcing mengusir penjajah. Lahirlah pahlawan-pahlawan klasik di seluruh Nusantara. Dengan kekuatan persatuan semangat bersatu padu dari segala ras, suku, adat dan berbagai agama. Berkumpul menjadi satu menjadi kekuatan yang mahadahsyat. Sebagai modal dasar untuk mengusir kaum penjajah bangsa Belanda.

      Hanya dengan kekuatan persatuan dan kesatuan mengumpul menjadi satu ikatan yang kuat. Seperti falsafah sapu lidi terbuat dari sisa daun-daun kelapa kering. Setelah menjadi satu diikat siap menyapu apapun yang ada di depannya, bersih tanpa ada yang terisa. Nenek moyangku ternyata hebat juga terkenal di dunia Internasional. Bahkan sekarang ini banyak bangsa Eropa ingin belajar tentang nilai kesatuan dan persatuan yang kuat. Tanpa membedakan suku, ras, adat, dan agama.

            Aku mulai menggelar kanfas dengan ukuran lebar satu meter panjang lima puluh senti meter. Aku siapkan warna cat natural hitam. Minggu kemarin mendapatkan pesanan dari salah satu kolektor lukisan klasik dari Jakarta. Bekerja di salah satu kedutaan besar Amerika di Jakarta sebagai juru bicara juga staf ahli. Bapak Suherman penampilannya seperti anak muda. Walaupun sebenarnya usianya sudah masuk kepala enam puluh lima tahun. Sukanya selalu memakai celana dan baju lengan pendek jin merek Lea ukuran nomor 34 berwarna biru tua. Dengan tas cangklong terbuat dari kulit berwarna cokelat merek Pollo. Kaca mata hitam BL buatan USA menggantung di saku bajunya. Tinggi badan seratus enam puluh sembilan, badan agak kurus, rambutnya lurus hitam mengkilat. Memesan untuk melukis salah satu tokoh pahlawan Nasional dari Jawa Tengah daerah Magelang.

             Pahlawan Nasional Pangeran Diponegoro yang terkenal dengan perang Padri mendobrak kekuatan hukum adat melawan imperialisme Belanda. Merasa sakit hati ketika semua rakyatnya dijadikan budak kerja paksa membuat jalan Anyer sampai Panarukan. Bahkan banyak yang tewas sia-sia ketika mempertahankan tanah leluhurnya. Perang Padri meledak mulai tahun 1825 sampai 1830. Pangeran Diponegoro tertangkap hasil rekayasa Belanda dengan orang pribumi setempat. Berkat informan dari si pengkhinat bangsa. Pada akhirnya Belanda kalah pergi meninggalkan tanah leluhur Bangsa Indonesia.

          Aku mulai fokus membuat skesta lukisan heroik Pangeran Diponego dengan naik kuda putih sambil mengacungkan senjata keris Nogo Sosro warisan dari lelulur raja Jawa. Di tengah kobaran api juga dentuman suara meriam Belanda. Ketika aku mulai membuat garis lukisan dengan warna natural. Aku tersentak ada bau parfum persis  yang aku simpan dalam almari baju. Bau parfumnya sangat khas terbawa semilir angin pantai basah. Aku menoleh ke kanan dan ke kiri. Sepi. Namun, bau parfum terus menusuk lubang hidungku. Aku berhenti membuat pola garis lukisan sebab bau parfum semakin beterbangan di seluruh tubuhku mengakibatkan detak jatungku tidak beraturan.

       Ketika aku menaruh kuas ke dalam kotak. Aku melihat gadis kecil berambut panjang dengan pita rambut jingga. Sembunyi di balik pohon sukun yang sedang berbuah. Kelihatan pita rambut berwarna jingga di bawah cahaya mentari memantul di pasir pantai. Ketika aku berjalan pelan ke arah gadis kecil dengan pita jingga, ia sudah menghilang di balik pohon sukun. Berlari cepat menerobos deretan penjual makanan tradisional di blok C nomor 99. Di bawah pohon sukun masih tersisa bau parfumnya. Sehingga mengingatkan aku pada kekasihku Supraptiwi. 

       Untuk menghilangkan rasa sakit hatiku aku menyeberang pulau. Memilih tinggal di daerah Bali. Menghibur diri setiap hari melukis dengan tema hati nurani. Agar hati ini tidak semakin patah dan jatuh berserakan sehingga ambyar pecah sebab gagal dalam percintaan. Lebih tepatnya patah hati. Namun, bau parfum itu membangunkan mimpi-mimpi indah cintaku yang hampir beku membisu. Bahkan mimpi cintaku sudah aku masukkan ke dalam peti mati elegi cintaku. Namun, bau parfum itu menumbuhkan kembali tunas cinta. Bersemi kembali penuh dengan napas harapan di pojok bola mata penantian.

       Aku berjalan menelusuri jalan setapak depan deretan kios-kios hasil kerajinan anak pantai. Bahan bakunya dari batu karang dibuat tempat bunga dan asbak. Kedua bola mataku tajam menyelusuri setiap gang jalan. Setiap anak-anak yang lewat selalu aku perhatikan. Lebih-lebih kalau melihat sekelompok gadis kecil berambut panjang yang sedang asik bermain gobak sodor dan jilumpet. Aku perhatikan satu-persatu tetap saja belum berhasil menemukan gadis kecil berambut panjang dengan pita warna jingga.

      Aku melangkah kaki kembali di tempat untuk melukis. Meneruskan konsep dasar untuk melukis tokoh pahlawan Nasional. Tapi aku merasa heran kanvas untuk melukis berbau harum. Siapakah gadis kecil berambut panjang dengan pita jingga itu? Aku menjadi penasaran. Akan aku cari sampai kapanpun. []

 

                                                                        Elegi mimpi di Munggangsari, 2 Desember 2021




AGUS YUWANTORO, Lahir di Prambanan 5 Agustus 1965, Pendidikan  Terakhir S2 di Unsiq Prop Jateng. Prodi Magister Pendidikan Agama Islam 2009, anggakatan ke 2. Tahun 2010 mendapatkan penghargaan Bapak Gubernur Jawa Tengah, juara pertama menulis sajak dan puisi dalam rangka peringatan 100 Tahun Meninggalnya Presiden RI Pertama Bung Karno juga mendapatkan Piagam kehormatan dari Panitia Pusat Jakarta an. Prof.DR.H. Soedijarto, MA, Aktif nulis fiksi sudah 25 Buku Antologi baik puisi dan cerpen sudah terbit. 3 buku solonya,Antalogi Puisi dengan judul “Tembang Sepi Orang Orang Pinggiran”. Antalogi Cerpen “ Kembang Kertas  Nulis Novel berjudul Gadis Bermata Biru setebal: 250 halaman. Alamat Penulis  Gedangan RT.08 / RW.05. Ds. Pecekelan.Kec.Sapuran.Wonosobo,Jateng.WA : 081325427232.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar