Selasa, 28 September 2021

Perlukah Penamas Bangkit Kembali?

 


Agus Pribadi

Sebagai salah satu orang yang pernah aktif di komunitas Penamas, saya tergelitik saat membaca dua kalimat terakhir yang ada pada paragraf penutup esai bertajuk “Mengingat Lagi Antologi Iwak Gendruwo” yang ditulis oleh Hanenda Jayastu (Radar Banyumas, 20 Juni 2021). Dua kalimat tersebut tertulis:

Sebagai penutup, akhirnya muncul sebuah pertanyaan sebagai orang yang sudah sangat lama tidak mengikuti persastraan di Banyumas. Bagaimana kondisi Penamas di tahun 2021 ini dan karya apa saja yang telah mereka lahirkan?

Esai tersebut seperti membangkitkan kembali romantisme berkomunitas Penamas yang jika menggunakan patokan karya bersama berarti sudah vakum selama tujuh tahun. Karya terakhir Penamas berupa Buku Antologi Cerkak Iwak Gendruwo (2014). Pada tahun 2014 itu dan beberapa tahun sebelumnya, kami memiliki semangat bersama untuk belajar menulis di grup Facebook Penamas (Para Penulis Muda Banyumas).  Di media itu, kami biasa memposting tulisan berupa cerpen, cerkak, puisi, dan tulisan lainnya. Kami biasa pula memberikan masukan pada tulisan-tulisan yang diposting di sana. Grup Facebook itulah yang menjadi cikal bakal berdirinya komunitas Penamas pada 17 Agustus 2011. Meski kami menamakan diri penulis muda Banyumas, tetapi anggotanya terdiri dari beragam usia dan latar belakang. Semangat “muda” para anggota yang senantiasa kami pupuk pada waktu itu.

Dalam pemikiran saya pada waktu itu, Penamas bisa bermakna sebagai individu dan sebagai komunitas. Penamas sebagai individu berarti ruh penamas (pena emas) melekat dalam diri para anggotanya masing-masing yang terwujud dalam karya para anggotanya sampai saat ini. Penamas sebagai komunitas berarti gerak langkah komunitas dalam melakukan aktivitasnya termasuk dalam menghasilkan karya tulisan.

Jika dilihat sebagai komunitas, memang setelah tahun 2014 Penamas sudah tidak menghasilkan karya bersama. Namun, jika dilihat Penamas sebagai semangat menulis yang melekat dalam diri para anggotanya, tentu akan lain hasilnya. Meski mungkin tidak semuanya, sampai saat ini masih banyak anggota Penamas yang aktif menulis sesuai bidangnya masing-masing. Kalau boleh menyebut beberapa nama diantaranya adalah Agustav Triono, Arsyad Riyadi, Singgih Swasono, dan sejumlah nama lainnya. Agustav Triono aktif menulis puisi, sampai saat ini karya-karyanya kerap muncul di sejumlah media. Agustav juga menulis cerkak, terjemahan, dan tulisan lainnya. Arsyad Riyadi aktif menulis tema-tema pendidikan sesuai dengan latar belakangnya saat ini sebagai Pengawas Sekolah di Dinas Pendidikan Kabupaten Purbalingga. Arsyad juga seorang blogger yang aktif memposting tulisan-tulisannya di blognya tersebut. Keduanya juga berkecimpung di dunia teater dan sempat mengelola media online sastra Teplok.id. Sementara itu Singgih Swasono masih tetap konsisten menulis khususnya bidang pertanian dan kuliner.

Menilik keaktifan Penamas dalam rentang 2011 – 2014, maka sebelum dan sesudahnya ada komunitas-komunitas lainnya yang ikut meramaikan dunia sastra di Banyumas. Pada periode sebelumnya, salah satu komunitas menulis yang ada adalah Himpunan Penulis Muda (HPM) Banyumas di era 70-an yang di dalamnya ada nama Hindaryoen NTS, Dharmadi, dan lain-lain. Pada beberapa tahun terakhir, terlihat aktif berbagai komunitas yang ada di Banyumas Raya, sebut saja KPI (Komunitas Penyair Institute), SKSP (Studi Kepenulisan Sastra Peradaban), Katasapa (Komunitas Teater Sastra Perwira), Komunitas Sastra Pinggiran, dan lain sebagainya. Dan yang masih hangat beberapa waktu yang lalu diluncurkan Buku Antologi Karya Sastra Para Penulis Banyumas Kembang Glepang 2 yang diprakarsai oleh Dewan Kesenian Kabupaten Banyumas bekerja sama dengan Radar Banyumas dan Majalah Ancas.

Jika menilik alur sejarah sebelum dan pasca keaktifan Penamas tersebut, maka masih perlukah Penamas untuk bangkit kembali? Atau biarlah Penamas menjadi “anak zaman”-nya saat itu, dan biarkan arus sejarah berputar? (*)

Catatan: Esai ini dimuat di Radar Banyumas (20 Juni 2021)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar